kolom pencarian

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan | Testimoni | Perkakas
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

17 March 2011

Materi Kesehatan: Hal-hal yang perlu diketahui oleh Ibu Hamil

Hal-hal yang perlu diketahui oleh Ibu Hamil

Antara lain :

Kehamilan Muda
  1. Tubuh akan berubah selama kehamilan. Rahim dan payudaranya akan membesar. Banyak diantaranya yang akan merasa mual selama kehamilan muda.
  2. Untuk menjaga kesehatan perlu makan makanan bergizi seimbang dalam jumlah cukup untuk kehamilannya :
    • Makan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
    • Makan lebih banyak makanan yang kalsium, misalnya ikan kecil yang dimakan dengan tulangnya seperti teri, makanan berasal dari kedelai, seperti tempe dan tahu. Makanan yang kaya zat besi misalnya hati ayam ikan dan sayuran daun berwarna hijau tua.
    • Makan makanan yang kaya zat besi, misalnya ayam, ikan, kacang dan biji-bijian. Bila makanan tersebut dimakan dengan makanan yang mengandung vitamin C, seperti tomat, sayuran berdaun hijau yang tidak dimasak terlalu matang dan buah-buahan, maka dapat menambah penyerapan zat besi.
    • Minum 6-8 gelas cairan perhari.
  3. Ibu hamil perlu minum tablet zat besi-folat untuk mencegah anemia :
    • Anemia menimbulkan rasa lelah dan tidak mampu bekerja keras. Pada ibu hamil, anemia mengganggu kesehatan ibu dan janin.
    • Tablet zat besi-folat perlu diminum tiap hari paling sedikit selama 90 hari, dan tidak boleh diminum dengan susu, teh dan kopi, karena akan mengganggu penyerapannya. Tablet zat besi-folat dapat diperoleh dari bidan atau dapat dibeli diapotek.
    • Kadang-kadang terdapat gangguan seperti sembelit, mual atau diare bila ibu minum tablet zat besi-folat. Tetapi keluhan ini akan hilang setelah beberapa hari. Bila gangguan menetap, ibu perlu berkonsultasi dengan bidan.
  4. Ibu hamil perlu menjaga agar tubuhnya bersih, merawat giginya dan berolahraga ringan setiap hari.
  5. Ibu hamil perlu menghindari beberapa hal berikut selama hamil dan menyusui :
    • Berada dekat dengan orang sakit.
    • Minum obat tanpa advis dokter dan tanpa alasan yang tepat.
    • Gas yang mengganggu, asap rokok, debu dan zat kimia beracun.
    • Masak dan menyimpan makanan dalam wadah yang mengandung zat kimia didalamnya.

Selama Masa Kehamilan
  1. Ibu hamil perlu istirahat paling sedikit 1 jam pada siang hari dengan kaki ditempatkan lebih tinggi dari tubuhnya. Tidur, istirahat dan bersantai sangat bermanfaat bagi ibu hamil/menyusui agar tidak mudah terkena penyakit.
  2. Menjalani masa kehamilan dengan rasa bahagia. Ibu hamil yang mendapatkan makanan bergizi seimbang, istirahat, dukungan moril dan tidak khawatir dalam menyambut bayinya, akan sangat membantunya menikmati masa kehamilannya.
  3. Minum tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan, walaupun ibu merasa sehat.
  4. Mempersiapkan kedatangan bayi, misalnya dengan menyiapkan baju dan perlengkapan tidurnya, serta berunding dengan keluarganya mengenai bantuan yang diperlukan setelah bayi lahir.
  5. Mempersiapkan diri untuk menyusui bayi dengan ASI. ASI merupakan makanan bayi terbaik sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI saja selama kurun waktu itu melindungi bayi terhadap infeksi dan melindungi dari kehamilan sampai 6 bulan setelah melahirkan.
  6. Cara meneran yang benar pada Kala I dan II, serta perlunya banyak minum dan buang air kecil pada saat persalinan.
  7. Mempersiapkan persalinan, misalnya baju, pembalut, sabun dan uang. Ibu dan keluarganya juga perlu membuat rencana transportasi bila terjadi keadaan darurat pada ibu maupun bayinya.
BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Hal-hal yang perlu diketahui oleh Ibu Hamil

Materi Kesehatan: Diet Untuk Lambung

Diet Untuk Lambung

Apakah Diet Lambung ?
Ada pengaturan makanan/ diet yang diberikan kepada penderita penyakit lambung dan penyakit pencernaan lainnya.
Tujuan Diet Lambung
- Meringankan pekerjaan saluran pencernaan
- Mengurangi pengeluaran cairan lambung dan menetralkan kelebihanasam lambung.
Apakah perbedaan diet ini dengan makanan biasa ? - Mudah dicerna - Tidak merangsang - Porsi kecil dan diberikan sering Makanan Apakan yang di perbolehkan ?

  • Nasi atau penukar
    Beras di masak lunak atau di tim, kentang di rebus makaroni, roti, biskuit, tepung-tepungan di buat bubur atau poding.

  • Daging atau penukar
    Daging tanpa lemak, hati, ayam di tim, di rebus lunak, di semur atau di bakar, telur direbus, di ceplok air, di dadar atau di campur ke dalam makanan.

  • Susu dan hasil olah susu
    Susu penuh, skim, susu kaleng, susu asam, yoghurt cream, keju.

  • Kacang-kacangan dan hasil olahannya
    Kacang hijau di rebus, tahu dan tempe di rebus, di kukus, atau di tumis.

  • Lemak
    Santan encer minyak (tidak untuk menggoreng) margarin, mentega

  • Sayuran
    Sayuran muda yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas, seperti : bayam, buncis, kacang panjang, kacang polong, labu kuning, labu siam, tomat (tanpa biji dan kulit), wortel di rebus, di kukus, di tumis.

  • Buah-buahan
    Sari buah pepaya, pisang masak, buah-buahan lain di masak / di setup atau buah dalam kaleng, apel, jambu biji (tanpa kulit dan biji).

  • Minuman
    Teh dan kopi encer, sirop, minuman dengan susu sari buah.

  • Bumbu-bumbu
    Garam, kecap, kunyit, terasi, laos, seledri, kayu manis, cengkeh, vestin, bawang merah dalam jumlah terbatas.


  • BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Diet Untuk Lambung

    Materi Kesehatan: Diet Rendah Garam

    Diet Rendah Garam


    Apakah Maksud Diet Rendah Garam ?
    Diet rendah garam adalah makanan dengan cara membatasi atau menghindari garam natrium.

    Tujuan Diet Rendah Garam :
    1. Menbantu menghilangkan retensi garam / air dalam jaringan tubuh.
    2. Menurunkan TEKANAN DARAH TINGGI / HIPERTENSI.

    Bagaimana Cara Memilih Bahan Makanan :
    1. Bahan Makanan yang Dihindari :

      • Makanan kaleng (sarden, corned, sosis, dll)
      • Saos tomat, kecap keju
      • Otak, ginjal, ham, daging asap, jeroan
      • Ikan asin, telur asin
      • Makanan yang diawetkan dengan garam dapur
      • Roti, roti bakar, biskuit, krakers dan kue
      • Abon, dendeng
      • Margarin mentega biasa
      • Keju kacang tanah
      • Acar, asinan buah / sayuran dalam kaleng
      • Petis, tauco, terasi, vetsin, sodakue, baking powder.
      • CATATAN :
      • Pemakaian garam dapur diperbolehkan dengan batas dibawah standar normal kurang lebih 1/4 sendok teh garam per hari.


    2. Bahan Makanan yang Dianjurkan :

      • Semua bahan makanan segar dan alami yang di olah tanpa garam natrium.
      • Beras, kentang, singkong, terigu, hunkwe, gula jagung, dll
      • Semua kacang-kacangan dan hasil olahan yang di olah tanpa garam, seperti : tahu, tempe, kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo
      • Semua sayuran dan buah segar tanpa diawetkan
      • Mentega, margarine, tawar tanpa garam
      • Bumbu alami : jahe, kunyit, laos, dll.

    Bagaimana Sebaiknya Cara Memasak :
    Rasa makanan dapat dipertinggi dengan menggunakan bumbu yang rendah natrium seperti : gula, cuks, bawang merah, bawang putih, jahe kunyit, salam, laos, dll.
    Makanan yang dikukus, ditumis, dipanggang, digoreng lebih enak dari pada makanan direbus.

    Makanan Apa yang dapat Membantu menurunkan Tekanan Darah Tinggi / HIPERTENSI ?
    • Jus tomat
    • Jus belimbing buah
    • Jus bawang putih
    • Jus ketimun
    • Jus apel
    • Perbanyak konsumsi makanan berserat.

    CONTOH MENU SEHARI

    Pagi : nasi
    telur dadar
    tumis kacang panjang

    Pukul 10.00 : bubur kacang hijau

    Siang : nasi
    ikan acar kuning
    tempe bacem
    sayur lodeh
    pepaya

    Sore : nasi
    daging pesmal
    keripik tempe
    ca sayuran
    pisang


    Kiat mencapai Kadar Normal
    • Batasi asupan garam dan hindari makanan asin
    • Turunkan berat badan agar mencapai betar badan ideal dengan cara mengurangi asupan energi (bagi yang mempunyai kelebihan berat badan)
    • Berhenti merokok dan minum minuman beralkohol
    • Usahakan untuk sedikit lebih santai dengan cara berekreasi dan usahakan berolah raga.
    BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Diet Rendah Garam

    Materi Kesehatan: Tumbuh Kembang Bayi di Tahun Pertama

    Tumbuh Kembang Bayi di Tahun Pertama
    Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum in partu, misalnya 2 atau 4 atau 6 jam sebelum in partu.
    Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I, misalnya ketuban yang pecah sebelum pembukaan serviks 3 cm atau 5 cm, dan sebagainya.
    Prinsipnya adalah ketuban yang pecah “sebelum waktunya”.
    Masalahnya : Kapan selaput ketuban pecah (spontan) pada persalinan normal ?
    Normal selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II persalinan. Bisa juga belum pecah sampai saat mengedan, sehingga kadang perlu dipecahkan (amniotomi).
    KETUBAN PECAH DINI BERHUBUNGAN ERAT DENGAN
    PERSALINAN PRETERM DAN INFEKSI INTRAPARTUM
    Patofisiologi
    Banyak teori, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi.
    Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).
    High virulence : bacteroides. Low virulence : lactobacillus.
    Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas.
    Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin.
    Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
    Faktor risiko / predisposisi ketuban pecah dini / persalinan preterm
    1. kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)
    2. riwayat persalinan preterm sebelumnya : risiko 2 - 4x
    3. tindakan sanggama : TIDAK berpengaruh kepada risiko, KECUALI jika higiene buruk, predisposisi terhadap infeksi
    4. perdarahan pervaginam : trimester pertama (risiko 2x), trimester kedua/ketiga (20x)
    5. bakteriuria : risiko 2x (prevalensi 7%)
    6. pH vagina di atas 4.5 : risiko 32% (vs. 16%)
    7. servix tipis / kurang dari 39 mm : risiko 25% (vs. 7%)
    8. flora vagina abnormal : risiko 2-3x
    9. fibronectin > 50 ng/ml : risiko 83% (vs. 19%)
    10. kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm
    Strategi pada perawatan antenatal
    - deteksi faktor risiko
    - deteksi infeksi secara dini
    - USG : biometri dan funelisasi
    Trimester pertama : deteksi faktor risiko, aktifitas seksual, pH vagina, USG, pemeriksaan Gram, darah rutin, urine.
    Trimester kedua dan ketiga : hati-hati bila ada keluhan nyeri abdomen, punggung, kram di daerah pelvis seperti sedang haid, perdarahan per vaginam, lendir merah muda, discharge vagina, poliuria, diare, rasa menekan di pelvis.
    Jika ketuban pecah : jangan sering periksa dalam !! Awasi tanda-tanda komplikasi.
    Komplikasi ketuban pecah dini
    1. infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterin.
    2. persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
    3. prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang).
    4. oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis.
    Keadaan / faktor-faktor yang dihubungkan dengan partus preterm
    1. iatrogenik : hygiene kurang (terutama), tindakan traumatik
    2. maternal : penyakit sistemik, patologi organ reproduksi atau pelvis, pre-eklampsia, trauma, konsumsi alkohol atau obat2 terlarang, infeksi intraamnion subklinik, korioamnionitis klinik, inkompetensia serviks, servisitis/vaginitis akut, KETUBAN PECAH pada usia kehamilan preterm.
    3. fetal : malformasi janin, kehamilan multipel, hidrops fetalis, pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, kematian janin.
    4. cairan amnion : oligohidramnion dengan selaput ketuban utuh, ketuban pecah pada preterm, infeksi intraamnion, korioamnionitis klinik.
    5. placenta : solutio placenta, placenta praevia (kehamilan 35 minggu atau lebih), sinus maginalis, chorioangioma, vasa praevia.
    6. uterus : malformasi uterus, overdistensi akut, mioma besar, desiduositis, aktifitas uterus idiopatik.
    Persalinan preterm (partus prematurus) : persalinan yang terjadi pada usia kehamilan antara 20-37 minggu.Tanda : kontraksi dengan interval kurang dari 5-8’, disertai dengan perubahan serviks progresif, dilatasi serviks nyata 2 cm atau lebih, serta penipisan serviks berlanjut sampai lebih dari 80%.
    Insidens rata-rata di rumahsakit2 besar di Indonesia : 13.3% (10-15%)
    (persalinan preterm - ada kuliahnya sendiri)
    INFEKSI INTRAPARTUM
    Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam masa persalinan / in partu.
    Disebut juga korioamnionitis, karena infeksi ini melibatkan selaput janin.
    Pada ketuban pecah 6 jam, risiko infeksi meningkat 1 kali. Ketuban pecah 24 jam, risiko infeksi meningkat sampai 2 kali lipat.
    Protokol : paling lama 2 x 24 jam setelah ketuban pecah, harus sudah partus.
    Patofisiologi
    1. ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar.
    2. infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion.
    3. mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
    4. tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.
    Kuman yang sering ditemukan : Streptococcus, Staphylococcus (gram positif), E.coli (gram negatif), Bacteroides, Peptococcus (anaerob).
    Diagnosis infeksi intrapartum
    1. febris di atas 38oC (kepustakaan lain 37.8oC)
    2. ibu takikardia (>100 denyut per menit)
    3. fetal takikardia (>160 denyut per menit)
    4. nyeri abdomen, nyeri tekan uterus
    5. cairan amnion berwarna keruh atau hijau dan berbau
    6. leukositosis pada pemeriksaan darah tepi (>15000-20000/mm3)
    7. pemeriksaan penunjang lain : leukosit esterase (+) (hasil degradasi leukosit, normal negatif), pemeriksaan Gram, kultur darah.
    Komplikasi infeksi intrapartum
    1. komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia), sepsis CEPAT (karena daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai kematian ibu.
    2. komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian janin.
    Prinsip penatalaksanaan
    1. pada ketuban pecah, terminasi kehamilan, batas waktu 2 x 24 jam
    2. jika ada tanda infeksi intrapartum, terminasi kehamilan / persalinan batas waktu 2 jam.
    3. JANGAN TERLALU SERING PERIKSA DALAM
    4. bila perlu, induksi persalinan
    5. observasi dan optimalisasi keadaan ibu : oksigen !!
    6. antibiotika spektrum luas : gentamicin iv 2 x 80 mg, ampicillin iv 4 x 1 mg, amoxicillin iv 3 x 1 mg, penicillin iv 3 x 1.2 juta IU, metronidazol drip.
    7. uterotonika : methergin 3 x 1 ampul drip
    8. pemberian kortikosteroid : kontroversi. Di satu pihak dapat memperburuk keadaan ibu karena menurunkan imunitas, di lain pihak dapat menstimulasi pematangan paru janin (surfaktan). Di RSCM diberikan, bersama dengan antibiotika spektrum luas. Hasil cukup baik.
    BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Tumbuh Kembang Bayi di Tahun Pertama

    Materi Kesehatan: Organ Reproduksi Wanita

    Organ Reproduksi Wanita
    Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul.
    Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi
    Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.
    Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus - hipothalamus - hipofisis - adrenal - ovarium.
    Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
    GENITALIA EKSTERNA
    Vulva
    Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
    Mons pubis / mons veneris
    Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.
    Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
    Labia mayora
    Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena.
    Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
    Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
    Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
    Labia minora
    Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
    Clitoris
    Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
    Homolog embriologik dengan penis pada pria.
    Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
    Vestibulum
    Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital.
    Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
    Introitus / orificium vagina
    Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.
    Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
    Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para.
    Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
    Vagina
    Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
    Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
    Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
    Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
    Perineum
    Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
    Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.
    Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
    GENITALIA INTERNA
    Uterus
    Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
    Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
    Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
    Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
    Serviks uteri
    Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
    Corpus uteri
    Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
    Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).
    Ligamenta penyangga uterus
    Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
    Vaskularisasi uterus
    Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
    Salping / Tuba Falopii
    Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
    Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
    Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).
    Pars isthmica (proksimal/isthmus)
    Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.
    Pars ampularis (medial/ampula)
    Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
    Pars infundibulum (distal)
    Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
    Mesosalping
    Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
    Ovarium
    Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
    Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
    Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
    CATATAN :
    Letak / hubungan anatomik antara organ2 reproduksi (uterus, adneksa, dsb) dengan organ2 sekitarnya di dalam rongga panggul (rektum, vesika urinaria, uretra, ureter, peritoneum dsb), vaskularisasi dan persarafannya, silakan baca sendiri.
    ORGAN REPRODUKSI / ORGAN SEKSUAL EKSTRAGONADAL
    Payudara
    Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin pascapersalinan.
    Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai sexually responsive organ.
    Kulit
    Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dan responsif secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong dan lipat paha dalam.
    Protein di kulit mengandung pheromone (sejenis metabolit steroid dari keratinosit epidermal kulit) yang berfungsi sebagai ‘parfum’ daya tarik seksual (androstenol dan androstenon dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar liur). Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat dan liur.
    POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI
    Badan pineal
    Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan dari bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki hubungan dengan hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi serabut-serabut saraf.
    Menurut kepercayaan kuno, dipercaya sebagai “tempat roh”.
    Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi. Tampaknya melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga menghambat juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi pertumbuhan dan sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang menentukan pemicu / onset mulainya fase pubertas.
    Hipotalamus
    Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah talamus.
    Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang berlanjut ke hipofisis sebgai hipofisis posterior (neurohipofisis).
    Menghasilkan hormon-hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), TRH (Thyrotropin Releasing Hormone), CRH (Corticotropin Releasing Hormone) , GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone), PRF (Prolactin Releasing Factor). Menghasilkan juga hormon-hormon penghambat : PIF (Prolactin Inhibiting Factor).
    Pituitari / hipofisis
    Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid.
    Menghasilkan hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi, yaitu perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH - Follicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (LH - luteinizing hormone).
    Selain hormon-hormon gonadotropin, hipofisis menghasilkan juga hormon-hormon metabolisme, pertumbuhan, dan lain-lain. (detail2, cari / baca sendiri yaaa…)
    Ovarium
    Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan pengeluaran sel telur (ovum).
    Selain itu juga berfungsi steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel) dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormon-hormon gonadotropin.
    Endometrium
    Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat implantasi hasil konsepsi.
    Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada pembuahan / implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid.
    Jika ada pembuahan / implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi.
    Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium.
    (gambar)
    Histological appearance of endometrial tissues during the menstrual cycle.
    A. Normal proliferative (postmenstrual) endometrium, showing small, tube-like pattern of glands.
    B. Early secretory (postovulatory) endometrium, with prominent subnuclear vacuoles, alignment of nuclei, and active secretions by the endometrial glands.
    C. Late secretory (premenstrual) endometrium, with predecidual stromal changes.
    D. Menstrual endometrium, with disintegration of stroma / glands structures and stromal hemorrhage.
    HORMON-HORMON REPRODUKSI
    GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
    Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ).
    FSH (Follicle Stimulating Hormone)
    Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita (pada pria : memicu pematangan sperma di testis).
    Pelepasannya periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.
    LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
    Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron.
    Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.
    (Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di sel-sel Leydig testis).
    Estrogen
    Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.
    Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta.
    Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita.
    Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
    Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
    Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
    Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.
    Juga mengatur distribusi lemak tubuh.
    Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.
    Progesteron
    Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
    Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
    HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
    Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
    Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik.
    Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).
    LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
    Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
    Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen).
    Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi / pascapersalinan.
    Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.
    BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Organ Reproduksi Wanita

    16 March 2011

    Materi Kesehatan: Penyebab Telat Hamil

    PENYEBAB TELAT HAID
    DARI KECAPEKAN HINGGA POLA MAKAN
    Datang bulan tidak teratur? Pasti tak sedikit wanita yang pernah mengalaminya. Sebetulnya, ini wajar mengingat penyebabnya pun amat beragam. Antara lain, perubahan berat badan, pola hidup, serta obat-obatan. Kapan keterlambatan itu mesti diwaspadai?
    Belakangan, Ayu sering mengeluh pada teman karibnya. ”Mens saya sekarang sering telat, nih. Gimana ya?“ Apa yang dialami Ayu pasti banyak juga menimpa wanita lain. Secara umum, menstruasi atau haid yang sering telat tidak perlu dikhawatirkan. Kenapa? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya jika kita pahami dulu proses terjadinya haid atau yang juga populer dengan istilah datang bulan.
    Menstruasi adalah proses bulanan tumpahan lapisan bagian dalam dan darah uterus melalui liang kelamin wanita atau vagina. Keluarnya cairan yang mengandung darah ini terjadi pada wanita yang sudah memasuki usia subur dan yang sedang tidak hamil. Peristiwa ini dimulai dengan adanya pengeluaran selaput lendir rahim di bagian dalam rahim atau endometrium.
    Di bawah pengaruh hormon estrogen, endometrium pun jadi tumbuh menebal, menantikan datangnya sel telur. Ibaratnya lapisan tebal endometrium ini seperti karpet atau tanah subur yang siap menanti datangnya sel telur atau okulasi. Pada puncak pertengahan siklus haid yang optimal, terjadilah pelepasan sel telur. Nah, saat itulah bila ada sel sperma masuk, sel telur dan sperma ini bersatu menjadi zygote (bakal janin) dan menempel pada endometris yang sudah mencapai ketebalan maksimal tadi.
    Proses seperti ini akan berulang setiap bulan, sepanjang tidak terjadi pembuahan yang menghasilkan zygote. Pada waktunya, tumbuh lagi selaput yang baru. Dengan kata lain, karpet tadi digelar lagi, lalu tanggal lagi, begitu seterusnya.
    PENGARUH DIET DAN OLAHRAGA
    Jadi, menstruasi sebetulnya sesuatu yang normal, sehingga semua wanita mengalaminya. Pada setiap wanita, siklus haid ini pun bervariasi. Rata-rata berjarak 28 hari, namun bisa juga sampai 42 hari. Jika sampai terjadi keterlambatan pun, semisal sampai 3-4 bulan, juga tak perlu terlalu dikhawatirkan. Tapi disarankan sebaiknya periksa ke dokter spesialis. Apalagi kalau telat sampai 5-6 bulan.
    Sering orang salah mengerti, kalau sampai 3 atau 4 bulan tidak haid, mereka menyangka darahnya bisa mengumpul di dalam, menggenang, dan lama-lama bisa berbahaya. Padahal jika tidak haid, berarti tidak ada pendarahan bdi dalam tubuh. Tidak mens berarti tidak ada endometrium yang lepas. Jadi bukan berarti ada darah yang mengumpul. Darah baru keluar jika selaput lendirnya lepas. Jika tidak lepas, ya tidak berdarah. Jadi jangan khawatir.
    Lantas apa saja yang menyebabkan mens telat? Penyebabnya bisa bermacam-macam. Bagi yang masih belum menikah, penyebabnya bisa karena terlalu lelah. Contohnya, belajar terlalu keras bagi yang masih sekolah atau kuliah, atau berolahraga kelewat berat. Sebaliknya bisa juga terjadi pada mereka yang biasa berolahraga dan menghentikan kebiasaannya secara tiba-tiba. Pola makan pun bisa mempengaruhi siklus haid. Misalnya, mereka yang biasa makan banyak dan mendadak diet. Ini akan membuat tubuh stres. Atau bisa jadi badan kurus jadi gemuk. Pokoknya, tiap ada perubahan berat badan mencolok.
    Jenis-jenis obat tertentu juga bisa mengusik pola haid, terutama obat-obatan yang mengandung hormon. Contohnya,obat untuk mengatasi gatal-gatal atau obat sakit telinga. Begitu pula obat-obatan KB atau suntik KB. Baru setelah berhenti minum obat, haid akan kembali lancar. Keterlambatan haid lebih sering dialami mereka yang masih gadis, karena pola okulasinya belum teratur. Hanya saja, kalau sudah terbiasa haid kemudian haidnya tidak ada, harus bertanya pada diri sendiri. Jangan-jangan pernah minum obat tertentu.
    SULIT PUNYA ANAK
    Kasus yang perlu diwaspadai adalah gadis remaja yang belum juga mendapat haid. Terlebih jika usianya sudah mencapai 17 tahun. Jika ini terjadi, sebaiknya segera lakukan pemerikasaan. Sebab, bisa saja ada kemungkinan selaput darahnya tertutup rapat. Normalnya, selaput darah itu mempunyai lubang-lubang. Kalau tertutup rapat, dia mungkin bisa haid, tapi haidnya tidak bisa keluar. Nah, yang ini memang betul darahnya bisa mengumpul di dalam.
    Untuk yang sudah menikah, keterlambatan haid dapat disebabkan oleh kemungkinan baru selesai melahirkan atau menyusui. Ada pula kemungkinan karena terserang infeksi, termasuk penyakit infeksi akibat hubungan seks. Bagi yang berusia di atas 35 tahun, juga mesti waspada terhadap adanya tumor indung telur.
    Ada juga wanita yang mengalami perdarahan di antara dua masa haid. Kalau ini terjadi pun harus segera diperiksakan. Perdarahan yang terjadi dengan siklus kurang dari 21 hari jelas tak normal, terutama bagi yang sudah tidak gadis lagi. Kalu mereka yang masih di bawah umur 20 tahun, mungkin hanya karena gangguan hormon.
    Benarkah haid yang tidak teratur menyulitkan punya anak? Pandangan ini tidak selalu tepat. Sering terjadi, pasien wanita ingin punya anak tapi menstruasinya tidak teratur. Lalu dia datang ke dokter minta agar menstruasinya bisa dibuat teratur sehingga bisa punya anak. Ini tidak selalu bisa. Sulit punya anak tidak selalu berkorelasi dengan siklus haid.
    Sebagian kasus menstruasi yang tidak teratur bisa diatasi dengan menjalani pola hidup yang teratur pula. Bagi yang mengalami ketidakteraturan secara mendadak, sebaiknya jangan stress, tidak merokok, apalagi minu-minuman beralkohol. Makan, bekerja, dan tidur hendaknya teratur. Seringkali orang lupa istirahat. Maunya kerja saja terus dengan mengabaikan tubuh yang sudah lelah.
    Akan tetapi, ada pula yang mengalami ketidakteraturan menstruasi sejak awal. Mereka yang mengalami hal seperti inilah yang perlu berkonsultasi dengan dokter spesialis. Misalnya haidnya yang datang hanya 4 bulan sekali. Saran lain adalah jangan minum obat sembarangan. Juga, biasakan secara teratur datang ke dokter kandungan
    PERBANYAK MAKAN BUAH DAN SAYURAN
    Selain haid tidak teratur, hal lain yang kerap mengganggu kaum wanita adalah nyeri menjelang menstruasi atau pada saat haid. Rasanya seperti mulas bercampur keramketika darah sedang keluar. Rasa nyeri ini merupakan sesuatu yang wajar, karena dinding rahim saat itu sedang berkontraksi atau mengkerut untuk mengeluarkan gumpalan darah.
    Nyeri ini lebih terasa pada wanita yang belum pernah melahirkan. Pasalnya, mulut rahim mereka masih kecil, sehingga rasanya seperti orang yang sedang melahirkan. Inipun sesuatu yang normal. Kecuali bagi wanita yang memang sangat sensitif, yang rasanya bisa sangat menyiksa. Namun, biasanya setelah menikah dan memiliki anak, ini akan hilang.
    Akan tetapi, jika nyeri itu hebat dan berkepanjangan, p;erlu diwaspadai adanya kemungkinan ia menderita endometriosos. Dalam hal ini, sel-sel bagian dalam rahim tumbuh tidak di dalam rahim, tapi juga di luar. Misalnya, di ovarium atau saluran tuba yang sangat menyakitkan.
    Jika nyeri menjelang haid begitu hebat sampai terasa melumpuhkan, sebaiknya segera periksa ke dokter. Terlebih bagi yang sudah berhubungan badan, karena mungkin merupakan suatu gejala infeksi. Nah, bila terjadi pelekatan organ genitalia internal akibat dari infeksi tersebut, dampaknya bisa menyulitkan punya anak.
    Pusing yang menyertai menstruasi juga merupaka hal yang wajar. Pasalnya, wanita yang menjelang haid biasanya memang mengalami pre-menstruasi tension atau ketegangan menjelang haid. Efeknya antara lain perasaan tertekan, jerawatan, payudara nyeri, badan sakikt-sakit, perut serasa kembung, bengkak,ada rasa nyeri. Makanya, jadi lebih gampang marah atau sebaliknya dan perubahan emosi lainnya.
    Semua itu, wajar-wajar saja dan tidak berbahaya. Untuk mengurangi kondisi yang tidak nyaman ini, dianjurkan mengurangi makanan yang banyak mengandung garam, bumbu penyedap, atau terlalu banyak mengandung minyak. Perbanyaklah makan buah dan sayur, cukup makanan yang mengandung minyak. Perbanyaklah makan buah dan sayur, cukup makanan yang mengandung karbohidrat dan tinggi serat.
    BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Penyebab Telat Hamil

    Askep Atresia Ani

    Askep Atresia Ani
    Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal.
    Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar (Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi,2001). Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.
    Jadi menurut kesimpulan penulis, atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
    Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.
    Etiologi
    Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaananus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetic, kelainan kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani. Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi rectum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan septum urorektal yang memisahkannya.
    Faktor predisposisi
    Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir seperti :
    Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal, jantung, trachea, esofahus, ginjal dan kelenjar limfe).
    Kelainan sistem pencernaan.
    Kelainan sistem pekemihan.
    Kelainan tulang belakang.
    Klasifikasi
    Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
    Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai melalui saluran fistula eksterna.
    Kelompok ini terutma melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.
    Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalam keluar tinja.
    Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
    Anomali rendah
    Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.
    Anomali intermediet
    Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
    Anomali tinggi
    Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih daai1 cm.
    Sedangkan menurut klasifikasi Wingspread (1984), atresia ani dibagi 2 golongan yang dikelompokkan menurut jenis kelamin. Pada laki – laki golongan I dibagi menjadi 4 kelainan yaitu kelainan fistel urin, atresia rectum, perineum datar dan fistel tidak ada. Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari orifisium eksternum uretra, mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria. Cara praktis menentukan letak fistel adalah dengan memasang kateter urin. Bila kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel terletak uretra karena fistel tertutup kateter. Bila dengan kateter urin mengandung mekonuim maka fistel ke vesikaurinaria. Bila evakuasi feses tidak lancar, penderita memerlukan kolostomi segera. Pada atresia rectum tindakannya sama pada perempuan ; harus dibuat kolostomi. Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi.
    Sedangkan pada perempuan golongan I dibagi menjadi 5 kelainan yaitu kelainan kloaka, fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia rectum dan fistel tidak ada. Pada fistel vagina, mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feces menjadi tidak lancar sehingga sebaiknya dilakukan kolostomi. Pada fistel vestibulum, muara fistel terdapat divulva. Umumnya evakuasi feses lancar selama penderita hanya minum susu. Evakuasi mulai etrhambat saat penderita mulai makan makanan padat. Kolostomi dapat direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahan antara traktus urinarius, traktus genetalis dan jalan cerna. Evakuasi feses umumnya tidak sempurna sehingga perlu cepat dilakukan kolostomi.Pada atresia rectum, anus tampak normal tetapi pada pemerikasaan colok dubur, jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu segera dilakukan kolostomi. Bila tidak ada fistel, dibuat invertogram. Jika udara > 1 cm dari kulit perlu segera dilakukan kolostomi.
    Golongan II pada laki – laki dibagi 4 kelainan yaitu kelainan fistel perineum, membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada. Fistel perineum sama dengan pada wanita ; lubangnya terdapat anterior dari letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak bayangan mekonium di bawah selaput. Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan terapi definit secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan perempuan, tindakan definitive harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara
    Sedangkan golongan II pada perempuan dibagi 3 kelainan yaitu kelainan fistel perineum, stenosis anus dan fistel tidak ada. Lubang fistel perineum biasanya terdapat diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang buntu menimbulkan obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses tidal lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan terapi definitive. Bila tidak ada fistel dan pada invertogram udara
    Patofisiologi
    Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitoury dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan sehungga intestinal mengalami obstrksi.
    Manifestasi Klinis
    Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya membran anal dan fistula eksternal pada perineum (Suriadi,2001). Gejala lain yang nampak diketahui adalah jika bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan terlihat menonjol (Adele,1996)
    Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir juga merupakan salah satu manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau karena cairan empedu atau juga berwarna hitam kehijauan karena cairan mekonium.
    Pemeriksaan Penunjang
    Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
    Pemeriksaan radiologis
    Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
    Sinar X terhadap abdomen
    Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
    Ultrasound terhadap abdomen
    Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
    d. CT Scan
    Digunakan untuk menentukan lesi.
    e. Pyelografi intra vena
    Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
    f. Pemeriksaan fisik rectum
    Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
    g. Rontgenogram abdomen dan pelvis
    Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius.
    Penatalaksaan
    Penatalaksanaan Medis
    Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang disebut diseksi posterosagital atau plastik anorektal posterosagital.
    Colostomi sementara
    Penatalaksanaan Keperawatan
    2.1 Pengkajian
    Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses keperawatan. Dan keberhasilan proses keperawatan tergantung dari pengkajian. Konsep teori yang difunakan penulis adalah model konseptual keperawatan dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang meliputi :
    Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
    Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.
    Pola nutrisi – Metabolik
    Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan munta dampak dari anestesi.
    Pola Eliminasi
    Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh dibersihkan dari bahan - bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi (Whaley & Wong,1996).
    Pola Aktivitas dan Latihan
    Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.
    Pola Persepsi Kognitif
    Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
    Pola Tidur dan Istirahat
    Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka inisisi.
    Konsep Diri dan Persepsi Diri
    Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi (Doenges,1993).
    Peran dan Pola Hubungan
    Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran (Doenges,1993).
    Pola Reproduktif dan Sexual
    Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi (Doenges,1993).
    Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
    Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah (Doenges,1993).
    Pola Keyakinan dan Nilai
    Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah (Mediana,1998).
    Pemeriksaan Fisik
    Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (Whaley & Wong,1996).
    Diagnosa Keperawatan
    Data yang diperoleh perlu dianalisa terlebih dahulu sebelum mengemukkan diagnosa keperawatan, sehingga dapat diperoleh diagnosa keperawatan yang spesifik. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien atresia ani yaitu:
    a. Inkontinen bowel (tidak efektif fungsi eksretorik berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan anus (Suriadi,2001).
    b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia (Doenges,1993).
    c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi (Doenges,1993).
    d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan (Doenges,1993).
    Kecemasan keluarga berhungan dengan prosedur pembedahan dan kondisi bayi (Suriadi,2001).
    Gangguan citra diri berhubungan dengan adanya kolostomi (Doenges,1993).
    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan (Doenges,1993).
    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan penumpuksan secket berlebih (Doenges,1993).
    Kurangnya pengetahuan keluarga berhungan dengan kebutuhan perawatan di rumah (Whaley & Wong,1996).
    Intervensi Keperawatan
    Fokus intervensi keperawatan pada atresia ani adalah sebagai berikut :
    Inkontinen bowel (tidak efektif fungsi eksretorik) berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan anus (Suriadi,2001).
    Tujuan yang diharapkan yaitu terjadi peningkatan fungsi usus, dengan kriteria hasil : pasien akan menunjukkan konsistensi tinja lembek, terbentuknya tinja,tidak ada nyeri saat defekasi, tidak terjadi perdarahan.
    Intervensi :
    Dilatasikan anal sesuai program.
    Pertahankan puasa dan berikan terapi hidrasi IV sampai fungsi usus normal.
    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi (Doenges,1996).
    Tujuan yang diharapkan adalah tidak terjadi gangguan integritas kulit, dengan kriteria hasil : penyembuhan luka tepat waktu, tidak terjadi kerusakan di daerah sekitar anoplasti.
    Intervensi :
    Kaji area stoma.
    Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian lembut dan longgar pada area stoma.
    Sebelum terpasang colostomy bag ukur dulu sesuai dengan stoma.
    Yakinkan lubang bagian belakang kantong berperekat lebih besar sekitar 1/8 dari ukuran stoma.
    Selidiki apakah ada keluhan gatal sekitar stoma.
    c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan (Doenges,1993).
    Tujuan yang diharapkan adalah tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil : tidak ada tanda – tanda infeksi, TTV normal, lekosit normal.
    Intervensi :
    Pertahankan teknik septik dan aseptik secaa ketat pada prosedur medis atau perawatan.
    Amati lokasi invasif terhadap tanda-tanda infeksi.
    Pantau suhu tubuh, jumlah sel darah putih.
    Pantau dan batasi pengunjung , beri isolasi jika memungkinkan.
    Beri antibiotik sesuai advis dokter.
    d. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan sekret berlebih (Doenges,1993).
    Tujuan yang diharapkan adalah mempertahakan efektif jalan nafas, mengeluarkan sekret tanpa bantuan dengan kriteria hasil : bunyi nafas bersih, menunjukkan perilaku perbaikan jalan nafas misalnya, batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
    Intervensi :
    Kaji fungsi pernafasan, contoh : bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot tambahan.
    Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak atau batuk efektif, catat karakter, jumlah spuntum, adanya hemaptoe.
    Berikan posisi semi fowler dan Bantu pasien untuk batuk efektif dan latihan nafas dalam.
    Bersihkan secret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan.
    Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra indikasi.
    Kolaborasi pemberian mukolitik dan bronkodilator.
    e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia (Doenges,1993).
    Tujuan yang diharapkan adalah kebutuhan nurtisi tubuh tercukupi, dengan kriteria hasil : menunjukkan peningkatan BB, nilai laboratorium normal, bebas tanda mal nutrisi.
    Intervensi :
    Pantau masukan/ pengeluaran makanan / cairan.
    Kaji kesukaan makanan anak.
    Beri makan sedikit tapi sering.
    Pantau berat badan secara periodik.
    Libatkan orang tua, misal membawa makanan dari rumah, membujuk anak untuk makan.
    Beri perawatan mulut sebelum makan.
    Berikan isirahat yang adekuat.
    Pemberian nutrisi secara parenteral, untuk mempertahankan kebutuhan kalori sesuai program diit.
    Kecemasan keluarga berhungan dengan prosedur pembedahan dan kondisi bayi.(Suriadi,2001;159)
    Tujuan yang diharapkan adalah memberi support emosional pada keluarga, dengan kriteria hasil : keluarga akan mengekspresikan perasaan dan pemahaman terhadap kebutuhan intervensi perawatan dan pengobatan.
    Intervensi :
    Ajarkan untuk mengekspresikan perasaan.
    Berikan informasi tentang kondisi, pembedahan dan perawatan di rumah.
    Ajarkan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien.
    Berikan pujian pada keluarga saat memberikan perawatan pada pasien.
    Jelaskan kebutuhan terapi IV, NGT, pengukuran tanda – tanda vital dan pengkajian.
    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan (Doenges,1996).
    Tujuan yang diharapkan adalah pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, pasien akan tampak rileks, dengan kriteria hasil : ekspresi wajah pasien relaks, TTV normal.
    Intervensi :
    Tanyakan pada pasien tentang nyeri.
    Catat kemungkinan penyebab nyeri.
    Anjurkan pemakaian obat dengan benar untuk mengontrol nyeri.
    Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi.
    Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan masukan diit (Doenges,1993).
    Tujuan yang diharapkan adalah pola eliminasi sesuai kebutuhan, dengan kriteria hasil : BAB 1x/hari, feses lunak, tidak ada rasa nyeri saat defekasi.
    Intervensi :
    Auskultasi bising usus.
    Observasi pola diit dan itake cairan
    Gangguan citra diri berhubungan dengan adanya kolostomi (Doenges,1996).
    Tujuan yang diharapkan adalah pasien mau menerima kondisi dirinya sekarang, dengan kriteria hasil : pasien mentatakan menerima perubahan ke dalam konsep diri tanpa harga diri rendah, menunjukkan penerimaan dengan merawat stoma tersebut, menyatakan perasaannya tentang stoma.
    Intervensi :
    Kaji persepsi pasien tentang stoma.
    Motivasi pasien untuk megungkapkan perasaannya.
    Kaji ulang tentang alasan pembedahan.
    Observasi perilaku pasien.
    Berikan kesempatan pada pasien untuk merawat stomanya.
    Hindari menyinggung perasaan pasien atau pertahankan hubungan positif.
    Kurangnya pengetahuan keluarga berhungan dengan kebutuhan perawatan di rumah (Walley & Wong,1996).
    Tujuan yang diharapkan adalah pasien dan keluarga memahami perawatan di rumah, dengan kriteria hasil keluarga menunjukkan kemampuan untuk memberikan perawata untuk bayi di rumah.
    Intervensi :
    Ajarkan perawatan kolostomi dan partisipasi dalam perawatan sampai mereka dapat melakukan perawatan.
    Ajarkan untuk mengenal tanda – tanda dan gejala yang perlu dilaporkan perawat.
    Ajarkan bagaimana memberikan pengamanan pada bayi dan melakukan dilatasi pada anal secara tepat.
    Ajarkan cara perawatan luka yang tepat.
    Latih pasien untuk kebiasaan defekasi.
    Ajarkan pasien dan keluarga untuk memodifikasi diit (misalnya serat)
    2.5 Implementasi Keperawatan
    Seperti tahap lainnya dalam proses keperawatan fase pelaksanaan terdiri dari : validasi rencana keperawatan, dokumentasi rencana keperawatan dan melakukan tindakan keperawatan.
    Validasi rencana keperawatan
    Suatu tindakan untuk memberikan kebenaran. Tujuan validasi data adalah menekan serendah mungkin terjadinya kesalahpahaman, salah persepsi. Karena adanya potensi manusia berbuat salah dalam proses penilaian.
    Dokumentasi rencana keperawatan
    Agar rencana perawatan dapat berarti bagi semua pihak, maka harus mempunyai landasan kuat, dan bermanfaat secara optimal. Perawat hendaknya mengadakan pertemuan dengan tim kesehatan lain untuk membahas data, masalah, tujuan serta rencana tindakan.
    Tindakan keperawatan
    Meskipun perawat sudah mengembangkan suatu rencana keperawatan yang maksimal, kadang timbul situasi yang bertentangan dengan tindakan yang direncanakan, maka kemampuan perawat diuji untuk memodifikasi alat maupun situasi.
    Evaluasi
    Evaluasi adalah suatu kegiatan yang terus menerus dengan melibatkan klien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan keehatan dan strategi evaluasi. Tujuan dari evaluasi adalah menilai apakah tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
    BACA SELENGKAPNYA - Askep Atresia Ani
    INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS, KETIK EMAIL ANDA DISINI:
    setelah mendaftar segera buka emailnya untuk verifikasi pendaftaran. Petunjuknya DILIHAT DISINI