kolom pencarian

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan | Testimoni | Perkakas
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

27 November 2010

Tinjauan Teoritis: Endometriosis

Endometriosis


1 Pengertian
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta ).

2. Etiologi

Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
  • Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
  • Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (7 hari)
  • Spotting sebelum menstruasi
  • Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
  • Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
  • Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
  • Terpapar Toksin dari lingkungan
Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:Jakarta.)

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
  1. Nyeri :


    • Dismenore sekunder
    • Dismenore primer yang buruk
    • Dispareunia
    • Nyeri ovulasi
    • Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
    • Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
    • Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter.

  2. Perdarahan abnormal


    • Hipermenorea
    • Menoragia
    • Spotting belum menstruasi
    • Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi

  3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil


    • Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
    • Darah pada feces
    • Diare, konstipasi dan kolik
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica : Jakarta)


4. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.

Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.

Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.

Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.

Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.

(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta
Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. )

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain :
  1. Uji serum


    • CA-125
      Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
    • Protein plasenta 14
      Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
    • Antibodi endometrial
      Sensitifitas dan spesifisitas berkurang

  2. Teknik pencitraan


    • Ultrasound
      Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
    • MRI
      90% sensitif dan 98% spesifik
    • Pembedahan
      Melalui laparoskopi dan eksisi.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta )


6. Terapi

Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan endometriosis, antara lain :
  1. Pengobatan Hormonal
    Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnansi atau pseudo-menopause, yang digunakan adalah :


    • Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose
    • Progestrogen, seperti provera, primolut
    • GnRH
    • Pil kontrasepsi kombinasi
    • Namun pengobatan ini juga mempunyai beberapa efek samping.

  2. Pembedahan
    Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi endometriosis.
    (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)
BACA SELENGKAPNYA - Tinjauan Teoritis: Endometriosis

Mamografi

Mamografi
adalah suatu pemeriksaan untuk mammae (payudara) dengan menggunakan sinar x-ray dosis rendah.
Dipakai untuk mendeteksi dini tumor payudara pada wanita, tanpa disertai keluhan atau yang disertai keluhan. Keluhan seperti adanya benjolan pada payudara, cairan yang tidak normal keluar dari puting payudara atau adanya nyeri pada payudara (sebelum atau sesudah menstruasi - untuk menyingkirkan bahwa nyeri yang ditimbulkan bukan dikarenakan sindroma pre menstrual).
Skrining mamografi biasanya direkomendasi untuk setiap wanita diatas 40 tahun atau dibawah usia 40 tahun jika mempunyai faktor resiko terkena kanker payudara.

Beberapa faktor resiko kanker payudara adalah :

1. Usia lebih dari 30 tahun
2. Tidak / belum menikah lebih dari 30 tahun
3. Tidak mempunyai anak
4. Tidak menyusui anak selama 2 tahun (ASI eksklusif)
5. Menstruasi pertama pada usia yang lebih lambat dari normal
6. Menopause pada usia lebih awal dari normal
7. Pernah ada riwayat memakai obat hormonal
8. Mempunyai keluarga yang pernah mengalami kanker payudara atau kanker di bagian tubuh yang lain
9. Pernah operasi payudara atau tumor didaerah kandungan
10. Pernah mendapat pengobatan dengan jalan radiasi di daerah dada

Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan mamografi tidak selamanya tepat dan akurat seringkali justru pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter Bedah atau pasien sendiri (SADARI = perikSA payuDAra sendiRI) hasilnya lebih tepat.

Pada waktu melakukan mamografi :

1. Jangan memakai deodorant pada ketiak, talk / bedak pada ketiak atau payudara dan sekitarnya.
Karena dapat mengaburkan hasil pemeriksaan, berupa spots / bintik Kalsium
2. Beritahu semua keluhan / gejala yang dirasakan pada ahli yang melakukan mamografi
3. Tanyakan dengan jelas apa yang didapat dari hasil pemeriksaan mamografi
4. Jangan memakai perhiasan atau baju diatas pinggang, Pasien akan mengenakan pakaian khusus yang telah disediakan

Keuntungan Mamografi :

1. Pemeriksaan mamografi tergantung pada operator / ahli yang melakukan pemeriksaan. Apakah bisa mendeteksi tumor payudara yang kecil tergantung dari kemampuan operator. Idealnya yang melakukan pemeriksaan mamografi adalah dokter yang sebelumnya telah melakukan pemeriksaan terhadap payudara pasien sehingga hasilnya lebih akurat.
2. Jika pemeriksaan mamografi di lakukan oleh yang benar-benar ahli, maka mamografi dapat mendeteksi adanya jenis tumor ductal carcinoma in situ (DCIS) - jenis tumor yang paling tidak membahayakan , yang pada pemeriksaan fisik tidak akan bisa terdeteksi.

Kerugian Mamografi :

1. Tidak boleh dilakukan jika hamil
2. Banyak yang mengalami false positive, artinya pada pemeriksaan mamografi hasilnya positif (berarti pasien yang bersangkutan mengidap kanker), ternyata pada pemeriksaan lanjutan yaitu biopsi (pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan tersangka kanker untuk diperiksa di Lab.Patologi Anatomi) hasilnya negatif (pasien yang bersangkutan tadi tidak mengidap kanker payudara). Biopsi ini adalah pemeriksaan invasif yang termasuk gold standard untuk pemeriksaan tumor payudara (dilakukan dengan jalan melakukan tindakan / operasi)
Kejadian false positif (hasil mamografi positif kanker tapi ternyata pada akhirnya tidak terbukti ganas), pada usia 40 - 49 tahun sebesar 30 % , sedangkan diatas usia 50 tahun, sebanyak 25 % . (sumber : American College of Radiology)
3. Tidak semua kanker payudara dapat tervisualisasi dengan baik lewat pemeriksaan Mamografi
4. Pemeriksaan mamografi dilakukan dengan cara menekan payudara. Untuk sebagian pasien, penekanan payudara dirasa sesuatu yang tidak menyenangkan bahkan menyakitkan terutama bagi mereka yang sebelumnya mempunyai gejala nyeri pada payudara.
5. Hati-hati bagi pengguna payudara implant.
Bagi wanita yang telah menjalani operasi implant payudara terbuat dari silikon atau salin, maka jaringan payudara yang abnormal bisa tidak terdeteksi kalau jaringan implant tadi di letakkan diatas / di permukaan jaringan payudara tersangka kanker.
Bahkan dengan metode menekan payudara pada pemeriksaan mamografi ini dapat mengakibatkan ruptur / pecahnya implant payudara yang terbuat dari silikon atau salin.
Sehingga bagi wanita pemakai implant, harap memberitahu sebelumnya kepada operator yang melakukan mamografi.

Akhirnya, mengingat keterbatasan dari pemeriksaan mamografi ini maka tidak setiap wanita wajib melakukan mamografi.

MAMOGRAFI DILAKUKAN BILA ADA INDIKASI, sebagai berikut :

1. Skrining pada wanita yang mempunyai faktor resiko tinggi untuk mendapat kanker payudara (ada 10 faktor resiko, lihat pembahasan diatas)
2. Jika massa / benjolan yang teraba pada payudara tidak jelas.
3. Jika dokter meraba adanya benjolan pada kelenjar getah bening aksila (ketiak) dan supra klavikula (diatas tulang klavikula / leher) walaupun tidak disertai terabanya massa / benjolan pada payudara
4. Untuk usia 40 - 50 tahun dilakukan 2 tahun sekali, sedangkan lebih dai 50 tahun dilakukan setahun sekali.
Lihat juga obrolan soal Mastalgia ....
Blog ini khusus buat mereka-mereka yang dalam waktu dekat ini berurusan dengan dokter bedah, akan menjalani pembedahan, mempunyai kerabat/saudara yang mau menjalani pembedahan atau buat mereka yang pengen tauk soal bedah .... juga buat pemerhati Ilmu Bedah ... mangkanya ditunggu dong komentarnya ....
"
BACA SELENGKAPNYA - Mamografi

26 November 2010

Tanda Bahaya Kehamilan



1. Pengertian


Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda yang

mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama

kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak

terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes,2003).

2. Macam-macam tanda bahaya kehamilan

Enam tanda bahaya kehamilan selama periode antenatal menurut

Pusdiknakes (2003) :

a. Perdarahan pervaginam

b. Sakit kepala yang hebat

c. Masalah penglihatan

d. Bengkak pada muka atau tangan

e. Nyeri abdomen yang hebat

f. Bayi kurang bergerak seperti biasa

Berbagai macam tanda bahaya yang perlu segera dirujuk untuk

segera mendapatkan pertolongan :

a. Keluar darah dari jalan lahir

Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang

normal. Pada masa awal sekali kehamilan, ibu mungkin akan

mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu

pertama haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi,

dan ini normal terjadi.

Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan ringan

mungkin pertanda dari servik yang rapuh atau erosi. Perdarahan

semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya

infeksi.

Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adala h

yang merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan

nyeri. Perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan mola atau

kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak

normal adalah merah, banyak, dan kadang -kadang, tetapi tidak

selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa

berarti plasenta previa atau abrupsio plasenta (Pusdiknakes,

2003).

b. Keluar air ketuban sebelum waktunya

Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi

sebelum persalinan berlangsung yang disebabkan karena

berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan

intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut, juga karena adanya

infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik dan penilaiannya

ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina. Penentuan

cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test)

merah menjadi biru (Saifuddin, 2002).

c. Kejang

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya

keadaan dan terjadinya gejala -gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu

hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin

kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam

kehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia (Saifuddin,

2002).

d. Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam)

Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-

6. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal.

Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak

paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat

dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Pusdiknakes, 2003).

e. Demam Tinggi

Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam

kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat

merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Penanganan

demam antara lain dengan istirahat baring, mi num banyak dan

mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin,2002).

Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu

masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil

yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala -gejala

penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan

fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan,

persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2003).

f. Nyeri perut yang hebat

Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan

normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin

menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah

yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal ini

bisa berarti appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit

radang pelviks, persalinan pre term, gastritis, penyakit kantong

empedu, iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi saluran kemih atau

infeksi lainnya (Pusdiknakes, 2003).

g. Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali

merupakan ketidaknyamanan yang no rmal dalam kehamilan. Sakit

kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit

kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.

Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu

mungkin menemukan bahwa penglihatannya men jadi kabur atau

berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah

gejala dari pre-eklampsia (Pusdiknakes, 2003).

h. Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan muda

Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan pada

kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini

biasa terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung selama 10

minggu. Perasaan mual ini karena meningkatnya kadar hormon

estrogen dan HCG dalam serum. Mual dan muntah yang sampai

mengganggu aktifitas sehari -hari dan keadaan umum menjadi

lebih buruk, dinamakan Hiperemesis Gravidarum (Wiknjosastro,

2002).

i. Selaput kelopak mata pucat

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan

hemoglobin di bawah 11gr% pada trimester I dan III, <10,5gr%>Gejala tertentu saat hamil kadang butuh pertolongan dokter

segera. Jika ibu menemui gejala -gejala berikut ini, itu artinya alarm

tanda bahaya telah berbunyi, dan segeralah telepon dokter untuk

meminta saran tindakan apa yang seharusnya dilakukan:

a. Sakit perut yang hebat atau bertahan lama.

b. Perdarahan atau terjadi bercak pada vagina.

c. Bocornya cairan atau perubahan dalam cairan yang keluar dari

vagina. Yakni jika menjadi berair, lengket, atau berdarah.

d. Adanya tekanan pada panggul, sakit dipunggung bagian bawah

atau kram sebelum usia 37 minggu kehamilan.

e. Pipis yang sakit atau terasa seperti tebakar.

f. Sedikit pipis atau tidak pipis sama sekali.

g. Muntah berat atau berulangkali.

h. Menggigil atau demam di atas 101 º F(38,3 º C).

i. Rasa gatal yang menetap diseluruh tubuh, khususn ya jika

dibarengi kulit tubuh menguning, urine berwarna gelap, dan feses

berwarna pucat.

j. Gangguan penglihatan, seperti pandangan ganda, pandangan

kabur, buram, atau ada titik mata yang terasa silau jika

memandang sesuatu.

k. Sakit kepala berat yang bertahan l ebih dari 2-3 jam.

l. Pembengkakan atau terasa berat akibat cairan (edema) pada

tangan, muka dan sekitar mata, atau penambahan berat badan

yang tiba-tiba, sekitar 1 kilo atau lebih, yang tidak berkaitan

dengan pola makan.

m. Kram parah yang menetap pada kaki ata u betis, yang tidak

mereda ketika ibu hamil menekuk lutut dan menyentuhkan lutut itu

ke hidung.

n. Penurunan gerakan janin. Sebagai panduan umum, jika terjadi

kurang dari 10 gerakan dalam 12 jam pada kehamilan minggu ke -

26 atau lebih, artinya kondisi janin ti dak normal.

o. Trauma atau cedera pada daerah perut.

p. Pingsan atau pusing-pusing , dengan atau tanpa palpitasi (pupil

mata menyempit).

q. Masalah kesehatan lain yang biasanya membuat ibu telepon ke

dokter, meski jika tidak sedang hamil (Herl, 2003).



http://askep-askeb.cz.cc/

BACA SELENGKAPNYA - Tanda Bahaya Kehamilan

Penyakit Menular Seksual

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kebidanan mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukannya untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan. Komunitas adalah kelompok orang yang berbeda di suatu lokasi tertentu yang mempunyai norma dan nilai. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebidanan komunitas merupakan pelayanan kebidanan yang diberikan oleh bidan di kelompok masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan di masyarakat banyak permasalahan yang ditemui oleh bidan, diantaranya adalah mengenai Penyakit Menular Seksual (PMS). PMS merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai jenis mikroorganisme (virus, bakteri, protozoa dan jamur) yang menimbulkan gejala klinik utama di saluran kemih dan reproduksi, yang jalur penularannya melalui hubungan seksual.
Wanita, termasuk yang sedang hamil, merupakan kelompok resiko tinggi terhadap PMS. Penelitian di Surabaya menyebutkan angka kejadian PMS pada ibu hamil adalah 19,2%. Angka kejadian PMS pada ibu hamil yang melakukan asuhan antenatal di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (1998) adalah 16,1% untuk kandidiasis vaginalis, 4,2% infeksi klamidia dan 1,2% trikomoniasis.
Penyakit menular seksual dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu maupun bayi yang dikandung/dilahirkannya. Oleh sebab itu penting dilakukannya penanggulangan yang tepat yaitu secara preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah menemukan jenis-jenis Penyakit Menular Seksual dan melakukan penanggulangan secara promotif dan preventif (dalam lingkup kebidanan komunitas).

1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan dibahas yaitu :
a. Menjelaskan pengertian Penyakit Menular Seksual
b. Memaparkan cara penularan Penyakit Menular Seksual
c. Memaparkan jenis-jenis Penyakit Menular Seksual
d. Menjelaskan pencegahan Penyakit Menular Seksual



BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina).
PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.

B. RANTAI PENULARAN PMS
Virus, bakteri, protozoa, parasit dan jamur
Manusia, bahan lain yang tercemar kuman
Penis, vagina, lubang pantat, kulit yang terluka, darah, selaput lendir.
Yang paling umum adalah hubungan seks (penis-vagina, penis-lubang pantat, mulut-lubang pantat, mulut-vagina, mulut-penis).
Hubungan seks, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama dari orang yang terkena PMS ke orang lainnya (obat suntik terlarang, transfusi darah yang tidak steril, jarum tato dan lainnya).
Orang yang berperilaku seks tidak aman. Makin banyak pasangan seks, makin tinggi kemungkinan terkena PMS dari orang yang sudah tertular.

C. PENCEGAHAN
Patahkan salah satu rantai penularan
Pakailah kondom saat berhubungan seksual dengan orang yang beresiko?telah terkena PMS
.
D. JENIS-JENIS PMS
1.Gonorrhea
Gonorrhea biasa disebut “GO” disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Masa inkubasi pada pria : 3-30 hari sedangkan pada wanita 3 sampai waktu yang tidak dapat ditentukan.
Pada pria diagnosa ditentukan dengan adanya gram ( gram +) pada pemeriksaan smear terhadap pengeluaran melalui penis. Untuk menentukan diagnosa GO pada wanita, selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan kultur dari serviks, uretra, tenggorokan dan anus.
Tanda dan gejala:
Pria : Pengeluaran cairan purulen melalui uretra, disuria, epididymitis dan prostatitis.
Wanita : Pada tahap dini asimptomatis selanjutnya servisitis dengan pengeluaran yang purulen, gartolinitis.
Terapi pada GO:
Procaine penicillin G (IM) dan Progenetid (PO) atau Ampicilline dan probenecide (PO).Sebelum pemberian terapi ini,kita perlu untuk melakukan tes terlebih dahulu, karena dapat menyebabkan syok anapilaksis setelah 30 menit injeksi penicilline.

2. Syphillis
Syipilis disebabkan oleh Spirochete treponema pallidum yamg masuk kedalam tubuh melalui membrane mukosa atau kulit selama melakukan hub seksual.
Tanda dan gejala:
Tahap primer :adanya luka pada vulva atau penis sangata nyeri, ulkus primer baik tunggal maupun kelompok, mungkin terjadi juga pada bibir, lidah tangan, rectum atau putting susu.
Tahap sekunder :yaitu 2-4 minggu setelah timbulnya ulkus sampai 2-4 tahun. Pasien merasa demam, sakit kepala, tidak nafsu makan, hilang berat badan, anemia, sakit pada tenggorokan, kemerahan dan sakit pada mata, kuning dengan atau tanpa hepatitis, sakit pada otot persendian dan tulang panjang. Pada umumnya tubuh lemah, kemerahan serta adanya condylomata pada rectum dan genitalia.
Pada tahap laten :5-20 tahun tidak ada tanda-tanda klinik, sedangkan pada tahap lanjut yaitu terminal tidak diobati akan terlihat tumor/massa/gumma pada bagian tubuh, kerusakan pada katup jantung dan pembuluh-pembuluh darah, meningitis, paralysis, kurang koordinasi, parese, insomnia, binggung, dilusi, gangguan pikir dan bicara tidak jelas.

Terapi pada sipilis
Yaitu semua jenis Penicillin, dianjurkan penicillin G benzathine karena jenis long acting.

3. Herpes Genitalis
Herpes genitalis disebabkan karena terinfeksi oleh : Herpes virus hominis tipe 2 (HVH-2)
Tanda dan gejala:
- Adanya rupture vesicle
- Ulserasi nyeri serta pembengkakan pada kelenjar limpe inguinal
- Disuria serta merasakan gejala flu.
Terapi simtomatik
Untuk lesi dicuci dengan cairan Burow’s, H2O2, atau sabun dan air selamjutnya keringkan dengan baik.
Pencegahan dan Pengawasan
Pencagahan terhadap STD mencangkup 3 tingkatan pencegahan yaitu:
1. Pencegahan primer, ditujukan untuk mencegah penyakit mencangkup hal-hal sebagai berikut:
- Memberikan pendidikan kepada individu-individu yang tidak terinfeksi sehingga dapat menghindar dari individu yang terinfeksi.
- Identifikasi dan mengobati individu yang terinfeksi tanpa gejala.
- Wawancara pasien yang terinfeksi untuk identifikasi kontak.
- Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pencegahanpada individu yang kontak.
- Anjurkan untuk berpatisipasi pada program pengawasan.
2. Pencegahan sekunder yaitu: untuk mencegah terjadinya komplikasi STD seperti : PID pad waktu dengan GO.
3. Pencegahan tertier, berfokus untuk menurunkan efek dari komplikasi seperti : steril atau mandul.
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan terhadap individu yang tidak terinfeksi sangat efektif dilakukan melalui sekolah-sekolah dan kelompok masyarakat remaja dan dewasa muda
Di klinik, untuk pasien yang pertama kali mengalami STD akan merasa takut, berdosa dan tidak aman, sehingga perlu pendekatan psikologis sosial. Pendidikan kesehatan yang diberikan di klinik mencangkup : cara kerja obat, durasi, efektif, efek samping, keuntungan dan kunjungan ulang, kegagalan pengobatan akan menyebabkan remfeksi juga diberi informasi tentang : cara transmisi penyakit, proses reinfeksi, hentikan hubungan seksual jika mungkin, jika tidak bisa mengamankan kondom.
Untuk perawatan diri perlu diinformasikan tentang hal-hal sebagai berikut:
1. cuci tangan dan mandi dalam frekuensi sering.
2. Jangan lakukan (kotraindikasi) douching kecuali untuk pemberian obat-pbatan.
3. Pergunakan pakaian dalam dari katun.
4. Jangan mempergunakan lotion, cream, minyak pada luka kecuali diprogramkan.

4. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus) ditandai dengan sindroma menurunnya sistem kekebalan tubuh.Penyebab utama AIDS adalah HIV. HIV dapat ditransmisi melalui kontak seksual, darah atau produk darah dari ibu kepada bayinya. HIV tidak dapat ditransmisi melalui kontak didalam rumah, sekolah atau tempat kerja.
Gejala pertama AIDS muncul rata-rata 10 tahun dari saat terinfeksi HIV, yang selanjutnya menunjukan gejala berbagai penyakit dan menyebabkan kematian dalam waktu 1-3 tahun.
Dalam masa 10 tahun dari saat terinfeksi HIV, sipengidap tampak “sehat” namun berkemampuan untuk menularkan HIV kepada orang lain melalui hubungan seksual (berganit-ganti pasangan),melalui darah atau produk darahnya(secara suntikan, tranfusi dan transplantasi organ dari sipengidap HIV) dan melalui proses melahirkan dari ibu sipengidap HIV kepada janin atau bayinya.

Gejala-gejala AIDS
Gejala Mayor
a. Pada prang dewasa terdiri dari:
1. Penurunan berat badan lebih dari 10%
2. Diare kronik lebih dari satu bulan.
3. Demam lebih dari satu bulan (kontinyu atau intermiten)
b. Pada anak terdiri dari:
1. Penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat yang abnormal.
2. Diare kronik lebih dari satu bulan.
3. Demam lebih dari satu bulan.

Gejala Minor
a. Pada orang dewasa terdiri dari:
1. Batuk lebih dari satu tahun.
2. Dermatitis pruritus umum.
3. Herpes Zoster rekurens.
4. Candidiasis orofarings.
b. Pada anak terdiri dari:
1. Limfadenopati umum.
2. Candidiasis oroforings.
3. Infeksi umum yang terulang (otitis, faringitis)



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
PMS biasanya ditularkan dari satu orang kepada orang lainnya melalui hubungan heteroseksual, homoseksual atau kontak intim melalui genitalia, mulut atau rectum.Beberapa penyakit menular seksual yang dibahas didalam makalah ini mencangkup Gonorhea, Syiphillis, Herpes genital dan HIV /AIDS
Didalam makalah dijelaskan penyebab dan tanda-tanda atau gejala dan penyakit menular seksual antara lain pengeluaran cairan yang tidak normal dan saluran kencing atau liang senggama (berbau amis, keputihan yang banyak sekali) rasa nyeri atau sakit pada saat kencing atau saat berhubungan seksual, lecet, luka kecil yang disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening,dll.Adapun pencegahan atau penanggulangan PMS tergantung dari jenis-jenis PMS yang dijelaskan.

B. Saran
Penulis mengharapkan agar tenaga kesehatan (khususnya mahasiswa kebidanan) dapat mengetahui dan memanfaatkan makalah ini untuk menambah wawasan dalam penyakit menular seksual dan dapat dicegah atau ditanggulangi di lingkungan masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA

Majoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius. FKUI.

Prayetni. 1996. Asuhan Keperawatan Ibu dengan Gangguan Sistem Reproduksi. Jakarta. Depkes RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

Keluarga berencana dan Kesehatan Reproduksi Berwawasan Jender. 2003.
Jakarta. Badan Koordinasi KB Nasional.
www.askep-askeb-kita.blogspot.com
BACA SELENGKAPNYA - Penyakit Menular Seksual

Menometrorrhagia

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT karena atas karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ MENOMETRORRHAGIA “ ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Usman selaku pembimbing dan teman– teman seperjuangan yang telah banyak membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan- kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dalam pembuatan makalah ini lebih baik selanjutnya. Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi semua pembaca dan dapat bermanfaaat.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.





Wassalam…


Penulis















BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menorrhagia adalah pengeluaran darah yang terlalu banyak yang terjadi sesuai dengan siklus haid. Sedangkan yang dimaksud dengan metrorrhagia adalah perdarahan yang tidak teratur yang tidak ada hubungannya dengan haid.
Menometrorrhagia merupakan perdarahan uterus yang berlebihan yang terjadi pada dan diantara siklus haid. Ini disebut juga dengan perdarahan disfungsional. Menometrorrhagia banyak sekali terjadi pada wanita dalam masa pubertas dan masa menjelang menopause. Beberapa penyebab pada perdarahan ini antara lain karena kelainan anatomis rahim (seperti adanya polip rahim, mioma uteri, dll), adanya siklus anovulatoir ( ditandai dengan siklus haid yang memanjang ), dan karena ketidakseimbangan hormon yang mempengaruhi siklus haid.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum
Sebagai bahan pembelajaran dan dalam pemenuhan tugas computer.
b. Tujuan Khusus
- mengetahui definisi dari menometrorrhagia
- mengetahui penyebab dari menometrrhagia
- mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan diagnosa menometrorrhagia








BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi
Menorrhagia adalah pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya disertai bekuan darah sewaktu menstruasi pada siklus haid yang teratur.
( Ginekologi, FK UNPAD )
Metrorrhagia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.
( Ginekologi, FK UNPAD )
Menometrorrhagia adalah perdarahan uterus berlebihan yang terjadi pada dan diantara periode haid.
( Kamus Kedokteran DORLAN )

Menometrorhagia merupakan perdarahan bukan haid yaitu perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Perdarahan ini tampak berpisah dan dapat dibedakan dari haid atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu, yaitu menorrhagia dan menometrorrhagia.

2. Penyebab
Menometrorhagia kebanyakan terjadi karena ketidakseimbangan hormonal yang mempengaruhi siklus haid.
Sebab- sebab organis
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh pada :
a. serviks uteri, seperti polip serviks, erosion persionis uteri, ulkus pada porsio, dan CA serviks
b. korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, mola hidatidosa, koriokarsinoma, hyperplasia endometrium, sarcoma uteri, mioma uteri
c. tuba fallopii, seperti KET, radang tuba, tumor tuba
d. ovarium, seperti radanng ovarium, tumor ovarium, dan lain- lain



Sebab- sebab fungsional
Disebut juga dengan perdarahan disfungsional yaitu perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab- sebab organic.
Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause, nama lainnya disebut “metropathia haemorrhagica cystica” atau folikel persisten
( Schroder ).

3. Patologi
Tahun 1915, Schroder melakukan penelitian pada ovarium dan uterus pada waktu yang sama, menarik kesimpulan gangguan perdarahan “ metropatia hemoragika “ ini terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah, sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum.
Akibatnya, terjadilah hyperplasia endometrium ( penebalan endometrium ) karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus- menerus.

Perdarahan disfungsional ini dapat dibagi menjadi :
a. Perdarahan ovulatoar
b. Perdarahan anovulatoar

Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan ± 10 % dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek
( polimenore ) atau panjang ( oligomenore ).
Untuk menegakkan diagnosa, perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid.

Perdarahan anovulatoar
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium, dengan menurunnya kadar estrogen di bawah tingkat tertentu maka timbullah perdarahan yang bersifat siklik atau kadang- kadang tidak teratur sama sekali.
Folikel- folikel mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia kemudian diganti dengan folikel- folikel yang baru.
Endometrium tumbuh terus dibawah pengaruh estrogen yang lama kelamaan menjadi hyperplasia endometrium. Dapat disimpulkan bahwa itu perdarahan anovulatoar, jika dilakukan kerokan dan diambil sediaan darah yang diperoleh saat kerokan.

Pada wanita dalam masa pubertas, untuk membuat diagnosa tidak perlu dilakukan kerokan. Tapi pada wanita yang berumur 20- 40 tahun kemungkinan bisa polip, mioma, dan sebagainya. Pada wanita dalam masa pramenopause dorongan untuk melakukan kerokan ialah untuk memastikan ada atau tidaknya tumor ganas.

4. Penanganan
Kadang- kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak, dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan dilkukan transfusi darah. Jika telah dilakukan pemeriksaan ginekologi dan tidak terdapat sebab- sebab kelainan organic maka dapat dicurigai sementara waktu perdarahan dipengaruhi oleh hormon steroid.
Dapat diberikan :
- estrogen dalam dosis tinggi agar perdarahan berhenti
- progesteron untuk mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endomerium

Terapi yang dapat diberikan adalah :
- kuretase
- hormonal pada wanita muda jika perdarahannya bersifat anovulatoardan pada wanita tua dapat dilakukan hysterektomi.

HIPERPLASIA ENDOMETRIUM
Hiperplasia endometrium adalah suatu masalah dimana terjadi penebalan/pertumbuhan berlebihan dari lapisan dinding dalam rahim (endometrium), yang biasanya mengelupas pada saat menstruasi.
Hiperplasia endometrium biasa terjadi akibat rangsangan / stimulasi hormon estrogen yang tidak diimbangi oleh progesteron. Pada masa remaja dan beberapa tahun sebelum menopause sering terjadi siklus yang tidak berovulasi sehingga pada masa ini estrogen tidak diimbangi oleh progesteron dan terjadilah hiperplasia. Kejadian ini juga sering terjadi pada ovarium polikistik yang ditandai dengan kurangnya kesuburan (sulit hamil).

GEJALA
Gejala dari hiperplasia endometrium, antara lain : siklus menstruasi tak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama (amenore) ataupun menstruasi terus-menerus dan banyak. Selain itu, akan sering mengalami plek bahkan muncul gangguan sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya.
Dampak berkelanjutan dari penyakit ini, adalah penderita bisa mengalami kesulitan hamil dan terserang anemia. Hubungan suami-istri pun terganggu karena biasanya terjadi perdarahan yang cukup parah.

Penebalan pada lapisan dinding dalam rahim terjadi karena kerja hormon estrogen. Makanya, jika terjadi penebalan berlebih itu menunjukkan adanya peningkatan berlebih dari kadar hormon estrogen itu sendiri.
Pada kasus umum, peningkatan hormon estrogen bisa terjadi akibat dipicu oleh tumbuhnya kista. Pada kasus lain, penebalan dinding rahim juga terjadi karena faktor ketidakseimbangan hormonal dimana peningkatan hormon estrogen tak diimbangi oleh peningkatan progesteron. Kondisi ini juga biasanya dialami oleh wanita yang tergolong berbadan gemuk karena produksi estrogennya berlebihan. Jadi, hiperplasia endometrium sebenarnya bisa dialami siapa pun, baik yang sudah memiliki anak maupun belum.

Terjadinya penebalan dinding rahim bisa diketahui dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Namun untuk memastikannya perlu dilakukan kuratase. Hasil kuretan dinding rahim akan dikirim ke bagian Patologi Anatomi untuk didiagnosa lebih lanjut.

KLASIFIKASI
Berdasarkan kajian medis, gangguan penebalan dinding rahim ini bisa dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Simplek : kategori ringan dan tak akan berakhir dengan keganasan sehingga penderita tetap masih bisa hamil.
2. Kistik / Kelenjar / Adenomatous: juga tergolong tidak berbahaya.
3. Atipik : kategori berbahaya, biasanya merupakan cikal bakal terjadinya kanker. Ini yang perlu diwaspadai.

Terapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain sebagai berikut:

1.) Tindakan kuratase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi untuk menghentikan perdarahan.
2.) Selanjutnya adalah terapi progesteron untuk menyeimbangkan kadar hormon di dalam tubuh. Namun perlu diketahui kemungkinan efek samping yang bisa terjadi, di antaranya mual, muntah, pusing, dan sebagainya. Rata-rata dengan pengobatan hormonal sekitar 3-4 bulan, gangguan penebalan dinding rahim sudah bisa diatasi.
3.) Jika pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan perbaikan, biasanya akan diganti dengan obat-obatan lain.
Tanda kesembuhan penyakit hiperplasia endometrium yaitu siklus haid kembali normal.
Jika sudah dinyatakan sembuh, ibu sudah bisa mempersiapkan diri untuk kembali menjalani kehamilan. Namun alangkah baiknya jika terlebih dahulu memeriksakan diri pada dokter. Terutama pemeriksaan bagaimana fungsi endometrium, apakah salurannya baik, apakah memiliki sel telur dan sebagainya.
4.) Khusus bagi penderita hiperplasia kategori atipik, jika memang terdeteksi ada kanker, maka jalan satu-satunya adalah menjalani operasi pengangkatan rahim. Penyakit hiperplasia endometrium cukup merupakan momok bagi kaum perempuan dan kasus seperti ini cukup dibilang kasus yang sering terjadi, maka dari itu akan lebih baik jika bisa dilakukan pencegahan yang efektif.

PENCEGAHAN
Langkah-langkah bisa yang disarankan untuk pencegahan, seperti:
* Melakukan pemeriksaan USG dan / atau pemeriksaan rahim secara rutin, untuk deteksi dini ada kista yang bisa menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim.
* Melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gangguan seputar menstruasi apakah itu haid yang tak teratur, jumlah mestruasi yang banyak ataupun tak kunjung haid dalam jangka waktu lama.

BAB III
PENUTUP


1. Kesimpulan
Menometrorrhagia adalah pengeluaran darah yang banyak, lama, dan tidak teratur yang dapat terjadi pada dan diantara periode haid.
Penyebabnya dapat berupa kelainan anatomis atau hormonal secara fisiologis maupun patologis.
Beberapa penyebab antara lain adalah karena kelainan anatomis, seperti polip rahim dan lain- lain.
Penyebab yang lain bisa terjadi karena ketidakseimbangan hormone yang mempengaruhi siklus haid.
Penanggulangannya dapat dengan dilakukannya kuretase dan hasilnya dapat dijadikan sampel untuk pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah terdapat sel yang ganas yang dapat menjadi kanker.

2. Saran
Bagi setiap wanita, konsulkan diri Anda ke petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan lainnya jika Anda merasa terdapat tanda- tanda seperti diatas untuk pencegahan.
Dan bagi pihak Rumah Sakit agar dapat lebih memperhatikan terhadap penyakit ini dan juga diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanannya.


DAFTAR PUSTAKA

Prawiroharjo, Sarwono. 2005. ILmu Kandungan. Jakarta : YBP.
Ginekologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi FAkultas Kedokteran UNPAD.
www.askep-askeb-kita.blogspot.com
BACA SELENGKAPNYA - Menometrorrhagia

Karsinoma Serviks Uteri

BAB II
TINJAUAN TEORI
1. KARSINOMA SERVIKS UTERUS
1.1. DEFINISI
Karsinoma seviks uterus merupakan tumor ganas yang menyerang leher rahim (Sarwono, 2005)
1.2. EPIDEMIOLOGI
a. Diantara tumor ganas ginekologik, kanker serviks uterus masih menduduki peringkat pertama di Indonesia. Perbandingan di RSUP Sardjito Yogyakarta yaitu 179 diantara 263 kasus atau kira-kira 68,1 % dari semua kasus kanker ginekologik (Sarwono, 2005)
b. Umur penderita 30-60 tahun dan terbanyak 35-50 tahun
c. Hanya 9% dari wanita berusia <35>
1.3. ETIOLOGI
Sebab langsung belum diketahui, akan tetapi factor pemicunya berhubungan erat dengan factor-faktor ekstrinsic yaitu:
a. Jarang ditemukan pada perawan (virgo), insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin
b. Insidensi tinggi pada gadis yang coitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (<16>
c. Insidensi meningkat dengan tingginya paritas, jarak persalinan yang terlampau dekat, berasal dari golongan ekonomi rendah (hygiene seksual yang jelek)
d. Aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan
e. Mempunyai suami yang tidak pernah disirkumsisi
f. Terinfeksi virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe 16 dan 18
g. Adanya kebiasaan merokok
1.4. PATOLOGI
a. Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoseviks (porsio)dan endoserviks kanalis serviks yang disebut squamo-columnar junction (SCJ)
b. Ektoserviks terdiri dari epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari porsio, sedangkan endoserviks terdiri dari epitel kuboid / silindris pendek selapis bersilia dari kanalis servikalis.
c. Pada wanita muda SCJ ini berada di luar ostium uteri eksternum (OUE), sedang pada wanita berumur >35 tahun SCJ ini berada dalam kanalis servikalis
d. Pada awal perkembangan tak memberi tanda-tanda dan keluhan, akan tetapi dengan pemeriksaan speculum akan tampak porsio yang erosive (metaplasi skuamosa) yang fisiologik atau patologik
e. Tumor dapat tumbuh:
o Eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis
o Endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cendrung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus
o Ulseratif mulai dari SCJ dan cendrung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas
f. Serviks yang normal secara alami mengalami proses metaplasi (erosion) akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi. Akan tetapi, dengan masuknya mutagen, porsio yang erosive (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologis dapat berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III, dan KIS dan akhirnya menjadi karsinoma invasive.
g. Umumnya fase prainvasif berkisar antara 3-20 tahun (rata-rata 5-10 tahun)
h. Histopatologik sebagian terbesar (95-97%) berupa epidermoid atau squamous cell carcinoma, sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma, dan yang paling jarang sarkoma
1.5. PENYEBARAN
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:
o Ke arah fornises dan dinding vagina
o Ke arah korpus uteri, dapat sampai menembus membrane basalis dengan kedalaman invasi > 1mm dan sel tumor telah tempak pada pembuluh limfa atau darah
o Ke arah parametrium dan dalam tingkat lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih, hingga menyebar ke kelenjar iliak luar dan dalam (hipogastrika), ligamentum latum, obturator, prasakral, praaorta, dan secara teoritis dapat lanjut melalui trunktus limfatikus di kanan dan vena subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati, ginjal, tulang dan otak. Pada tingkat keganasan akhir dapat menyebabkan fistula rectum atau kandung kemih. Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan oleh perdarahan-perdarahn yang eksesif dan gagal ginjal menahun karena obstruksi ureter.
1.6. PEMBAGIAN TINGKAT KEGANASAN
Tingkat
Kriteria
0
I
Ia
Ib occ
Ib
II
IIa
IIb
III
IIIa
IIIb
IV
IVa
IVb
KIS / kasinoma intraepitel: membrane basalis masih utuh
Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus
Karsinoma mikroinvasif: bila membrane basalis sudah rusak dan sel tumor sudah memasuk stroma tak lebih dari 1 mm, dan sel tymor tidak terdapat dalam pembuluh limfa atau pembuluh darah
Ib occult = Ib yang tersembunyi: secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma , tetapi pada pemeriksaan histoligik ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebih Ia
Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi ke dalam struma serviks uteri
Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan / ke parametriumtetapi tidak sampai dinding panggul
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate tumor
Penyebaran ke parametrium, uni / bilateral tetapi belum sampai dinding panggul
Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium sampai dinding panggul
Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedang ke parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul
Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal
Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa rectum dan / kandung kemih
Telah terjadi penyebaran jauh
Table 1.1 Tingkat Keganasan Klinik Menurut FIGO, 1978
1.7. GAMBARAN KLINIK
a. Keputihan
Keputihan yang dimaksud adalah keputihan yang berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan karena pertumbuhan tumor menjadi ulseratif
b. Perdarahan pervaginam
o Perdarahan setelah bersenggama (poscoital bleeding), merupakan gejala khas dari karsinoma serviks.
o Perdarahan yang terjadi lama kelamaan tidak hanya setelah bersenggama saja, tetapi akan lebih sering terjadi bahkan di luar senggama (perdarahan spontan). Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat klinik yang lebih lanjut
o Perdarahan saat defekasi akibat bergesernya tumor eksofitik dari serviks
c. Anemia akan ikut menyertai karena terjadinya perdarahan berulang
1.8. DIAGNOSIS
o Anamnesa, berdasarkan keluhan dan riwayat penyakit terdahulu
o Pemeriksaan dalam
o Pemeriksaan sitologi eksploratif
o Pemeriksaan histologik dengan biopsy
o Kuretase endoserviks
1.9. PENANGANAN
o Pada tingkat KIS: tidak dibenarkan melakukan elektrokoagulasi / elektrofulgerasi, bedah krio atau dengan sinar laser kecuali bila yang menangani ahli dalam kolposkopi dan penderitanya masih muda dan belum punya anak. Bila penderita telah cukup tua dan telah cukup anak, dapat dilakukan histerektomi sederhana
o Pada tingkat klinik Ia: lakukan penanganan seperti KIS bila invasive belum meluas dan <1>
o Pada tingkat klinik Ib, Ib occ., dan IIa: dilakukan histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul. Pasca bedah dilanjutkan dengan penyinaran.
o Pada tingkat IIb, III, dan IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah, karena pengobatan primernya adalah radioterapi
o Pada tingkat klinik Iva dan IVb: penyinaran hanya bersifat paliatif, karena kita harus mempertimbangkan kemoterapi, tetapi syarat-syaratnya harus terpenuhi. Untuk ini tak digunakan sitostatika tunggal tetapi regimen yang terdiri dari kombinasi beberapa sitostatika.
2. RADIOTERAPI
2.1. DEFINISI
Radioterapi adalah suatu cara pengobatan dengan menggunakan sinar pengion, yang bertujuan merusak sel-sel abnormal tanpa menimbulkan kerusakan atau gangguan yang berat dan irreversible pada jaringan sehat disekitarnya. (Sarwono, 2005)
2.2. DASAR-DASAR RADIOTERAPI
a. Proses radiobiologik
Sinar pengion yang berinteraksi dengan jaringan hidup akan menimbulkan reaksi biokimiawi yang dapat menyebabkan gangguan atau berakhirnya proses biologic sel
b. Radiofisika
Sumber sinar untuk terapi penyinaran umumnya terdri dari generator yang menghasilkan sinar X (sinar foton), sinar electron, dan sinar neutron serta zat radioaktif yang menghasilkan sinar gamma dan beta
Sinar X dan sinar gamma mempunyai tenaga sama dengan atau lebih dar 1 megavolt (1000 kvolt) dan mempunyai banyak kelebihan disbanding sinar X konvesional (sinar X yang dihasilkan dari tabung rontgen), yaitu:
o Mempunyai daya tembus yang lebih tinggi
o Mempunyai dosis maksimum di bawah kulit, sehingga kulit dapat terhindar dari akibat radiasi
o Tidak mudah menimbulkan kerusakan tulang (radionekrosis tulang) karena tidak ada perbedaan absorpsi di jaringan lunak dan tulang
Oleh karena itulah sinar X bertenaga tinggi yang lebih cocok untuk penyinaran tumor ginekologik, mengingat lokalisasi tumor ginekologik umumnya di bawah kulit, dikelilingi tulang-tulang pelvis dan sacrum, kecuali tumor vulva.
c. Teknologi
o Ditemukan pesawat cobalt yang dapat menghasilkan sinar gamma megavolt yang mempunyai kelebihan dari pesawat konvensional
d. Patologi
o Dosis dan teknik radiasi harus disesuaikan harus selalu disesuaikan dengan jenis anatomi patologik, sifat-sifat penjalaran tumor, dan tingkat kliniknya.
2.3. ALAT RADIOTERAPI
o Sumber sinar pengion dari generator:
- Pesawat konvensional (orthovoltage)
- Pesawat megavolt (supervoltage), banyak digunakan untuk radiasi tumor ginekologik
o Sumber sinar pengion dari zat radioaktif
- Sumber radioaktif tertutup: zat radioaktif tersimpan dalam wadah sedemikian rupa, sehingga tidak ada hubungan langsung antara zat radioaktif dengan jaringan tubuh. Zat yang paling banyak digunakan cobalt, cesium, dan iridium
- Sumber radioaktif terbuka: zat radioaktif berhubungan langsung dengan jaringan tubuh / tumor sehingga penderita baru bebas dari zat radioaktif setelah zat ini habis, oleh karena itu dipakai zat yang waktu paruhnya pendek contoh koloid emas (Au 198)
2.4. RADIOTERAPI PADA KARSINOMA SERVIKS UTERI
- Pembatasan dosis lebih ditentukan oleh daya tahan usus, ureter, dan kandung kencing yang mempunyai daya toleransi lebih rendah disbanding uterus. Dosis radiasi local melebihi 5000 rad dapat menimbulkan reaksi yang cukup berat seperti timbulnya ulserasi pada mukosa yang dapat menimbulkan fistula
- Teknik radiasi merupakan kombinasi antara radiasi local dengan radiasi eksternal. Radiasi local bertujuan untuk memberikan dosis yang yang tinggi pada serviks sedangkan radiasi eksternal bertujuan untuk penyinaran di luar serviks yang dapay mengamankan metastasis kelenjar limfe.
- Dosis yang masih termasuk dosis toleransi ialah 200 rad sehari, 5 x seminggu dengan dosis total sekitar 5000 rad dalam 5 minggu. Dapat pula diberikan 300 rad tiap kali , 3 x seminggu dengan total 4500 rad
- Pada KIS, lebih dipilih tidakan operatif, namun pada karsinoma yang sudah invasive radioterapi memegang perana penting


DAFTAR PUSTAKA
www.askep-askeb-kita.blogspot.com
BACA SELENGKAPNYA - Karsinoma Serviks Uteri

25 November 2010

Distosia

DISTOSIA

Definisi
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan.

Etiologi
Distosia dapat disebabkan karena kelainan his ( his hipotonik dan his hipertonik ), karena kelainan besar anak, bentuk anak ( hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat ), letak anak (letak sungsang, letak melintang ), serta karena kelainan jalan lahir.

1. DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS
Kelainan his dapat berupa inersia uteri hipotonik atau inersia uteri hipertonik.
a. Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik.
Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.
Inertia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :
1. Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
2. Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.

Penanganan :
1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus
diperhatikan.
2. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang
kemungkinan-kemungkinan yang ada.
3. Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokong
bila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat
dapat dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan
dilakukan sectio cesaria.

b. Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi
normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya 'tetania uteri' karena obat uterotonika yang berlebihan.
Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.

Penanganan
Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri, mengurangi ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi. Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.




2. DISTOSIA KARENA KELAINAN LETAK
a) Letak Sungsang
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong dibawah bagian cavum uteri.

Macam –Macam Letak Sungsang :
1. Letak bokong murni ( frank breech )
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.
2. Letak sungsang sempurna (complete breech)
Kedua kaki ada disamping bokong dan letak bokong kaki sempurna.
3. Letak sungsang tidak sempurna ( incomplete breech )
Selain bokong sebagian yang terendah adalah kaki atau lutut.

Etiologi Letak Sungsang :
1. Fiksasi kepala pada PAP tidak baik atau tidak ada ; pada panggul sempit, hidrocefalus, anencefalus, placenta previa, tumor.
2. Janin mudah bergerak ; pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur).
3. Gemelli
4. Kelainan uterus ; mioma uteri
5. Janin sudah lama mati
6. Sebab yang tidak diketahui.

Diagnosis Letak Sungsang :
1. Pemeriksaan luar, janin letak memanjang, kepala di daerah fundus uteri
2. Pemeriksaan dalam, teraba bokong saja, atau bokong dengan satu atau dua kaki.

Syarat Partus Pervagina Pada Letak Sungsang :
1. Janin tidak terlalu besar
2. Tidak ada suspek CPD
3. Tidak ada kelainan jalan lahir
Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.

b) Prolaps Tali Pusat
Yaitu tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin setelah
ketuban pecah. Bila ketuban belum pecah disebut tali pusat terdepan.
Pada keadaan prolaps tali pusat ( tali pusat menumbung ) timbul bahaya besar, tali pusat terjepit pada waktu bagian janin turun dalam panggul sehingga menyebabkan asfiksia pada janin.
Prolaps tali pusat mudah terjadi bila pada waktu ketuban pecah bagian terdepan janin masih berada di atas PAP dan tidak seluruhnya menutup seperti yang terjadi pada persalinan ; hidramnion, tidak ada keseimbangan antara besar kepala dan panggul, premature, kelainan letak.
Diagnosa prolaps tali pusat ditegakkan bila tampak tali pusat keluar dari liang senggama atau bila ada pemeriksaan dalam teraba tali pusat dalam liang senggama atau teraba tali pusat di samping bagian terendah janin.

Pencegahan Prolaps Tali Pusat :
► Menghindari pecahnya ketuban secara premature akibat tindakan kita.

Penanganan Tali Pusat Terdepan ( Ketuban belum pecah ) :
► Usahakan agar ketuban tidak pecah
► Ibu posisi trendelenberg
► Posisi miring, arah berlawanan dengan posisi tali pusat
► Reposisi tali pusat

Penanganan Prolaps Tali Pusat :
► Apabila janin masih hidup , janin abnormal, janin sangat kecil harapan hidup

Tunggu partus spontan.
► Pada presentasi kepala apabila pembukaan kecil, pembukaan lengkap
Vacum ekstraksi, porcef.
► Pada Letak lintang atau letak sungsang Sectio cesaria

3. DISTOSIA KARENA KELAINAN JALAN LAHIR
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
a) Distosia karena kelainan panggul/bagian keras
Dapat berupa :
1. Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis
Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain.
2. Kelainan ukuran panggul.
Panggul sempit (pelvic contaction). Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal.

Kesempitan panggul bisa pada :
1. Kesempitan pintu atas panggul
Inlet dianggap sempit apabila cephalopelvis kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Diagonalis (CD) maka inlet dianggap sempit bila CD kurang dari 11,5 cm.
2. Kesempitan midpelvis
• Diameter interspinarum 9 cm
• Kalau diameter transversa ditambah dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.
• Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan RO – pelvimetri.
• Midpelvis contraction dapat member kesulitan sewaktu persalinan sesudah kepala melewati pintu atas panggul.
3. Kesempitan outlet
Kalau diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm.
Kesempitan outlet, meskipun mungkin tidak menghalangi lahirnya janin,
namun dapat menyebabkan rupture perineal yang hebat. Karena arkus pubis
sempit, kepala janin terpaksa melalui ruang belakang.

Ukuran rata-rata panggul wanita normal
1. Pintu atas panggul (pelvic inlet) :
Diameter transversal (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm.
2. Pintu tengah panggul (midpelvis) :
Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) + 11.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm.
3. Pintu bawah panggul (pelvic outlet) :
Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm.
Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.

b) Kelainan jalan lahir lunak
Adalah kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain pada jalan lahir yang menghalangi lancarnya persalinan.
1. Distosia Servisis
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan pada servik uteri. Walaupun harus normal dan baik, kadang – kadang permukaan servik menjadi macet karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau membuka.

Ada 4 jenis kelainan pada servik uteri :
• Servik kaku (rigid cervix)
• Servik gantung (hanging cervix)
• Servik konglumer (conglumer cervix)
• Edema servik
2. Kelainan selaput dara dan vagina
• Selaput dara yang kaku, tebal
Penanganannya : dilakukan eksisi selaput dara (hymen)
• Septa vagina
▪ Sirkuler
▪ Anteris – posterior
Penanganan :
- Dilakukan eksisi sedapat mungkin sehingga persalinan berjalan
Lancar
- Kalau sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk melakukan sectio
Cesaria

3. Kelainan – kelainan lainnya
¶ Tumor – tumor jalan lahir lunak : kista vagina ; polip serviks, mioma
uteri, dan sebagainya.
¶ Kandung kemih yang penuh atau batu kandung kemih yang besar.
¶ Rectum yang penuh skibala atau tumor.
¶ Kelainan letak serviks yang dijumpai pada multipara dengan perut
gantung.
¶ Ginjal yang turun ke dalam rongga pelvis.
¶ Kelainan – kelainan bentuk uterus : uterus bikorvus, uterus septus,
uterus arkuatus dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC
FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan ginekologi. Bandung : Eleman
FKUI Universitas Padjajaran. 1982. Obstetric Patologi. Bandung : Elstar offset
Cunningham, F. Gary. 1995. Obstetric Williams. Jakarta : EGC
Oxorn, Harry. 1990. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta : Yayasan Essentia Medica
Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
BACA SELENGKAPNYA - Distosia

Tinjauan pelaksanaan kegiatan pondok sayang ibu (PSI) di desa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) suatu negara. Mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang, menurut laporan UNICEF di negara miskin sekitar 25% - 50% kematian wanita usia subur disebabkan karena komplikasi kehamilan, kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama kematian ibu karena tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan yang berlangsung normal, hal ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90 % kematian ibu disebabkan komplikasi obstetri. Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak ditangani dengan memadai. AKI di Indonesia masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB sebesar 21,8 per 1.000 KH (Saifuddin, 2002). Sedangkan AKI di Lampung juga masih tinggi selama tahun 2001 yaitu jumlah kematian maternal 111 dari 134.596 KH (83/100.000 KH), dan jumlah kematian bayi yaitu 4/1000 KH, (Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2001).

Indonesia menempatkan penurunan AKI sebagai program prioritas mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi di saat sekitar persalinan dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri, maka kebijaksanaan Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI adalah mengupayakan agar : 1) setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan dan pelayanan obstetri sedekat mungkin pada ibu hamil. Memperhatikan AKI dan AKB dapat dikemukakan bahwa : 1) sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama, 2) pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga menyulitkan kehamilan dengan resti tidak atau terlambat diketahui, 3) masih banyak di jumpai ibu dengan jarak kehamilan pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil, 4) jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi, dan 5) pendidikan masyarakat yang rendah cenderung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional (Manuaba, 1998).
Untuk menjawab permasalahan tersebut perlu diupayakan program yang memiliki daya ungkit besar dan dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada di masyarakat itu sendiri. Untuk itu digalakkan Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang dirintis oleh Kantor Menteri Pemberdayaan Wanita pada tahun 1996. Ruang lingkup GSI meliputi advokasi dan mobilisasi sosial. Dalam pelaksanaannya GSI mempromosikan kegiatan yang berkaitan dengan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Kecamatan Sayang Ibu, untuk mencegah 3 keterlambatan yaitu: 1) keterlambatan di tingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan membuat keputusan untuk segera mencari pertolongan, 2) keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan, dan 3) keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapat pertolongan yang dibutuhkan. Kegiatan yang terkait dengan Kecamatan Sayang Ibu berusaha mencegah keterlambatan pertama dan kedua, sedang kegiatan yang terkait dengan Rumah Sakit Sayang Ibu adalah mencegah keterlambatan ketiga. Menanggapi masalah tersebut tim penggerak PKK Propinsi Lampung mengambil langkah dengan membentuk Pondok Sayang Ibu yang merupakan tempat penampungan sementara bagi ibu hamil yang beresiko tinggi atau ibu hamil lainnya yang membutuhkan pertolongan dalam menghadapi persalinannya (TP.PKK Propinsi Lampung, 1997)
Di Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus merupakan daerah terpencil dengan tingkat ekonomi menengah kebawah. Di wilayah kerja Puskesmas Putih Doh terdapat 3 desa yang memiliki PSI dan salah satunya adalah Desa Badak. Dibanding dengan 2 desa lainnya yaitu : Desa Way Rilau dan Desa Tanjung Jati, Desa Badak merupakan desa yang sasaran ibu hamilnya lebih besar dengan perbandingan Desa Badak 43 orang, Desa Way Rilau 27 orang dan Desa Tanjung Jati 8 orang. Sedangkan perbandingan cakupan K1 (Kunjungan pertama ibu hamil) dari bulan Januari sampai bulan Agustus 2003 yaitu : Desa Badak 22 orang, Desa Way Rilau 15 orang dan Desa Tanjung Jati 5 orang. Adapun cakupan pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di Desa Badak lainnya yaitu : K IV ada 15 orang, deteksi ibu hamil dengan resiko tinggi ada 3 orang, neonatus 20 orang dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan ada 20 orang. (Data Puskesmas Putih Doh tahun, 2003)
Menurut data pra survey yang dilakukan peneliti pada tanggal 3 November 2003, bahwa di Desa Badak selama tahun 2003 ini ada kematian ibu berjumlah 1 orang yang disebabkan karena perdarahan pada saat persalinan. Dan dari 8 standar kegiatan Pondok Sayang Ibu (PSI) yaitu: 1) membuat daftar seluruh ibu hamil yang ada di desa wilayah PSI, 2) menentukan status ibu hamil apakah kehamilannya beresiko tinggi, 3) membuat hari perkiraan ibu hamil, 4) menampung ibu hamil sementara sebelum dirujuk ke Rumah Sakit (RS), 5) melaksanakan piket kader PSI, 6) membuat daftar piket ambulan desa, 7) membuat daftar pendonor darah, dan 8) pembinaan / pertemuan ibu hamil. Yang dilakukan PSI di Desa Badak hanya 3 kegiatan atau 37,5 % yaitu : 1) menentukan status ibu hamil apakah kehamilannya beresiko tinggi, 2) membuat hari perkiraan ibu hamil, dan 3) membuat daftar piket ambulan desa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik memilih judul penelitian yaitu Tinjauan Pengelolaan Pondok Sayang Ibu (PSI) di Desa Badak Wilayah kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana Pelaksanaan kegiatan Pondok Sayang Ibu (PSI) di Desa Badak Wilayah Kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus ?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam penulisan ini yang menjadi ruang lingkup dari penelitian tinjauan pengelolaan Pondok Sayang Ibu (PSI) adalah sebagai berikut :
1. Subjek penelitian : Pondok Sayang Ibu
2. Objek penelitian : Pelaksanaan kegiatan Pondok Sayang Ibu
3. Variabel penelitian : Pondok Sayang Ibu
4. Populasi : PSI di Desa Badak Wilayah kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus
5. Lokasi Penelitian : Pondok Sayang Ibu (PSI) di Desa Badak Wilayah kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus
6. Waktu penelitian : Dilakukan pada bulan Desember 2003 – Maret 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan Pondok Sayang Ibu (PSI) di Desa Badak Wilayah kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. Kegiatan yang dilakukan PSI di Desa Badak
b. Tenaga pelaksana PSI di Desa Badak
c. Peralatan yang ada di PSI di Desa Badak
d. Pendanaan PSI di Desa Badak
e. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di PSI di Desa Badak




E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi pengelola PSI
Sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan di PSI bagi masyarakat di Desa Badak
2. Manfaat bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan sebagai upaya dalam pembinaan dan pengelolaan PSI.
3. Manfaat bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang penelitian PSI

BACA SELENGKAPNYA - Tinjauan pelaksanaan kegiatan pondok sayang ibu (PSI) di desa
INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS, KETIK EMAIL ANDA DISINI:
setelah mendaftar segera buka emailnya untuk verifikasi pendaftaran. Petunjuknya DILIHAT DISINI