kolom pencarian

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan | Testimoni | Perkakas
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

29 January 2011

Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Konsep Kebutuhan Dasar Manusia: "
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki.

Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997).

Ciri Kebutuhan Dasar Manusia
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya, maka kebutuhan tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergera untuk berusaha mendapatkannya.
Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut :
1. Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan besar dari biasanya.
2. Hubungan Keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.
3. Konsep Diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan.
4. Tahap Perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia manusia mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda untuk setiap tahap perkembangan.

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow
Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut:
1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan (minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, dan seksual.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.
a. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan dan sebagainya.
b. Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali, karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya
3. Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, mendapat tempat dalam keluarga, kelompok sosial, dan sebagainya.
4. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait, dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
5. Kebutuhan aktualiasasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
"
BACA SELENGKAPNYA - Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine: "
1. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faiKtcw utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.

4. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. I-Ial tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang airkecil

7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.

8. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang meaarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.

9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.

10. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otioti kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.

11. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menye;babkan penurunan pemberian obat anestesi menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat jumlah produksi urine karena dampak dari

12. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

13. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

BACA SELENGKAPNYA - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine

Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektrolit

Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektrolit: "
1. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari B5 ml;q/h, mual, muntah, diare sehingga timbul rasa haus yang berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan membran mukosa kering. Iliponatremia ini dapat disebabkan oleh kekurangan cairan yang berlebihan seperti kondisi diare yang berkepanjangan.

2. Hipernatremia
Hipernatre;mia merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam plasma tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan ke:merahan, konvulsi, suhu badan naik, kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 m h;q/h. Kondisi demikian dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, peasupan air yang berlebihan sedang asupan garam sedikit.

3. Hipokalemia
Hipokalemia suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare yang berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mT;q/L.

4. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi pada pasien luka bakar, pe:nyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma me:ncapai lebih dari 5 ml;q

5. Hipokalsemia
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mI/,q/h dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.


6. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D sec:ara berlebihan, ditandai de;ngan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/h.

7. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 ml;q/h.

8. Hipermagnesia
Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, (Ian kadar magnesium lebih dari 2,5 mI;q/h.

"
BACA SELENGKAPNYA - Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektrolit

Proses Buang Air Besar (Defekasi)

Proses Buang Air Besar (Defekasi): "
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. 'Perdapat dua pusat yang momguasai refieks untuk defe:kasi, yang te:rletak di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar mengucup. Reflek defe;kasi dirangsang untuk buang air beaar, kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendor. Selama defekasi berbagai otot lain membantu proses itiu, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis.
Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. feaes yang normal terdiri atas masa padat, berwarna coklat karena disebabkan ole;h mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu pertama, refieks, defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus, lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua, refieks defekasi parasimpatis. Adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, ke;mudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sfingte:r interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi.

"
BACA SELENGKAPNYA - Proses Buang Air Besar (Defekasi)

Pengaturan Elektrolit

Pengaturan Elektrolit: "
1. Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling banyak pada c:airan ekstrasel. Yengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan konsentirasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap ke;mbali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya berge:rak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur keseimbangan c;airan tubuh. Ekskresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil meelalui tinja, keringat dan air mata.

2. Pengaturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam c:airan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. E1ldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (c;airan ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga langkah, yaitu:
1) Peningkatankonsentrasi kalium dalam cairan ekstirasel yang menyebabkan peningkatan produksi aldosteron.
2) Meningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan melalui ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstra sea menurun.

Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam kalium ini berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru, jaringan usus pencernaan. Ekskresi kalium dilakukan melalui urine, dan sebagian lagi melalui tinja dan keringat.

3. Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk pembe:ntukan tulang, penghantar impuls kontraksi otiot, koagulasi darah (pemb(;kuan darah), dan membantu beberapa enrim pankreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh hormon paratiroid melalui proses reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah me:nurun, kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormon paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.

4. Pengaturan Keseimbangan Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasea tetapi khlorida dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam darah. I-Iipokloremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah. Sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah. Kadar klorida yang normal dalam darah orang de;wasa adalah 95-108 mHq/ I,.

5. Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Ilipomagnesemia te°.rjadi bila konsentrasi serum turun kurang dari 1,5 mLq/ I, dan bila hipermagneaemia kadar magnesiumnya lebih dari 2,5 mEq/h.


6. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.

7. Pengaturan Keseimbangan Fosfat (POa)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

"
BACA SELENGKAPNYA - Pengaturan Elektrolit

28 January 2011

Konsep Perilaku Kesehatan

Konsep Perilaku Kesehatan: "
A. Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skiner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert), Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.

B. Perilaku Kesehatan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3 kelompok:
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman).

2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Sering disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Heath Seeking Behavior).
Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku Kesehatan Lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.
a. Perilaku hidup sehat.
Adalah perilaku –perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antar lain :
1) Menu seimbang
2) Olahraga teratur
3) Tidak merokok
4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
5) Istirahat yang cukup
6) Mengendalian stress
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

b. Perilaku Sakit
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Perilaku ini mencakup:
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2) Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
3) Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan pelayanan kesehatan).

C. Domain Perilaku
Faktor-faktor yang membedakan respon terhada stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakterisitik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin,, dsb.
2. Determinan atau faktor eksternal yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya ekonomi, politik , dsb

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 dominan yakni:
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotor
Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni:
1. Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang:
a. Proses Adopsi perilaku
Di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :
 Awareness
 Interest
 Evaluation
 Trial
 Adoption
b. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)
2) Memahami (comprehension)
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
2. Sikap
Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek
Diagram:

Proses terbentuknya sikap dan reaksi

a. Komponen pokok sikap
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok:
1) kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek
2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
b. Berbagai tingkatan sikap
Sikap ini terdiri dari berbagai tindakan:
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
3) Menghargai (valuing)
4) Bertanggungjawab (responsible)

c. Praktek atau tindakan (practice)
Mempunyai beberapa tingkatan:
1) persepsi (perception)
2) respon terpimpin (guide response)
3) mekanisme (mecanism)
4) adopsi (adoption)

D. Perubahan (Adopsi) Perilaku atau Indikatornya
Adalah suatu roses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap:
1. Pengetahuan
Dikelompokkan menjadi:
a. pengetahuan tentang sakit dan penyakit
b. pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan
c. pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
2. Sikap
Dikelompokkan menjadi:
a. sikap terhadap sakit dan penyakit
b. sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
c. sikap terhadap kesehatan lingkungan
3. Praktek dan Tindakan
Indikatornya yakni:
a. tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit
b. tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
c. tindakan (praktek) kesehatan lingkungan

E. Aspek Sosio-Psikologi Perilaku
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dsb. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.

F. Determinan dan Perubahan Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial.

Asumsi Determinan Perilaku Manusia
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan deteminan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antar lain:
1. Teori Lawrence Green
Gren mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pegetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2. Teori Snehandu B, Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak pada perilaku itu merupakan fungsi dari:
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatanya (behavior intention)
b. Duikungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)
c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (acesssebility of information)
d. Otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal ii mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy)
e. Situasi yang emungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situastion).

3. Teori WHO
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok:
Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek.
a. Pengetahuan
Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
d. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting.
e. Sumber-sumber daya (resources)
Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilku seseorang atau kelompok masyarakat.
f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.
"
BACA SELENGKAPNYA - Konsep Perilaku Kesehatan

Konsep Belajar dalam Promosi Kesehatan

Konsep Belajar dalam Promosi Kesehatan: "
A. Proses Belajar
1. Arti dan Lingkup Belajar
a. Arti Belajar
Kadang-kadang bahan pengajaran disamakan dengan pendidikan. Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup, akan tetapi konsep Eropa , arti belajar itu agak sempit hanya mencakup menghapal, mengingat mereproduksi sesuatu yang dipelajari.

b. Proses Belajar
1) Latihan
Latihan adalah penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada dengan mengulang-ulang aktivitas tertentu.
2) Menambah/Memperoleh tingkah laku baru
Belajar sebenarnya adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal (nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan sendiri.

c. Ciri-ciri Kegiatan Belajar
a. Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang belajar baik actual maupun potensial
b. Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama
c. Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha, bukan karena proses kematangan

2. Beberapa Teori Proses Belajar
Teori stimulus, respon yang kurang memperhitungkan faktor internal dan teori transformasi yang memperhitungkan faktor internal. Sedangkan kelompok teori belajar yang kedua sudah memperhitungkan faktor internal maupun eksternal. Para ahli psikologi kognitif juga memperhitungkan faktor eksternal dan internal di dalam mengembangkan teorinya. Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa perencanaan pengajaran hendaknya berdasarkan pada pengetahuan tentang subjek belajar agar dapat dirancang metode pengajaran berdasarkan teori belajar yang tepat.


3. Teori-teori Belajar Sosial (Social Learning)
Dalam hal ini ada dua macam belajar, yaitu secara fisik, misalnya menari, olahraga, mengendarai mobil dan sebagainya
a. Teori belajar sosial dan tiruan dari NE Miller dan M. Dollard
1) Tingkah laku sama (same behavior)
2) Tingkah laku tergantung (matched depend behavior)
3) Tingkah laku salinan (copying behavior)
b. Teori belajar sosial A Bandura dan RH Wailer
1) Efek modeling (modeling effect)
Peniru melakukan tingkah laku –tingkah aku baru melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model.
2) Efek penghambat (inhabitation) dan Penghapus hambatan (dis inhabitations)
Tingkah laku-tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku-tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata.
3) Efek kemudahan (facilitation effect)
Tingkah laku –tingkah laku yang sudah pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model.


B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Proses Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
1) Metode
Metode pendidikan individu, kelompok, dan massa (public):
a. Metode Pendidikan Individu
1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance dan concerning)
Dengan cara ini kontrak antara klien dan petugas lebih intensif
2) Wawancara (inteview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
b. Metode Pendidikan Kelompok
Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan:
1) Kelompok besar (15 orang)

Metode yang baik untuk kelompok besar:
 Ceramah (persiapan dan pelaksanaan)
 Seminar

2) Kelompok kecil (< 15 orang)
 Diskusi kelompok (bebas berpartisipasi dalam diskusi)
 Curah pendapat (brain storming)
 Bola salju (snow balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) kemudian dilotarkan suatu pertanyaan atau masalah.
 Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)
 Memainkan peran (role play)
 Permainan simulasi (simulation game)

c. Metode Pendidikan Massa
  1. Ceramah umum (publik speaking), pada cara-cara tertentu misalnya pada hari kesehatan nasional, dll.
  2. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun Radio, pada hakikatnya merupakan bentuk pendidikan kesehatan
  3. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit.
  4. Sinetron Dokter Sartika dalam acara TV pada tahun 1990-an juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.
  5. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab/konsultasi tentang kesehatan.
6) Billboard.
C. Alat Bantu/Peraga/Media Belajar
a. Pengertian
Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan/pengajaran.

b. Faedah Alat
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak
3) Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.
5) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan.
6) Mendorong keinginan untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
7) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

D. Macam-macam Alat Bantu (Pendidikan)
 Alat bantu lihat (visual aids), yang berguna dalam menstimulasi indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya pendidikan dalam bentuk alat yang diproyeksikan (slide, film, film strip, dsb) dan alat-alat yang tidak diproyeksikan : dua dimensi (gambar peta, bagan), tiga dimensi (bola dunia, boneka, dsb).
 Alat bantu dengan (audio aids) : piringan hitam, pita suara
 Alat bantu lihat-dengar : seperti televisi dan video casset

Alat peraga juga dapat dibedakan menjadi dua macam menurut pembuatan dan penggunaanya:
1) Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip, slide, dsb.
2) Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri (bambu, karton, kaleng bekas, kertas koran, dsb).

Contoh alat peraga sederhana
1. Di rumah tangga : leaflet, model buku bergambar, benda-benda yang nyata seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dsb
2. Di masyarakat umum : poster, spanduk, leaflet, flannel graph, boneka wayang, dsb.

Ciri alat peraga sederhana
 Mudah dibuat
 Bahan-bahannya dapat diperoleh di bahan-bahan lokal.
 Di tulis/digambar dengan sederhana
 Memakai bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat.
 Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat
b. Sasaran yang Dicapai
 Yang perlu diketahui tentang sasaran, antara lain:
1) Individu atau kelompok
2) Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, dsb
3) Bahasa yang mereka gunakan
4) Adat-istiadat serta kebiasaan
5) Minat dan perhatian
6) Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima
 Tempat memasang (menggunakan) alat-alat peraga
1) Di dalam keluarga (kunjungan rumah, waktu menolong persalinan, merawat bayi, dsb).
2) Di masyarakat (perayaan hari-hari besar, arisan-arisan, pengajian, dsb).
3) Di Instansi-instansi (puskesmas, RS, Kantor-kantor, sekolah, dsb).
 Alat-alat peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh:
1) Petugas-petugas puskesmas/kesehatan
2) Kader kesehatan
3) Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat

c. Merencanakan dan Menggunakan Alat Peraga
Tujuan yang hendak dicapai:
 Tujuan pendidikan
1) Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep.
2) Mengubah sikap dan persepsi
3) Menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru
 Tujuan penggunaan alat peraga
1) Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidikan
2) Untuk menimbukan perhatian terhadap suatu masalah
3) Untuk mengingatkan suatu pesan/informasi
4) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur dan tindakan

d. Persiapan Penggunaan Alat Peraga
Semua alat peraga yang dibuat, berguna sebagai alat bantu belajar. Kita harus mengembangkan ketrampilan dan memilih dan menggunakan alat peraga secara tepat sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal. Sebelum diproduksi alat peraga, sebaiknya para petugas mencoba terlebih dahulu alat-alat yang masih dalam bentuk kasar atau draf, sejauh mana alat peraga tersebut dapat dimengerti oleh sasaran pendidikan.


Cara melakukan test antara lain:
 Merencakanan terlebih dahulu tes pendahuluan atas suatu media yang akan diproduksi
 Menentukan pokok-pokok yang akan dipesankan dalam media tersebut.
 Menentkan gambar-gambar pokok atau symbol-simbol yang disesuaikan dengan ciri-ciri sasaran.
 Memperlihatkan alat peraga
 Memperlihatkan kepada sasaran tercoba
 Mndiskusikan alat yang dibuat dengan orang lain /para ahli.

e. Cara Mempergunakan Alat peraga
Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung pada jenis alatnya. Pada waktu menggunakan AVA hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Senyum adalah lebih baik untuk mencari simpati.
2) Tunjukkan perhatian bahwa hal yang akan dibicarakan /dipergunakan itu adalah penting
3) Pandanga mjata hendaknya keseluruh pendegar agar mereka tidak kehilangan kontrol pihak pendidik
4) Gaya bicara hendaknya bervariasi agar pendengar tidak bosan dan tidak mengantuk.
5) Ikut sertakan para peserta/pendengar dan berikan kesempatan untuk memegang atau mencoba alat-alat tersebut.
6) Bila perlu berilah selingan humor, guna menghidupkan suasana.

f. Media
Yang dimaksud media adalah pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA), karena alat-alat tersebut merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Media ini dibagi menjadi tiga macam :
 Media Cetak
Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, antara lain sebagai berikut:
1) Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar-gambar.
2) Leafleat, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembar yang dilipat.
3) Flyer (selebaran), ialah bentuk seperti leafleat tetapi tidak berlipat.
4) Flip chat (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik, dan berisi gambar peragaan.
5) Rubrik atau tulisan. Tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kesehatan.
6) Poster, ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok ditempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
7) Foto, yang mengungkapkan informasi kesehatan.

 Media Elektronik
Media ini sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya, antara lain :
1) Televisi
2) Radio
3) Video
4) Slide
5) Film Strip.

 Media papan (Billboard)
Media papan ini dipasang di tempat-tempat umum, dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan.

Enam faktor yang dapat menghambat proses belajar pada orang dewasa:
  1. Dengan bertambahnya usia titik dekat penglihatan atau titik trdekat yang dapat dilihat secara jelas mulai bergerak makin jauh.
  2. Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan atau titik yang dapat dilihat secara jelas mulai berkurang (makin pendek).
  3. Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang diperlukan dalam suatu situasi belajar.
  4. Makin bertambah usia, persepsi kontras warna cenderung kearah merah daripada spectrum.
  5. Makin bertambah usia, kemampuan menerima suara mulai menurun.
  6. Makin bertambah usia, kemampuan untuk membedakan bunyi makin berkurang.

"
BACA SELENGKAPNYA - Konsep Belajar dalam Promosi Kesehatan

Proses Oksigenasi

Proses Oksigenasi: "
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri at as tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proscs keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalem alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan twkanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat, maka twkanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat mc:nycbabkan relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kcmudian kerja saraf parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi schingga dapat mcnvebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
d. Adanya rcflcks batuk dan muntah.
e. Adanva peran mukus siliaris scbagai pcnangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah contpliemce recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila contplience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat di keluar secara maksimal.

Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O„ hal ini dapat terjadi sebagaimana O, dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O, da1am darah vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.

3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapile;r ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranva:
a. Kardiak output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
1. Saraf Otonomik
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat baik oleh simpatis maupun parasimpatis ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkokonstriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat resoptor adrenergik dan reseptor kolinergik.

2. Hormonal dan Obat
Semua hormon termasuk derivat katekolamin dapat, melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropin, ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran napas (bronkokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.

3. Alergi pada Saluran Napas
Baktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat di dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benangsari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. lni menyebabkan bersin. Apahila ada rangsangan di daerah nasal, batuk apabila di saluran napas bagian atas, dan bronkokontriksi terjadi pada asma bronkial, dan jika terletak saluran napes bagian bawah menyebabkan rhinitis.

4. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia organ dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan. Demikian juga setelah anak tumbuh menjadi dewasa kemampuan kematangan organ seiring dengan bertambahnva usia.

5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigen seperti faktor alergi, ketinggian, maupun suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.

6. Faktor Perilaku
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), seperti orang obesitas dapat memengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas yang dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, perilaku merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain.

Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, tanda yang muncul seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan karena menurunnya kadar Hb menurunnya difusi O, dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.

2. Perubahan Pola Pernapasan
a. Tachypnea merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi melebihi 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.
b. Bradypnea merupakan pola pernapasan yang ditandai dengan pola lambat, kurang lebih 10 kali permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai dengan konsumsi obat-obatan narkotika atau sedatif.
c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan karena adanya infeksi, ketidakseimbangan asam-basa atau gangguan psikologis. Apabila pasien mengalami hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu berkurangnya CO, tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan terhadap pusat pernapasan menurun.
d. Kusmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metaholik.
e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya dalam penggunaan oksigen dengan ditandai adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi atau ketidakseimbangan eletktrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis, otot-otot pernapasan lumpuh, depresi pusat pernapasan, tahanan jalan udara pernapasan meningkat, tahanan jaringan paru dan toraks menurun, compliance paru, dan toraks menurun. Keadaan demikian dapat menyebabkan hiperkapnea yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga paCO2 meningkat (akibat hipoventilasi) akhirnya menyebabkan depresi susunan saraf pusat.
f. Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat: saat pernapasan. lial ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
g. Orthopnea merupakan keesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering, ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
h. Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mulamula naik kemudian menurun dan berhenti dan kemudian mulai dari siklus baru.
i. Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan atelektaksis.
j. Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes akan tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.
k. Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena pe;nyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea, atau obstruksi laring.

3. Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman pada kondisi pernapasannya terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti CV/1 (cerebro vaskular accident), akibat. efek pengobatan sedatif, dan lain-lain.

Tanda Klinis:
a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b. Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.

4. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisiindividu mengalami penurunan gas baik oksigen maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru. '1`erjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan penurunan kapasitas difusi Yang antara lain disebabkan oleh menurunnYa luas pcrmukaan difusi, menebalnya membran alveolar kapiler, rasio ventilasi perfusi tidak baik dan dapat menyebabkan pengangkutan Cy, dari paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2„ dan terganggunya aliran darah.

Tanda Klinis:
a. Dispnea pada usaha napas.
b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
c. Agitasi.
d. Lelah, letargi.
e. Meningkatnya tahanan vaskular paru.
f. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya paCO2
g. Sianosis.
"
BACA SELENGKAPNYA - Proses Oksigenasi

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit: "
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat meialui sistem atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh sistem hormonal, yakni ADH (anti diuretik hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.

1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah. pengatur keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 c-c plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnva menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/ bb/jam.

2. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemanpuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasouonstriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya dilakukan melalui cara pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi, yaitu pengalihan panas ke benda yang disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara pelepasa.n air yang jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi tubuh yang panas.

3. Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan terhadap upaya kemampuan bernapas.

4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan _yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/ hari.

5. Sistem Endokrin
a. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.

b. Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.

c. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

d. Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

e. Mekanisme Rasa Haus
Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin II, sehingga merangsang hipotalamus sehingga menimbulkan rasa haus.

CARA PERPINDAHAN CAIRAN
1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau cat padat secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.

Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding rnolekul kecil. Moiekul akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis ini penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda, dan di dalamnya di masukkan sel darah merah maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan berdifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9 % merupakan larutan yang isotonik, karena larutan NaC 1 mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. larutan liipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan larutan intrasel.

Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.

3. Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.

Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor yakni tekanan cairan dan membran semipermeabel.
a. Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bi1a dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekul intinya tidak dapat bergabung, larutan tersebut disebut: koloid. Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan yang sama dapat becrgabung maka larutan tersebut discbut kristaloid. Scbagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam. Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pembcrian cairan intravena. Biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intrmuskular bersifat isotonik karena mempunvai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. larutan intravena yang hipotonik, yang larutan mempuyai konsentrasi kurang pekat disbanding dengan konsenirasi plasma darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan interstisial, karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar disbanding cairan interstisial dan molekul protein lebih besar, maka akan terbentuk larutan koloid Yang sulit menembus membran semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
b. Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, Yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.

"
BACA SELENGKAPNYA - Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit

Gangguan/Masalah Kebutuhan Cairan

Gangguan/Masalah Kebutuhan Cairan: "
1. Hipovolumi atau Dehidrasi
Kekurangan cairan ekste:rnal terjadi kare:na penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran c:airan. '1'ubuh akan merespons kekurangan c:airan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskular. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volum cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
a. Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah c:airan dan elektrolitnya yang seimbang.
b. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak dari pada elektrolitnya.
c. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air.

Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipovolume) . Yada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. .Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea dan nitrogen serta kreatinin meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketiahui. Kelebihan asupan pelarut sepcrtii protein dan klorida/natrium akan menycbabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan, serta berkeringat banyak dalam waktu lama dan terus-menerus. Kelainan lain yang menyebabkan kelebihan pengeluaran urine adalah adanya gangguan pada hipotalamus, kele:njar gondok dan ginjal, diare, muntah yang terus-menerus, terpasang drainage, dan lain-lain.
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:
a. Dehidrasi Berai
  • Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
  • Serum natrium 159-166 mhq/h.
  • Hipotensi.
  • Turgor kulit buruk.
  • Oliguria.
  • Nadi dan pernapasan meningkat.
  • Kehilangan cairan mencapai > 10% BB

b. Dehidrasi Sedang
  • Kehilangan cairan 2-4 1 atau antara 5-10% BB
  • Serum natrium 152-158 ml;q/h.
  • Mata cekung.
c. Dehidrasi Ringan dengan ciri-ciri mengalami kehilangan cairan mencapai 5% B atau 1,5-2 L.

2. Hipervolumi atau Overhidrasi
Terdapat dua manifestiasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan c:airan pada interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, teaapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan. Keadaan hipervolumi dapat menyebabkan Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah perife;r atau akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan karena perpindahan cairan ke: jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan membekunya cairan pada permukaan jaringa.n. Kelebihan cairan vaskular dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial, sehingga dapat menyebabkan edema anasarka (edema yang terdapat diseluruh tubuh).

Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat me:nekan sejumlah cairan hingga ke membran kapiler paru sehingga menyebabkan edema paru, dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan suara ronki. Keadaan edema mi disebabkan karena gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru.

"
BACA SELENGKAPNYA - Gangguan/Masalah Kebutuhan Cairan

27 January 2011

Konsep Dasar Desa Siaga

Pengertian dan Ciri-ciri Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan Desa Sehat.

Pengertian desa ini dapat berarti Kelurahan atau nagari atau istilah-istilah lain bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.
Sehubungan dengan pengertian, maka ciri-ciri desa siaga adalah:
  • Memiliki pemimpin dan atau tokoh masyarakat yang peduli kepada kesehatan
  • Memiliki organisasi kemasyarakatan yang peduli kepada kesehatan masyarakat desa
  • Memiliki berbagai Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
  • Memiliki Polkesdes yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dasar
  • Memiliki sistem survielans (penyakit, gizi, kesling dan PHBS) yang berbasis masyarakat
  • Memiliki sistem pelayanan kegawatdaruratan (safe community) yang berfungsi dengan baik.
  • Memiliki sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat (mandiri dalam pembiayaan kesehatan seperti adanya Tabulin, Dasolin, Dana Sehat, dana Sosial, Keagamaan dan lain-lain)
  • Masyarakatnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Tujuan Desa Siaga
Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.

Tujuan khusus:
  1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan
  2. Meningkatnya kemampuan masyarakat desa untuk menolong dirinya dibidang kesehatan
  3. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, kegawatdaruratan dsb)
  4. Meningkatnya dukungan dan peran aktif para stakeholders dalam mewujudkan kesehatan masyarakat desa.
  5. Meningkatnya masyarakat desa yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
Sasaran Desa Siaga
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran dibedakan menjadi tiga kelompok, yang dalam pendekatannya harus dilakukan secara simultan. Ketiga kelompok sasaran tersebut adalah:

Sasaran Primer
Sasaran primer adalah semua individu desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya. Sasaran primer tersebut terutama adalah seluruh kepala keluarga.

Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku sasaran primer atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan tersebut.
Sasaran sekunder adalah : tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader desa serta petugas kesehatan.

Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah individu, kelompok, dan institusi yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana dan lain-lain.
Sasaran tersier di desa adalah: kepala desa, camat, para pejabat, donatur terkait, swasta, para donatur dan stakeholders lainnya.
BACA SELENGKAPNYA - Konsep Dasar Desa Siaga

Standar Praktek Kebidanan (SPK)

Standar I : Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan langkah: pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
Difinisi Operasional:
  1. Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan medis.
  2. Format manajemen kebidanan terdiri dari: format pengumpulan data, rencana format pengawasan resume dan tindak lanjut catatan kegiatan dan evaluasi.
Standar II: Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Difinisi Operasional:
1) Ada format pengumpulan data
2) Pengumpulan data dilakukan secara sistimatis, terfokus, yang meliputi data:
  • Demografi identitas klien.
  • Riwayat penyakit terdahulu.
  • Riwayat kesehatan reproduksi.
  • Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi.
  • Analisis data.
3) Data dikumpulkan dari:
  • Klien/pasien, keluarga dan sumber lain.
  • Tenaga kesehatan.
  • Individu dalam lingkungan terdekat.
4) Data diperoleh dengan cara:
  • Wawancara
  • Observasi.
  • Pemeriksaan fisik.
  • Pemeriksaan penunjang.
Standar III : Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulan.
Difinisi Operasional
  1. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh klien atau suatu keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan sesuai dengan wewenang bidan dan kebutuhan klien.
  2. Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistimatis mengarah pada asuhan kebidanan yang diperlukan oleh klien.
Standar IV : Rencana Asuhan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.
Difinisi Operasional
1) Ada format rencana asuhan kebidanan
2) Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosa, rencana tindakan dan evaluasi.

Standar V: Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien: tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
Difinisi Operasional
  1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.
  2. Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi.
  3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perkembangan klien.
  4. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan atau tugas kolaborasi.
  5. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik kebidanan etika kebidanan serta mempeiti.•nbangkan hak klien aman dan nyaman.
  6. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia.
Standar VI: Partisipasi Klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
Difinisi Operasional
1) Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang:
  • Status kesehatan saat ini
  • Rencana tindakan yang akan dilaksanakan.
  • Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan.
  • Peranan petugas kesehatandalam tindakan kebidanan.
  • Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan.
2) Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan tindal kegiatan.

Standar VII: Pengawasan
Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus den, tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.
Difinisi Operasional
  1. Adanya format pengawasan klien.
  2. Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus sistimatis un¬mengetahui keadaan perkembangan klien.
  3. Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah disediakan.
Standar VIII: Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindak kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
Difinisi Operasional
  • Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakan tindakan kebidanan. Men sesuai dengan standar ukuran yang telah ditetapkan.
  • Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan
  • Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.
Standar IX: Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasfican sesuai dengan standar dokumentasi asuh. kebidanan yang diberikan.
Difinisi Operasional:
  1. Dokumentasi dilaksanakan untuk disetiap langkah manajemen kebidanan.
  2. Dokumentasi dilaksanakan secara jujur sistimatis jelas dan ada yang bertanggung jawab.
  3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan.
BACA SELENGKAPNYA - Standar Praktek Kebidanan (SPK)

Pengetahuan

Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003),”Pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu". Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan "what", misalnya: apa dan sebagainya (Notoatmodjo, 2002).
Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah wawasan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti dan melalui suatu proses dengan cara mengkaji suatu objek dan menganalisa, dimana proses tersebut tidak hanya mencakup proses belajar mengajar dalam situasi formal tetapi dapat terjadi dalam situasi non formal seperti lingkungan keluarga, kelompok dan masyarakat.

Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan antara lain:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu kemampuan struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formula-formula yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan suatu kriteria yang ditentukan berdasarkan indikator yang diteliti. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).
BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan

Falsafah Kebidanan

Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam memberikan asuhan. Keyakinan tersebut meliputi :
  1. Keyakinan tentang kehamilan dan Persalinan. Hamil dan bersalin merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit.
  2. Keyakinan tentang perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang unik mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu perempuan harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang diterimanya.
  3. Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan dan janin/bayinya.
  4. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan. Perempuan harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya metalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling. Pengambitan keputusan merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga dan pemberi asuhan.
  5. Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada : pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif dan fteksibel, suportif, peduti; bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan; asuhan berkesinambungan, sesuai keinginan dan tidak otoriter serta menghormati pilihan perempuan.
  6. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan. Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis, emosional,sosial, budaya, spiritual serta pengataman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
  7. Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang bidan menganut filosofi yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa semua manusia adalah mahluk bio-psiko¬sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama.
  8. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup dan untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatan.
  9. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas.
  10. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa-masa remaja.
  11. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk masyarakat kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia. Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya dalam lingkungan yang bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisir.
BACA SELENGKAPNYA - Falsafah Kebidanan

25 January 2011

Poliklinik Kesehatan Desa

Pengertian
Poliklinik Kesehatan Desa (Polkesdes) adalah suatu wujud dari upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh dan untuk masyarakat atas dasar musyawarah dalam rangka :
  • Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat desa
  • Meningkatnya kewasadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain.
  • Meningkatnya kemampuan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri dalam bidang kesehatan
  • Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat desa dan tenaga kesehatan
  • Meningkatnya dukungan dan peran aktif berbagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat desa (stakeholders)
Polkesdes memang bertujuan untuk meningkatkan keterjangkaun pelayanan kesehatan oleh masyarakat desa. Oleh karena itu, desa-desa yang didahulukan untuk memiliki Polkesdes adalah:
  • Desa yang tidak memiliki puskesmas/Rumah Sakit
  • Desa yang tidak memiliki puskesmas pembantu (Pustu)
  • Desa yang bukan ibukota kecamatan
  • Desa yang bukan dalam wilayah ibukota kabupaten
Tugas dan Kegiatan Polkesdes
Polkesdes memiliki tugas sebagai pusat pengembangan desa siaga dan sekaligus sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar ditingkat desa. Sebagai pusat pengembangan desa siaga, Polkesdes merupakan koordinator bagi UKBM-UKBM yang ada di Desa Siaga.

Pelayanan yang disediakan oleh Polkesdes adalah pelayanan kesehatan dasar, yang meliputi upaya-upaya promotif, preventif, rehabilitatif (perlindungan, pencegahan, pemeliharaan kesehatan) dan kuratif (pengobatan). Pelayanan kuratif dan beberapa pelayanan preventif tertentu dilaksanakan oleh tenaga kesehatan.

Pelayanan kesehatan tersebut secara lebih terinci adalah sebagai berikut:
Upaya Promotif
- Pelatihan kader
- Penyuluhan kesehatan dan gizi
- Perlombaan dibidang kesehatan

Upaya preventif
- Survielans bebasis masyarakat (penyakit, gizi, lingkungan dan perilaku)
- Kesiapsiagaan menghadapi kegawatdaruratan kesehatandan bencana
- Pemeriksaan berkala termasuk pemeriksaan ibu hamil dan balita
- Penjaringan kesehatan
- Imunisasi
- Penyehatan lingkungan
- Pembrantasan nyamuk, jentik dan sarngnya

Upaya Kuratif dan Rehabilitatif
- Pengobatan
- Pertolongan persalinan
- Rujukan kasus ke Puskesmas

Kegiatan tersebut diatas seyogyanya dilaksanakan secara rutin setiap hari dengan melibatkan banyak pihak. Tugas dan tangung jawab masing-masing pihak dalam melaksanakan Polkesdes tersebut adalah sebagai berikut:

Kader Kesehatan
  • Melakukan surveilans atau pengamatan penyakit, gizi, kesehatan lingkungan dan perilaku masyarakat
  • Memberikan pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya, misalnya memberikan vitamin A, memberikan tablet zat besi (Fe) dan oralit
  • Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi.
  • Mengukur tinggi dan berat badan bayi, balita dan ibu hamil.
  • Melakukan pencatatan di buku catatan pelayanan
  • Mengadakan pemutakhiran data sasaran
  • Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh-tokoh masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.
Petugas Puskesmas
Petugas kesehatan Puskesmas wajib hadir di Polkesdes minimal 1 kali dalam sebulan. Peran petugas Puskesmas antara lain sebagai berikut:
  • Memberikan bimbingan dan pembinaan kader dalam penyelenggaraan Polkesdes
  • Menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kehadiran wajib petugas puskesmas, pelayanan kesehatan oleh petugas Puskesmas minimal diselenggarakan satu kali sebulan. Namun untuk Polkesdes yang baru dibentuk, fasilitasi petugas Puskesmas diharapkan dapat dilakukan sesuai kebutuhan (pada hari-hari di8mana petugas kesehatan tidak hadir, pelayanan Polkesdes diselenggarakan oleh kader kesehatan sesuai dengan kewenangannya)
  • Menyelengarakan pelatihan atau penyegaran bagi kader kesehatan
  • Menganalisis hasil kegiatan Polkesdes, serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan
  • Menerima konsultasi/rujukan berbagai kasus kesehatan yang tidak dapat ditanggulangi oleh pelaksana Polkesdes
  • Membantu pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan yang dibutuhkan Polkesdes
Sarana Polkesdes
Kegiatan Polkesdes yang dilaksanakan di dalam gedung, sebaiknya dilakukan dalam ruangan tersendiri. Tempat penyelenggaraan sebaiknya dilengkapi dengan:
  • Ruang pendaftaran
  • Ruang tunggu
  • Ruang pemeriksaan
  • Ruang Petugas
  • Ruang Konsultasi (gizi, sanitasi, dan lain-lain)
  • Ruang Obat
  • Kamar mandi dan WC
Pengadaan gedung Polkesdes dapat dilaksanakan dengan alternatif berikut:
  • Memanfaatkan gedung Polindes yang ada (ditingkatkan menjadi Polkesdes)
  • Memanfaatkan gedung lain yang sudah ada
  • Membangun gedung Polkesdes dengan fasilitasi dari pemerintahan
  • Membangun gedung Polkeses dengan swadaya masyarakat
  • Membangun gedung Polkesdes dengan bantuan donatur/sponsor/swasta
Selain ruangan/gedung, Polkesdes juga perlu dilengkapi dengan :
Peralatan
Peralatan Medis
Disesuaikan dengan jenis pelayanan yang disediakan
Peralatan Nonmedis
Sarana pencatatan dan lain-lain sesuai kebutuhan

Obat-obatan
Jenis dan jumlah obat-obatan yang perlu disediakan di Polkesdes sesuai dengan petunjuk Kepala Puskesmas setempat

Tenaga Polkesdes
Pada dasarnya, Polkesdes dioperasikan oleh tenaga dari masyarakat desa, yaitu yang berupa kader-kader PKK dan posyandu, serta tenaga-tenaga sukarela lainnya (misalnya dari LSM) dengan bimbingan teknis dari tenaga kesehatan yang ada di desa tersebut atau Puskesmas setempat dan sektor terkait. Jumlah minimal kader untuk setiap Polkesdes adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini dapat bertambah sesuai dengan kegiatan yang dikembangkan.

Untuk hal-hal teknis tertentu, pelayanan Polkesdes harus dilakukan oleh tenaga-tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan ini terdiri atas bidan plus (Bidan yang sudah ditambah ketrampilan dan kewenangannya) tenaga gizi dan sanitarian. Tidak tertutup kemungkinan, petugas-petugas dari sektor terkait juga membantu (misal PLKB).
BACA SELENGKAPNYA - Poliklinik Kesehatan Desa

Angiofibroma

Angiofibroma
Pengertian

Angiofibroma nasofaring belia adalah sebuah tumor jinak nasofaring yang cenderung menimbulkan perdarahan yang sulit dihentikan dan terjadi pada laki-laki prepubertas dan remaja.

Angiofibroma nasofaring belia merupakan neoplasma vaskuler yang terjadi hanya ada laki-laki, biasanya selama masa prepubertas dan remaja
Umumnya terdapat pada rentang usia 7 s/d 21 tahun dengan insidens terbanyak antara usia 14-18 tahun dan jarang pada usia diatas 25 tahun.
Tumor ini merupakan tumor jinak nasofaring terbanyak dan 0,05% dari seluruh tumor kepala dan leher.


Etiologi

Etiologi tumor ini masih belum jelas, berbagai jenis teori banyak diajukan. Diantaranya teori jaringan asal dan faktor ketidak-seimbangan hormonal.
Secara histopatologi tumor ini termasuk jinak tetapi secara klinis ganas karena bersifat ekspansif dan mempunyai kemampuan mendestruksi tulang. Tumor yang kaya pembuluh darah ini memperoleh aliran darah dari arteri faringealis asenden atau arteri maksilaris interna. Angiofibroma kaya dengan jaringan fibrosa yang timbul dari atap nasofaring atau bagian dalam dari fossa pterigoid. Setelah mengisi nasofaring, tumor ini meluas ke dalam sinus paranasal, rahang atas, pipi dan orbita serta dapat meluas ke intra kranial setelah mengerosi dasar tengkorak.


Tanda dan Gejala

Gejala klinik terdiri dari hidung tersumbat (80-90%); merupakan gejala yang paling sering, diikuti epistaksis (45-60%); kebanyakan unilateral dan rekuren, nyeri kepala (25%); khususnya bila sudah meluas ke sinus paranasal, pembengkakan wajah (10-18%) dan gejala lain seperti anosmia, rhinolalia, deafness, pembengkakan palatum serta deformitas pipi. Tumor ini sangat sulit untuk di palpasi, palpasi harus sangat hati-hati karena sentuhan jari pada permukaan tumor dapat menimbulkan perdarahan yang ekstensif.


Stadium Angiofibroma

Untuk menentukan perluasan tumor, dibuat sistem staging. Ada 2 sistem yang paling sering digunakan yaitu Sessions dan Fisch.

Klasifikasi menurut Sessions sebagai erikut :
  1. Stage IA : Tumor terbatas pada nares posterior dan/atau nasofaring
  2. Stage IB : Tumor melibatkan nares posterior dan/atau nasofaring dengan perluasan ke satu sinus paranasal.
  3. Stage IIA : Perluasan lateral minimal ke dalam fossa pterygomaksila.
  4. Stage IIB : Mengisi seluruh fossa pterygomaksila dengan atau tanpa erosi ke tulang orbita.
  5. Stage IIIA : Mengerosi dasar tengkorak; perluasan intrakranial yang minimal.
  6. Stage IIIB : Perluasan ke intrakranial dengan atau tanpa perluasan ke dalam sinus kavernosus.

Klasifikasi menurut Fisch :
  1. Stage I : Tumor terbatas pada kavum nasi, nasofaring tanpa destruksi tulang.
  2. Stage II :Tumor menginvasi fossa pterygomaksila, sinus paranasal dengan destruksi tulang.
  3. Stage III :Tumor menginvasi fossa infra temporal, orbita dan/atau daerah parasellar sampai sinus kavernosus.
  4. Stage IV : Tumor menginvasi sinus kavernosus, chiasma optikum dan/atau fossa pituitary.
BACA SELENGKAPNYA - Angiofibroma

Pengertian Bidan

Bidan adalah seorang perempuan yang tutus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisosi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menja(ankan praktik kebidanan.

Bidan adalah tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan pertolongan pertama tindakan kegawat-daruratan.

Bidan mempunyai tugas penting.dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan : termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan tainnya.
BACA SELENGKAPNYA - Pengertian Bidan

24 January 2011

PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

1. Pengertian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil dari pembelajaran yang menjadikan seseorang dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (http://dinkeslampung.bdl.nusa.net.id/).

2. Bidang PHBS
Bidang PHBS yaitu :
a. Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, mandi minimal 2x/hari, dan lain-lain.
b. Bidang Gizi, seperti makan buah dan sayur tiap hari, mengkonsumsi garam beryodium, menimbang berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) setiap bulan, dan lain-lain.
c. Bidang Kesling, seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban, memberantas jentik, dan lain-lain.
(http://dinkeslampung.bdl.nusa.net.id/)

3. Pengembangan PHBS
Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu :
a. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organisation) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan sebagai bantuan,hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

b. Binasuasana
Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orangorang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu :
1) Pendekatan Individu
2) Pendekatan Kelompok
3) Pendekatan Masyarakat Umum

c. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu ”kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu:
  1. Mengetahui atau menyadari adanya masalah,
  2. Tertarik untuk ikut mengatasi masalah,
  3. Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah,
  4. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan
  5. Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.



Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu :

1) Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
2) Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
3) Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
4) Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
5) Dikemas secara menarik dan jelas
6) Sesuai dengan waktu yang tersedia (http:dinkes.sulsel.go.id).
BACA SELENGKAPNYA - PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Konsep Luka

Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

Mekanisme terjadinya luka
  1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
  2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
  3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
  4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
  5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
  6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
  7. Luka Bakar (Combustio)

Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :
  • Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson - Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
  • Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
  • Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
  • Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka. (www.depkes.co.id)

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi :
Stadium I :
Luka Superfisial ("Non-Blanching Erithema”) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
Stadium II :
Luka "Partial Thickness" : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
Stadium III :
Luka "Full Thickness" : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
Stadium IV :
Luka "Full Thickness" yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Menurut waktu penyembuhan luka dibagi menjadi :
  • Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
  • Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
Proses Penyembuhan Luka
Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan “proses peradangan", yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase :
Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan "substansi vasokonstriksi" yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensoris (Local sensory nerve endding), local reflex action dan adanya substansi vasodilator (histamin, bradikinin, serotonin dan sitokin). Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi oedema jaringan dan keadaan lingkungan tersebut menjadi asidosis. Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.

Fase Proliferatif
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan. Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan "granulasi". Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.

Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.

Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.

Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhanluka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes mielitus).

Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Usia
Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan

Infeksi
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.

Hipovolemia
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah ("Pus").

Iskemia
Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada fuka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

Pengobatan
  • Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
  • Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
  • Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular. (www.google.com)
Nursing Management
Dressing/Pembalutan Tujuan :
1. memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
2. absorbsi drainase
3. menekan dan imobilisasi luka
4. mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
5. mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6. meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
7. memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien .

Alat Dan Bahan Balutan Untuk Luka
Bahan untuk Membersihkan Luka
  • Alkohol 70%
  • Aqueous and tincture of chlorhexidine gluconate (Hibitane) Aqueous and tincture of benzalkonium chloride (Zephiran Cloride) Hydrogen Peroxide
  • Natrium Cloride 0.9%
Bahan untuk Menutup Luka
Verband dengan berbagai ukuran

Bahan untuk mempertahankan balutan :
  • Adhesive tapes
  • Bandages and binders
Komplikasi Dari Luka
Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat diinspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama setelah pembedahan.

Infeksi (Wounds Sepsis)
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di rumah sakit. Proses peradangan biasanya muncul dalam 36 - 48 jam, denyut nadi dan temperatur tubuh pasien biasanya meningkat, sel darah putih meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.
Jenis infeksi yang mungkin timbul antara lain :
  • Cellulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan
  • Abses, merupakan infeksi bakteri terlokalisasi yang ditandai oleh : terkumpulnya pus (bakteri, jaringan nekrotik, Sel Darah Putih).
  • Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang menuju ke sistem limphatik. Hal ini dapat diatasi dengan istirahat dan
  • antibiotik.
Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence adalah rusaknya luka bedah Eviscerasi merupakan keluarnya isi dari dalam luka

Keloid
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya muncul tidak terduga dan tidak pada setiap orang.
BACA SELENGKAPNYA - Konsep Luka
INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS, KETIK EMAIL ANDA DISINI:
setelah mendaftar segera buka emailnya untuk verifikasi pendaftaran. Petunjuknya DILIHAT DISINI