kolom pencarian

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan | Testimoni | Perkakas
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

19 March 2011

Materi Kesehatan: Refleksiologi

Refleksiologi

  1. Reflek kornea
    Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip (N IV & VII )
  2. Reflek faring
    Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan ( N IX & X )
  3. Reflek Abdominal
    Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus, hasil negative pada orang
    tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi otot.
  4. Reflek Kremaster
    Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi yang sama
    naik / kontriksi ( L 1-2 )
  5. Reflek Anal
    Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S 3-4-5 )
  6. Reflek Bulbo Cavernosus
    Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan kedalam anus, positif bila
    kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf spinal )
  7. Reflek Bisep ( C 5-6 )
  8. Reflek Trisep ( C 6,7,8 )
  9. Reflek Brachioradialis ( C 5-6 )
  10. Reflek Patela ( L 2-3-4 )
  11. Reflek Tendon Achiles ( L5-S2)
  12. Reflek Moro
    Reflek memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
  13. Reflek Babinski
    Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki mengarah ke jari, hasil
    positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa abnormal ( jari kaki
    meregang / aduksi ektensi )
  14. Sucking reflek
    Reflek menghisap pada bayi
  15. Grasping reflek
    Reflek memegang pada bayi
  16. Rooting reflek
    Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi
BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Refleksiologi

18 March 2011

Materi Kesehatan: Diet Diabetes Mellitus

Diet Diabetes Mellitus
TUJUAN DIET DIABETES MELLITUS
Menyesuaikan makanan dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya sehingga membantu anda :

  • Menurunkan gula darah mendekati normal



  • Menurunkan gula dalam urine menjadi negatif



  • Mencapai berat badan normal



  • Dapat melakukan pekerjaan sehari-hari seperti biasa.



  • KETENTUAN DIET DIABETES MELITUS


  • Penggunaan Hidrat arang dibatasi sesuai dengan kesanggupan tubuh.



  • Jumlah makanan sehari dan pembagiannya perlu diatur dengan baik.




  • MAKANAN YANG BANYAK MENGANDUNG HIDRAT ARANG

  • Sumber Hidrat Arang Komplex : nasi, ketan, lontong, jagung, roti, ubi, singkong, talas, sagu, bihun, mie, dan makanan dari tepung.



  • Gula murni dan makanan yang di olah dengan menggunakan gula murn, seperti : gula pasir, gula jawa, madu, sirop, limun, dodol, coklat, coca-cola, susu kental manis, es cream, kue-kue manis, tarcis, buah dalam kaleng dsb.




  • PENGATURAN DIET YANG BAIK
    1. Ikuti diet yang telah ditentukan dokter. Makan dengan teratur sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang dirancang oleh ahli gizi bersama anda.
    2. Gunakan daftar penukar bahan makanan untuk mempermudah penyusun hidangan.
    3. Makanlah banyak sayur dan cukup buah
      • Sayur kelompok A boleh dimakan bebas dan sayuran B boleh dimakan dengan ketentuan.
      • Semua macam buah boleh dimakan sesuai dengan jumlah yang ditentukan kecuali; durian, alpokat, nangka, mangga, pisang raja, sawo, sirsak, kelengkeng, pisang mas.

    CARA MEMASAK YANG DIANJURKAN
    1. Sebelum dimakan, makanan harus ditimbang dalam bentuk matang. Seperti : beras, kentang, ikan, daging dan sayuran golongan B.
    2. Bila penyakit sudah terkontrol, anda dapat makan dari menu keluarga asal jumlah makanan ditakal sesuai ketentuan.
    3. Cara memasak dapat dilakukan seperti anggota keluarga lain.
    4. Jika ingin makan manis dapat menggunakan SAKARIN sebagai pengganti gula, dengan ketentuan : 1 gelas minuman dapat digunakan 2 tablet sakarin atau 1/4 s/d sakarin kristal.

    CONTOH MENU
    • Pagi

      • roti
      • telur rebus
      • lalap tomat dan slada
    • Jam 10.00

      • pepaya
    • Siang

      • nasi
      • daging bumbu mrica
      • tempe bacem
      • acar bening wortel
      • pisang
    • Jam 16.00

      • nanas
    • Malam

      • nasi
      • ikan goreng saos tomat
      • tahu bakso
      • sla ketimun & sup bayam
      • pepaya
    BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Diet Diabetes Mellitus

    Materi Kesehatan: Diet Rendah Trigliserida

    Diet Rendah Trigliserida

    Apakah Trigliserida ?

    Trigliserida bukan kolesterol
    Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ tubuh.
    Beberapa hal yang dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah antara lain :
    - Kelebihan berat badan lebih dari 20 % atau kegemukan.
    - Kurang aktivitas fisik
    - Merokok
    - Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan
    - Asupan karbohidrat sederhana berlebihan
    - Beberapa penyakit seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal dll.
    - Beberapa jenis obat-obatan
    - Faktor krturunan / genetik.


    Tujuan Diet
    • Menurunkan berat badan bila penderita terlalu gemuk dan mempertahankannya pada batas normal.
    • Menurunkan kadar trigliserida dalam darah dan mempertahankannya pada batas normal.
    Syarat Diet
    1. Energi sesuai kebutuhan
    2. Protein cukup
    3. Lemak sedang <>
    4. Karbohidrat sedang
    5. Serat tinggi, terutama serat larut air yang terdapat dalam apel, beras tumbuk atau beras merah havermut dan kacang-kacangan
    6. Vitamin dan mineral cukup.
    BAGAIMAN CARA MEMILIH BAHAN MAKANAN
    1. Bahan Makanan yang Dihindari :
      • Sumber Hidrat Arang : kue dan roti-rotian seperti biscuit, krekers, pie, cake, dll.
      • Sumber Protein Hewani : daging kambing, daging babi, jeroan, otak, sosis, sardine, kuning telur (3 butir / minggu), susu whole, susu kental manis, krim, susu penuh, keju dan es krim.
      • Buah : yang di awetkan dengan gula seperti buah kering dan buah kaleng, alpukat, durian.
      • Sumber Lemak : minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, mentega, margarine, kelapa, santan, krim, lemak babi.
    2. Bahan Makanan yang Dianjurkan :
      • Sumber Hidrat Arang : beras, macaroni, kentang, ubi singkong dalam batas normal.
      • Sumber Protein Hewani : ikan, unggas tanpa kulit, putih telur, susu skim.
      • Sumber Protein Nabati : tempe, tahu, dan kacang-kacangan.
      • Sayuran : semua sayuran segar, direbus, dikukus, disetup, ditumis minyak kedelai / minyak jagung.
      • Buah : semua buah segar dan dijus.
      • Sumber Lemak : minyak jagung, kedelai, kacang tanah, bunga matahari dan wijen. Margarine tanpa garam yang dibuat dari minyak jagung.
    CONTOH MENU SEHARI
    • Pagi :
      • nasi
      • ayam panggang
      • setup wortel, buncis

    • Pukul 10.00 :
      • Bubur kacang hijau

    • Siang :
      • nasi
      • ikan bumbu bali
      • pepes tahu
      • sayur asem
      • semangka

    • Pukul 16.00 :
      • Jus pepaya

    • Sore :
      • nasi
      • tim putih telur
      • tempe bumbu tomat
      • ca kangkung
    BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Diet Rendah Trigliserida

    Materi Kesehatan: Proses Asuhan Keperawatan

    PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
    Proses asuhan keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahap :
    a. Pengkajian
    Pengkajian adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara lengkap dan sistematis yang dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien, baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual dapat ditentukan. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostik.
    b. Diagnosa keperawatan
    Diagnosa keperawatan adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan risiko tinggi.
    Tipe Diagnosa Keperawatan NANDA ada 3 yaitu:
    1. Diagnosa keperawatan aktual adalah respon manusia saat ini terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok batasan karakteristik (tanda dan gejala) dan termasuk faktor yang berhubungan (etiologi) yang mempunyai konstribusi terhadap perkembangan atau pemeliharaan kesehatan.
    2. Diagnosa Keperawatan Resiko adalah menunjukkan respon manusia yang dapat timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor resiko yang memberi konstribusi pada peningkatan kerentanan.
    3. Diagnosa Keperawatan Kesejahteraan adalah menguraikan respon manusia terhadap tingkat kesehatan individu atau kelompok yang mempunyai potensi peningkatan derajat kesehatan yang tinggi.
    Komponen Pernyataan Diagnosa Keperawatan adalah:
    1. Problem (masalah atau kebutuhan) adalah nama atau label diagnosa yang diidentifikasi dari daftar NANDA.
    2. Faktor risiko / faktor yang berhubungan adalah penyebab atau alasan yang dicurigai dari respon yang telah diidentifikasi dari pengkajian.
    3. Definisi karakteristik (tanda dan gejala):
    4. manifestasiyang diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan.
    c. Perencanaan
    Ada dua proses perencanaan :
    Tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik, dapat diukur, menunjukkan kerangka waktu yang pasti.
    Tujuan keperawatan dibuat sesuai dengan masalah yang timbul.
    Tujuan dibagi nenjadi dua yaitu :
    Tujuan jangka panjang merupakan tujuan yang tidak dicapai sebelum pemulangan tetapi memerlukan perhatian yang terus menerus dari pasien dan/atau orang lain.
    Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang biasanya harus dicapai sebelum pemulangan atau perpindahan ke tingkat perawatan yang kurang akut.
    Tujuan yang ditetapkan harus mengarah pada masalah, apakah mencegah, mengurangi atau menghilangkannya
    Intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.
    d. Implementasi
    Implementasi adalah adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendy, 1995).
    Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan, perawat melakukan kontrak dengan klien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan serta peran serta klien yang diharapkan.
    e. Evaluasi
    Evaluasi adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
    Kelima tahapan tersebut adalah saling berhubungan dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinyu.
    BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Proses Asuhan Keperawatan

    Materi Kesehatan: Rumus Perhitungan Dosis

    Rumus Perhitungan Dosis

    RUMUS PERHITUNGAN DOPAMIN
    Dopamin ;1 ampul = 10 cc, 1 ampul = 200 mg , 1 mg = 1000 mikrogram
    Rumus factor pengencer = 200.000 = 4000
    50cc
    Rumus : Dosis x BB x jam (menit ) = hasil
    4000
    Atau rumus langsung : Dosis x BB 60 x 50 = hasil
    200.000
    RUMUS PERHITUNGAN DOBUTAMIN
    Dobutamin ; 1 ampul = 5 cc , 1 ampul = 250 mg , 1 mg = 1000 mikrogram
    250 mg = 250.000 mikrogram
    rumus factor pengencer = 250.000 = 5000
    50cc
    Rumus : Dosis x BB x jam (menit ) = hasil
    5000
    Atau rumus langsung : Dosis x BB x 60 x 50 = hasil
    250.000
    Rumus diatas digunakan untuk pemberian dopamine dan dobutamin dengan menggunakan syringe pump.
    Rumus pemberian Dopamin dan Dobutamin dalam kolf / drip
    Rumus = 200.000 = 400
    500
    = Dosis x BB x jam ( menit )
    400
    = hasil sesuai makro drip / mikrodrip
    RUMUS PERHITUNGAN NITROCYNE
    1 ampul = 10 cc , 1 cc = 1 mg, 1 ampul = 10 mg
    Dosis yang digunakan dalam cc ( microgram ) jadi 1 ampul = 10.000 mikrogram
    Rumus : Dosis x 60 x pengencer = hasil
    10.000
    RUMUS PERHITUNGAN ISOKET
    1 ampul = 10 cc , 1 ampul = 10 mg , 1mg = 1cc
    Isoket atau Cedocard diberikan sesuai dosis yang diberikan oleh dokter.

    RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
    Rumus : Hb normal – Hb pasien = hasil
    > hasil x BB x jenis darah
    Keterangan :
    Hb normal = Hb yang diharapkan atau Hb normal
    Hb pasien = Hb pasien saat ini
    Hasil = hasil pengurangan Hb normal dan Hb pasien
    Jenis darah = darah yang dibutuhkan
    = PRC dikalikan 3
    = WB dikalikan 6
    RUMUS PERHITUNGAN KOREKSI HIPOKALEMI PADA ANAK
    Koreksi cepat
    Yang dibutuhkan = ( jml K x BB x 0,4 ) + ( 2/6 x BB )
    Diberikan dalam waktu 4 jam
    Maintenance : 5 x BB x 2
    6
    Diberikan dalam 24 jam
    Keterangan :
    Jml K = nilai yang diharapkan ( 3,5 ) – nilai hasil kalian (x)
    BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Rumus Perhitungan Dosis

    Materi Kesehatan: Reflek Patologis

    Reflek Patologis


    1. Reflek Hoffman – Tromer

    Jari tengah klien diekstensikan, ujungnya digores, positif bila ada gerakan fleksi pada ari lainnya


    2. Reflek Jaw

    Kerusakan kortikospinalis bilateral, eferen dan aferennya nervous trigeminus, dengan
    mengertuk dagu klien pada posisi mulut terbuka, hasil positif bila mulut terkatup


    3. Reflek regresi

    Kerusakan traktus pirimidalis bilateral / otak bilateral


    4. Reflek Glabella

    Mengetuk dahi diantara kedua mata, hasilnya positif bila membuat kedua mata klien
    tertutup


    5. Reflek Snout

    Mengutuk pertengahan bibir atas, positif bila mulutnya tercucur saliva


    6. Reflek sucking

    Menaruh jari pada bibir klien, positif bila klien menghisap jari tersebut


    7. Reflek Grasp

    Taruh jari pada tangan klien, positif bila klien memegangnya


    8. Reflek Palmomental

    Gores telapak tangan didaerah distal, positif bila otot dagu kontraksi


    9. Reflek rosolimo

    Ketuk telapak kaki depan, positif bila jari kaki ventrofleksi


    10. Reflek Mendel Bechterew
    Mengetuk daerah dorsal kaki2 sebelah depan,positif bila jari kaki ventrofleksi
    BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Reflek Patologis

    17 March 2011

    Materi Kesehatan: Menopause

    /MENOPAUSE
    Kata menopause berasal dari dua kata Yunani yang berarti “bulan” dan “penghentian sementara” yang secara linguistik lebih tepat disebut “menocease”. Secara medis istilah menopause mengandung arti berhentinya masa menstruasi, bukan istirahat.
    Meski kata menopause hanya mengandung arti akhir masa menstruasi, walaupun demikian dalam penggunaan secara umum menopause mempunyai makna masa transisi atau masa peralihan, dari beberapa tahun sebelum menstruasi terakhir sampai setahun sesudahnya. Hal itu disebabkan karena keluaran hormon dari ovarium (indung telur) berkurang, masa haid menjadi tidak teratur dan kemudian lenyap sama sekali. Dengan lenyapnya haid ini maka wanita sudah memasuki suatu masa peralihan yaitu masa menopause.
    Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi. Secara normal wanita akan mengalami menopause antara usia 40 tahun sampai 50 tahun. Pada saat menopause, wanita akan mengalami perubahan-perubahan di dalam organ tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia. Usia dari hari ke hari akan terus berjalan dan setiap orang seiring dengan bertambahnya usia tidak akan lepas dari predikat tua. Dengan bertambahnya usia maka gerak-gerik, tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk tubuh mengalami suatu perubahan.
    Secara singkat dapat dikatakan bahwa menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa non produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan progesteron seiring dengan bertambahnya usia. Sehubungan dengan terjadinya menopause pada lansia maka biasanya hal itu diikuti dengan berbagai gejolak atau perubahan yang meliputi aspek fisik maupun psikologis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan si lansia tersebut.
    Fisik
    Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar (Hurlock, 1992). Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
    a.Ketidakteraturan Siklus Haid
    Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal. Keadaan ini sering mengesalkan wanita karena ia harus beberapa kali mengganti pembalut yang dipakainya. Normalnya haid akan berakhir setelah tiga sampai empat hari, namun pada keadaan ini haid baru dapat berakhir setelah satu minggu atau lebih.
    b.Gejolak Rasa Panas
    Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti. Sheldon H.C (dalam Rosetta Reitz, 1979) mengatakan “ kira-kira 60% wanita mengalami arus panas”. Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik disekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh. Munculnya hot flashes ini sering diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung selama dua sampai tiga menit yang disertai pula oleh keringat yang banyak. Ketika terjadi pada malam hari, keringat ini dapat menggangu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi.
    c.Kekeringan Vagina
    Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa sakit pada saat kencing. Keadaan ini membuat hubungan seksual akan terasa sakit. Keadaan ini sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi buang air kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme.
    d.Perubahan Kulit
    Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas (Hurlock, 1992)
    e.Keringat di Malam Hari
    Berkeringat malam hari, bangun bersimbah peluh. Sehingga perlu mengganti pakaian dimalam hari. Berkeringat malam hari tidak saja menggangu tidur melainkan juga teman atau pasangan tidur. Akibatnya diantara keduanya merasa lelah dan lebih mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak.
    f.Sulit Tidur
    Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari, wajah memerah dan perubahan yang lain.
    g.Perubahan Pada Mulut
    Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal.
    h.Kerapuhan Tulang
    Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur, paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Biasanya kita kehilangan 1% tulang dalam setahun akibat proses penuaan (mungkin ini yang menyebabkan nyeri persendian), tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya. John Hutton (1984:35) memperkirakan sekitar 25% wanita kehilangan tulang lebih cepat daripada proses menua. Menurunnya kadar estrogen akan diikuti dengan penurunan penyerapan kalsium yang terdapat dalam makanan. Kekurangan kalsium ini oleh tubuh diatasi dengan menyerap kembali kalsium yang terdapat dalam tulang, dan akibatnya tulang menjadi keropos dan rapuh.
    i.Badan Menjadi Gemuk
    Banyak wanita yang menjadi gemuk selama menopause. Rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan. Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan ditambah lagi karena kurang berolahraga.
    j.Penyakit
    Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause. Dari sudut pandang medik ada 2 (dua) perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis). Penyakit jantung dan pembuluh darah dapat menimbulkan gangguan seperti stroke atau serangan jantung. Selain itu penyakit kanker juga lebih sering terjadi pada orang yang berusia lanjut. Semakin lama kehidupan maka semakin besar kemungkinan penyakit itu menyerang. Misalnya kanker payudara, kanker rahim dan kanker ovarium. Kanker payudara lebih umum terjadi pada wanita yang telah melampaui masa menopause.
    Kanker rahim adalah istilah luas untuk kanker yang terjadi di rahim, ada dua bagian rahim yang dapat menjadi tempat bermulanya kanker. Yang pertama adalah serviks, kanker ini terutama berjangkit pada wanita berusia diatas 30 tahun. Gejala yang harus diperhatikan adalah pendarahan vagina setelah persetubuhan, pergetahan vagina yang tidak biasa dan noda diantara haid. Sementara kanker indometrium (kanker tubuh rahim) terutama menjangkiti wanita diatas usia 45 tahun, yang paling menanggung resiko adalah yang pernah mendapat haid agak lambat, dan yang mempunyai kombinasi antara tekanan darah tinggi, diabetes, dan berat tubuh berlebih. Gejalanya adalah pendarahan tak normal, pendarahan antara haid, keluaran darah yang lebih lama atau lebih kental dibandingkan biasanya, dan pendarahan haid terakhir dalam menopause.
    Psikologis
    Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun; hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang lansia tersebut. Berbicara tentang aspek psikologis lansia dalam pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ-biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dalam kehidupan lansia.
    Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
    a.Ingatan Menurun
    Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat.
    b.Kecemasan
    Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa pergi sendirian ke luar kota sendiri, namun sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu sering juga diperkuat oleh larangan dari ana-anaknya. Kecemasan pada Ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan semangat/dukungan dari ornag di sekitarnya; namun ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah memberi dukungan. Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya. Menopause rupanya mirip atau sama juga dengan masa pubertas yang dialami seorang remaja sebagai awal berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas, ada yang khawatir namun ada juga yang biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak.
    Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn and Davidson (1990 :9) adalah sebagai berikut :
    ·Suasana hatiyaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah, perasaan sangat tegang.
    ·Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.
    ·Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.
    ·Perilaku gelisahyaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.
    ·Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
    Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan berbahaya. Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat kepada makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau mengurangi bahaya atau ancaman.
    Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimana juga, bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis.
    c.Mudah Tersinggug
    Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
    d.Stress
    Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh secara diam-diam.
    Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa juga memberikan dampak positif. Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung pada bagaimana individu memandang dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat individual sifatnya.
    Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu bisa tiba-tiba jadi pencetus stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya konflik keluarga. Reaksi kita terhadap pencetus stress dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis.
    Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu dalam menanggapi stress tersebut.
    e.Depresi
    Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9% s/d 26% wanita dan 5% s/d 12% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di dalam kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,5% s/d 9,3% wanita dan 2,3% s/d 3,2% pria akan menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita depresi daripada pria.
    Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya.
    Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit dihindarkan.
    Simton-simton psikologis adanya depresi bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Marie Blakburn dan Kate Davidson (1990:5) adalah sebagai berikut :
    ·Suasana hati, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, mudah marah.
    ·Berpikir, ditandai dengan mudah hilang konsentrasi, lambat dan kacau dalam berpikir, menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah.
    ·Motivasi, ditandai dengan kurang minat bekerja dan menekuni hobi, menghindari kegiatan kerja dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi pada orang lain.
    ·Perilaku gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-mandir, menangis, mengeluh.
    ·Sintom biologis, ditandai dengan hilang nafsu makan atau nafsu makan bertambah, hilang hasrat sesksual, tidur terganggu, gelisah.
    Mungkin masih ada gejala-gejala fisik maupun psikologis lain yang menyertai menopause. Gejala-gejala tersebut diatas sangat perlu dipahami supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam memperlakukan para lansia. Dengan memahami gejala tersebut diharapkan lansia dapat mengerti apa yang sedang terjadi dalam diri mereka. Selain itu pihak keluarga pun diharapkan dapat merespon secara tepat sehingga tidak membuat lansia merasa dikucilkan atau disia-siakan. Mari kita bantu para lansia kita dengan memahami berbagai gejala fisik maupun psikologis sehingga tahu bagaimana cara terbaik untuk membantu mereka.
    BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Menopause

    Materi Kesehatan: Menopause dan Klimakterik

    MENOPAUSE & KLIMAKTERIK

    Menopause adalah haid terakhir pada wanita, yang juga sering diartikan sebagai berakhirnya fungsi reproduksi seorang wanita. Oleh karena itu, tidak jarang seorang wanita takut menghadapi saat menopausenya. Kehidupan menjelang dan setelah menopause inilah yang sering disebut sebagai ‘masa senja’ atau masa klimakterium.
    Istilah menopause seringkali disalah-artikan dengan klimakterium.
    1. Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa non-reproduktif.
    2. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada wanita terjadi antara umur 40-65 tahun.
    3. Klimakterium prekoks adalah klimakterium yang terjadi pada wanita umur kurang dari 40 tahun.
    4. Pramenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause, keluhan klimakterik sudah mulai timbul, hormon estrogen masih dibentuk. Bila kadar estrogen menurun maka akan terjadi perdarahan tak teratur.
    5. Menopause adalah henti haid yang terakhir yang terjadi dalam masa klimakterium dan hormon estrogen tidak dibentuk lagi, jadi merupakan satu titik waktu dalam masa tersebut. Umumnya terjadi pada umur 45-55 tahun.
    6. Pascamenopause adalah masa 3-5 tahun setelah menopause, dijumpai hiper-gonadotropin (FSH dan LH), dan kadang-kadang hipertiroid.
    7. Sindrom klimakterik klinis adalah keluhan-keluhan yang timbul pada masa pramenopause, menopause, dan pascamenopause.
    8. Sindrom klimakterik endokrinologis adalah penurunan kadar estrogen, peningkatan kadar gonadotropin (FSH dan LH). Disebut juga sebagai sindrom defisiensi estrogen.
    Beberapa penulis menyatakan bahwa masa klimakterik adalah masa penyesuaian dari seorang wanita terhadap menurunnya produksi hormon-hormon yang dihasilkan ovarium dan dampaknya terhadap poros hipotalamus-hipofisis dan organ sasaran. Sudah lama diketahui bahwa hampir semua wanita menopause hidup dalam keadaan defisiensi estrogen. Kekurangan hormon ini menyebabkan menurunnya fungsi organ tubuh yang bergantung pada estrogen, seperti ovarium, uterus (rahim) dan endometrium. Kekuatan serta kelenturan vagina dan jaringan vulva menurun, dan akhirnya semua jaringan yang bergantung pada estrogen akan mengalami atrofi (mengkerut). Cepat atau lambat gangguan akibat kekurangan estrogen pasti akan muncul, yaitu berupa peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, pengurangan jaringan tulang yang menjurus ke osteroporosis, gangguan psikis, kelelahan dan depresi. Keluhan-keluhan ini perlu dikenal agar dapat dilakukan penanganan yang tepat.
    Sebagian pakar kesehatan berpendapat bahwa menopause merupakan peristiwa alamiah dan bukan diakibatkan oleh penyakit khusus (penyakit defisiensi hormon), sehingga tidak memerlukan pengobatan tetapi hanya membutuhkan pengertian dari keluarga, lingkungan dan dirinya sendiri. Namun banyak pula yang menganggap proses ini sebagai kelainan yang memerlukan pengobatan tersendiri.
    Agar kehidupan usia senja ini berlangsung dalam kepuasan dan kebahagiaan, maka setiap wanita perlu mengadakan persiapan untuk menghadapinya. Salah satu persiapan yang penting adalah mengetahui organ tubuh kita sendiri dan fungsinya, serta mengenal bagaimanakah sebenarnya kejadian masa klimakterik itu.
    Gejala-gejala sindrom klimakterik
    Penurunan fungsi ovarium dapat berlangsung cepat pada sebagian wanita dan lebih lambat pada yang lainnya. Sebagian wanita menghasilkan estrogen endogen yang cukup sehingga tetap tanpa gejala, sedangkan yang lain memperlihatkan beragam gejala semasa klimakterium.
    Gejala-gejalanya dapat dikelompokkan menjadi :
    1. Gangguan neurovegetatif (vasomotorik-hipersimpatikotoni) yang mencakup: · gejolak panas (hot flushes)
      · keringat malam yang banyak
      · rasa kedinginan
      · sakit kepala
      · desing dalam telinga
      · tekanan darah yang goyah
      · berdebar-debar
      · susah bernafas
      · jari-jari atrofi
      · gangguan usus (meteorismus)
    2. Gangguan psikis · mudah tersinggung
      · depresi
      · lekas lelah
      · kurang bersemangat
      · insomania atau sulit tidur
    3. Gangguan organik · infark miokard (gangguan sirkulasi)
      · atero-sklerosis (hiperkolesterolemia)
      · osteoporosis
      · gangguan kemih (disuria)
      · nyeri senggama (dispareunia)
      · kulit menipis
      · gangguan kardiovaskuler
    PERUBAHAN-PERUBAHAN ORGANIK PADA MASA KLIMAKTERIK TD {font-family:Verdana;font-size:12}
    Organ sasaran
    Bentuk perubahan
    Akibatnya
    Urogenital
    Atrofi vulva, vagina, uterus, vesika
    urinaria
    Elastisitas menurun, mengecil, kering,mudah cedera, mudah infeksi
    Hemodinamik
    Gangguan pembuluh darah tepi
    Infark miokard
    Metabolisme
    Hiperkolesterolemia,kekurangan kalsium,gangguan metabolisme karbohidrat
    Aterosklerosis, osteoporosis,adipositas
    Endokrin
    Hiperfungsi hipofisis,disfungsi tiroid, peningkatan androgen
    Hipertiroid, defeminisasi,virilisasi
    Vegetatif
    Hipersimpatikotonik,ataksi
    Labil, gangguan somatik
    Penyebab dan gangguan hormonal klimakterium
    Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh sistem poros hipotalamus-hipofisis-gonad yang merangsang dan mengatur produksi hormon-hormon seks yang dibutuhkan. Hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang akan merangsang kelenjar hipofisis untuk menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat secara bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk menghasilkan beberapa follicle (kantong telur). Dari beberapa kantong telur tersebut hanya satu yang matang dan menghasilkan sel telur yang siap dibuahi. Sel telur dikeluarkan dari ovarium (disebut ovulasi) dan ditangkap oleh fimbria (organ berbentuk seperti jari-jari tangan di ujung saluran telur) yang memasukkan sel telur ke tuba fallopii (saluran telur). Apabila sel telur dibuahi oleh spermatozoa maka akan terjadi kehamilan tetapi bila tidak, akan terjadi haid lagi. Begitu seterusnya sampai mendekati masa klimakterium, dimana fungsi ovarium semakin menurun.
    Masa pramenopause atau sebelum haid berhenti, biasanya ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pramenopause bisa terjadi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun sebelum menopause. Pada masa ini sebenarnya telah terjadi aneka perubahan pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah sel telur dan menurunnya pengeluaran hormon seks. Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Hal ini akan mengakibatkan interaksi antara hipotalamus-hipofisis terganggu. Pertama-pertama yang mengalami kegagalan adalah fungsi korpus luteum. Turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan produksi dan sekresi FSH dan LH. Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk mendiagnosis sindrom klimakterik.
    Secara endokrinologis, klimakterik ditandai oleh turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Pada wanita masa reproduksi, estrogen yang dihasilkan 300-800 ng, pada masa pramenopause menurun menjadi 150-200 ng, dan pada pascamenopause menjadi 20-150 ng. Menurunnya kadar estrogen mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal yang dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik, metabolik dan gangguan siklus haid. Beratnya gangguan tersebut pada setiap wanita berbeda-beda bergantung pada:
    1. Penurunan aktivitas ovarium yang mengurangi jumlah hormon steroid seks ovarium. Keadaan ini menimbulkan gejala-gejala klimakterik dini (gejolak panas, keringat banyak, dan vaginitis atrofikans) dan gejala-gejala lanjut akibat perubahan metabolik yang berpengaruh pada organ sasaran (osteoporosis).
    2. Sosio-budaya menentukan dan memberikan penampilan yang berbeda dari keluhan klimakterik
    3. Psikologik yang mendasari kepribadian wanita klimakterik itu, juga akan membe-rikan penampilan yang berbeda dalam keluhan klimakterik.
    Keluhan-keluhan
    Sekitar 40-85% dari semua wanita dalam usia klimakterik mempunyai keluhan. Gejala yang tetap dan tersering adalah gejolak panas dan keringat banyak. Gejolak panas merupakan sensasi seperti gelombang panas yang meliputi bagian atas dada, leher, dan muka. Keluhan ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala psikologik berupa rasa takut, tegang, depresi, lekas marah, mudah tersinggung, gugup dan jiwa yang kurang mantap.
    Keluhan lain dapat berupa sakit kepala, sukar tidur, berdebar-debar, rasa kesemutan di tangan dan kaki, serta nyeri tulang dan otot. Keringat malam hari merupakan keluhan yang sangat mengganggu, sehingga menimbulkan lelah dan kesukaran bangun pagi. Semua keluhan ini kurang menggembirakan bagi seorang wanita, dan mendorong penderita mencari pengobatan.
    Atrofi epitel genital dapat mengakibatkan vaginitis senilis. Gejala-gejalanya mencakup: iritasi, rasa terbakar, pruritus, leukorea, dispareunia, perdarahan vaginal, penurunan sekresi vaginal, penipisan epitel dan mudah kena trauma, pemendekan dan pengurangan kelenturan vagina. Kebanyakan masalah seksual dialami oleh wanita pascamenopause adalah karena status fisis dari mukosa vagina, yang harus memelihara kelembaban protektif yang cukup dan memberikan pelumas selama sanggama. Setelah menopause, perubahan atrofik dapat menyebabkan dispareunia, vaginitis, vaginismus, tak-nyaman fisis, dan hilang minat seksual.
    Kulit wanita banyak dipengaruhi oleh estrogen sehingga menimbulkan kulit kehilangan elastisitasnya, berkerut, kering dan menjadi lebih tipis. Hal tersebut mengurangi kecantikan seorang wanita, sehingga wanita merasa kurang percaya diri lagi (dan dapat menambah ketidakseimbangan emosi wanita tersebut).
    Gangguan psikogenik, ini mencakup : peningkatan rasa gelisah, depresi, mudah cemas, insomnia, dan sakit kepala. Keadaan lain yang dapat diperberat oleh gejala menopause mencakup : masalah psikosomatik yang telah ada yang diperkuat oleh gejolak panas, pola tidur yang diganggu oleh keringat malam, penurunan libido karena vaginitis atrofikans yang mengakibatkan dispareunia.
    Osteoporosis adalah gangguan tulang yang terutama menyerang tulang trabekular, menyebabkan pengurangan kuantitas tulang sehingga mengakibatkan tulang keropos. Meskipun kedua jenis kelamin mengalami kehilangan massa tulang dengan proses menua, jarang bagi pria mengalami gejala osteoporosis sebelum usia 70.
    Pengobatan menopause
    1. Penatalaksanaan umum Merupakan pendapat umum yang salah bahwa semua masalah klimakterik dan menopause dapat dihilangkan dengan hanya pemberian estrogen saja. Tujuan pengobatan dengan estrogen bukanlah memperlambat terjadinya menopause, melainkan memudahkan wanita-wanita tersebut memasuki masa klimakterium. Hubungan pribadi yang baik, saling percaya antara suami-istri, maupun antara dokter-penderita akan memberikan harapan yang besar akan kesembuhan. Pemberian obat-obat penenang bukanlah cara pengobatan yang terbaik. Psikoterapi superfisial oleh dokter keluarga sering sekali menolong.
    2. Pengobatan hormonal Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis dari keadaan defisiensi estrogen. Sindrom klimakterik pada umumnya terjadi akibat kekurangan estrogen, sehingga dengan sendirinya pengobatan yang tepat adalah pemberian estrogen, meski bukan tanpa risiko.
      Pada masa lalu, estrogen diberikan untuk selang waktu yang singkat dan kemudian berangsur-angsur dikurangi sehingga gejolak panas sirna. Konsep ini tidak berlaku lagi. Seorang wanita yang mengalami gejala-gejala menopause telah mengidap defisiensi estrogen dan akan tetap begitu sepanjang hayatnya. Defisiensi estrogen jangka panjang dapat menyebabkan berkembangnya osteoporosis, penyakit jantung aterosklerotik, dan mungkin perwujudan psikogenik.
      Program yang seimbang dari pengobatan estrogen-pengganti yang dikombinasikan dengan progestogen siklik merupakan pengobatan terbaik, karena tujuan nyata dari estrogen-pengganti adalah tidak hanya untuk meredakan gejala-gejala vasomotor melainkan juga untuk mencegah akibat metabolik seperti osteoporosis dan ateroskletosis.
      Pengobatan terpilih untuk vaginitis atrofikans adalah estrogen lokal dalam bentuk krim vaginal (misalnya Ovestin), yang diserap dengan baik ke dalam mukosa vagina. Pemakaian harian perlu diberikan untuk 1-2 minggu, kemudian 3 kali seminggu lazimnya cukup untuk dosis pemeliharaan.
      Pengobatan sistemik secara oral atau secara lain biasanya dimulai serentak. Pengobatan vaginal lokal terkadang dapat dihentikan setelah beberapa bulan, atau pengobatan krim vaginal mungkin dibutuhkan selain estrogen sistemik. Gejala iritatif cepat mereda dengan krim vaginal tetapi pemulihan aliran darah vaginal yang normal membutuhkan waktu hingga satu tahun.
      Lebih jauh, epitel vulva juga menjadi tipis dan dapat teriritasi atau mudah terinfeksi. Keadaan ini umumnya menunjukkan respons terhadap pemakaian krim estrogen vaginal, tetapi krim testosteron 1-2% mungkin diperlukan untuk kraurosis vulva atau kondisi vulva atrofik atau leukoplakik lain. Gatal (pruritus) vulva terkadang membutuhkan krim hidrokortison 1% atau krim kortikosteroid lain untuk memulihkan sebagai tambahan bagi krim estrogen atau testosteron.
      Keutuhan mukosa traktus urinarius bawah bergantung pada estrogen. Oleh karena itu defisiensi estrogen dapat menghasilkan gejala-gejala iritatif, seperti: nyeri berkemih (disuria), rasa terbakar ketika berkemih, radang kandung kemih (sistitis), karunkula uretra, dan uretritis nir-gonokokus. Keadaan ini berespons paling baik terhadap pemakaian lokal krim estrogen vaginal serentak dengan pemulaan pengobatan estrogen oral.
    Persyaratan pemakaian sulih estrogen
    Sebelum pemberian estrogen dimulai, perlu diketahui persyaratan-persyaratan :
    1. apakah tekanan darah normal,
    2. adalah kelainan atau keganasan pada serviks dan payudara,
    3. apakah uterus membesar,
    4. apakah hati dan kelenjar tiroid normal,
    5. apakah terdapat varises.
    Bila terdapat kelainan pada keadaan seperti ini, maka estrogen tidak dapat digunakan.
    Pemberian estrogen secara oral dapat menimbulkan gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah. Selain itu estrogen akan dihancurkan di hati, sehingga akan memicu pembentukan renin dalam jumlah besar. Renin ini meningkatkan tekanan darah. Atas dasar ini, para ilmuwan lebih menyukai pemberian estrogen dengan cara lain seperti krim atau yang dapat ditempelkan pada kulit.
    Pada pemberian oral, sebaiknya dimulai dengan estrogen lemah (estriol) dan dengan dosis rendah yang efektif. Setiap penggunaan estrogen kuat (etinil-estradiol, estrogen konjugasi) sebaiknya selalu digabungkan dengan progesteron. Pemberian progesteron bertujuan mencegah terjadinya keganasan pada endometrium dan payudara. Pemberian siklik adalah pemberian selama 21 hari dengan 7 hari tanpa hormon (istirahat) atau pemberian estrtogen selama 14 hari, kemudian diikuti pemberian progesteron selama 7 hari.
    Pemberian estrogen lemah tidak dapat menghilangkan gejala sistemik dan tidak begitu baik digunakan untuk pencegahan penyakit jantung koroner dan osteoporosis. Estrogen lemah sangat efektif untuk menghilangkan keluhan urogenital, yang paling banyak dianjurkan penggunaannya adalah estrogen alamiah (estrogen konjugasi) maupun progesteron alamiah (MPA, didrogestron). Estrogen dan progesteron jenis ini tidak terlalu membebani hati.
    Cara yang paling mudah adalah pemberian pil KB. Pemberian secara siklik memberikan keuntungan karena pengobatan estrogen yang malar (terus-menerus) dapat memacu proliferasi jaringan dan perdarahan uterus yang atipik. Pemberian estrogen dan progesteron (atau pil KB) pada wanita pramenopause selain dapat mengurangi keluhan, juga dapat mengatur siklus haid dan mencegah kehamilan, sedangkan pemberian estrogen dan progesteron pada masa pascamenopause selain dapat mengurangi keluhan, juga merupakan pencegahan terhadap terjadinya osteroporosis dan infark miokard.
    Pemberian secara topikal berupa krim atau pessarium hanya dilakukan jika ada perubahan pada vagina yang menyebabkan dispareunia atau bila tidak memungkinkan pemberian secara oral. Meskipun diberikan secara topikal, ternyata sejumlah kecil estrogen dapat diserap ke dalam darah, sehingga perlu juga ditambahkan progesteron. Perlu diketahui bahwa pemakaian ke dalam vagina dapat pula mengenai suami ketika melakukan sanggama. Penanaman susuk (implant atau pellet) subkutan tidak boleh dilakukan pada wanita yang masih memiliki uterus karena dapat terjadi perdarahan hebat dan sulit diatasi. Cara ini paling baik digunakan pada wanita yang telah diangkat rahimnya.
    Pemberian transdermal (ditempelkan pada kulit) merupakan cara terbaru dan sudah banyak dipakai di beberapa negara maju. Keuntungan utama cara ini adalah bahwa estrogen langsung masuk ke sirkulasi darah tanpa harus melalui hati. Pemberian cara ini sangat baik untuk mencegah osteoporosis serta tidak meningkatkan kadar renin, aldosteron, maupun lipid.
    Pemberian hormon
    Lama pemberian hormon steroid seks
    Lama pemberian hormon steroid seks selama 6 bulan tidak cukup, karena begitu obatnya dihentikan maka keluhannya segera timbul kembali. Pada umumnya keluhan akan hilang bila pengobatan berlangsung 18-24 bulan. Bila perlu estrogen dapat diberikan selama 8-10 tahun, bahkan dapat sampai 30-40 tahun. Selama pemakaiannya dikombinasikan dengan progesteron, jarang sekali terjadi keganasan. Yang terpenting adalah kepada semua wanita diberikan keterangan yang cukup dan jelas.
    Risiko pemberian estrogen
    Telah lama diketahui bahwa pemberian estrogen pada wanita menopause merupakan cara yang tepat. Banyak ahli berpendapat bahwa estrogen dapat menimbulkan keganasan pada wanita. Pendapat ini akhirnya membuat banyak wanita takut dan ragu-ragu menggunakan estrogen. Padahal bila estrogen digunakan bersamaan dengan progesteron kemungkinan terjadinya keganasan adalah sangat kecil. Keganasan akan timbul bila memang wanita itu memiliki faktor risiko untuk terkena keganasan. Risiko tersebut dapat berupa obesitas, diabetes mellitus, siklus haid tak teratur, anovulasi, dan infertilitas, perokok, dan peminum alkohol.
    Selama penggunaan estrogen, setiap wanita diharuskan kontrol secara teratur. Usaha ini merupakan jaminan yang terbaik bagi kesehatan wanita tersebut. Perdarahan yang tak teratur, jumlahnya banyak, defekasi dan miksi bercampur darah merupakan hal yang perlu dicurigakan terhadap keganasan. Hal-hal seperti ini tidak perlu menimbulkan kekhwatiran yang berlebih-lebihan, tetapi merupakan suatu alasan untuk mau berkonsultasi dengan dokter.
    Setiap wanita di atas usia 40 tahun diharuskan memeriksakan diri ke dokter paling sedikit 2 kali setiap tahun. Dengan pemeriksaan yang sederhana saja seperti uji Pap (Pap smear) dan perabaan payudara karena dapat mengetahui adanya kegasanaan pada stadium dini.
    Masalah Psikologis
    Semua gejala psikologis yang timbul pada masa pubertas maupun pada masa klimakterik seperti rasa takut, tegang, rasa sedih, mudah tersinggung dan depresi sebenarnya sangat bergantung pada perubahan hormonal tubuh wanita itu sendiri. Pemberian estrogen dengan dosis rendah dapat mengatasi masalah tersebut. Walaupun ini tidak berarti bahwa semua gejala psikis hanya disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen saja.
    Ada penyebab lain yang menimbulkan gangguan psikis. Seorang ibu rumah tangga yang memusatkan kehidupannya hanya untuk membesarkan anak-anaknya lebih mudah mengalami gangguan psikis. Umumnya wanita ini diliputi rasa takut untuk hidup sendiri kelak. Takut karena anak-anaknya nanti akan pergi meninggalkannya seorang diri. Lain lagi halnya bagi seorang wanita yang bekerja di luar rumah. Kesibukan yang dihadapinya di tempat kerja dengan sendirinya akan melupakan keluhan. Tetapi ada juga di antara wanita tersebut justru dengan bekerja keluhan-keluhannya bertambah berat. Mereka takut tidak dapat bekerja dengan baik lagi, takut kehilangan pekerjaannya. Kesemua ini menjadi beban tambahan yang berat, sehingga untuk mengatasi hal ini mereka tidak jarang menggunakan obat-obat penenang atau minum alkohol. Mereka lupa, bahwa obat-obat penenang akan membuat ketergantungan yang terus menerus. Padahal konsultasi dengan seorang dokter saja sudah cukup dapat mengatasi masalah yang dihadapi.
    Disfungsi seksual pada wanita menopause, lama dianggap oleh ahli psikologi dan ahli psikoterapi sebagai gangguan psikogenik, telah menunjukkan respons terhadap pengobatan hormonal. Penyembuhan dapat dilakukan dengan estrogen, meliputi krim estrogen vaginal, untuk keluhan seperti vagina kering dan dispareunia dan dengan androgen untuk keluhan kehilangan gairah seksual.
    Penting dicatat bahwa wanita pascamenopause telah kehilangan hingga separo dari produksi androgen. Walaupun kebanyakan wanita pascamenopause menunjukkan repons yang baik terhadap pengobatan estrogen-progestogen, beberapa membutuhkan tambahan androgen. Wanita yang diobati dengan substitusi estrogen-androgen adalah lebih composed, elated, dan energetik daripada yang diobati dengan estrogen saja. Penambahan androgen memperkuat gairah seksual dan meningkatkan frekuensi khayal seksual bilamana dibandingkan dengan estrogen saja atau plasebo. Pada Yale Mid-Life Study Program, androgen tidak rutin diberikan kecuali ada defisiensi pada kadar testosteron total atau bebas.

    Kehidupan seks pada masa klimakterium
    Banyak wanita yang berpendapat bahwa hubungan seks tidak mungkin dilakukan lagi pada masa klimakterium. Pendapat seperti ini tidak dapat dibenarkan lagi. Hubungan seks tetap dapat dilakukan meskipun usia telah lanjut.
    Akibat kekurangan estrogen, vagina menjadi kering dan mudah cedera sehingga terasa sakit sewaktu bersanggama. Rasa sakit ini dapat dihilangkan hanya dengan pemberian hormon berupa tablet estrogen oral maupun berupa krem vagina. Berkonsultasi dan meminta nasihat dokter tetap merupakan cara terbaik. Masalah utama yang menyebabkan seorang wanita tidak mau melakukan hubungan seks adalah faktor psikis wanita tersebut. Mereka takut, gelisah, tegang, sehingga sulit untuk melakukannya. Keadaan serupa terkadang juga ditemukan pada suami. Istri dan suami mengeluh bahwa mereka sudah tua, kulit sudah keriput dan badan lemah. Untuk apa melakukan hubungan seks lagi. Sekali lagi ditekankan di sini bahwa pendapat tersebut tidak dapat dibenarkan.
    Hubungan seks sangat berperan pada keserasian hubungan suami istri. Setiap masalah yang timbul akan menyebabkan ke-retakan dalam rumah tangga. Untuk memecahkan masalah-masalah seperti ini, perlu dicari orang ketiga untuk mengemukakan semua masalah tersebut, dan cara yang sederhana ini acapkali mampu menyelesaikan masalah yang ada.
    Pencegahan beberapa dampak masa klimakterium
    1. Pencegahan kehamilan
      Banyak wanita 40-50 tahun menjadi gelisah bila haidnya tiba-tiba berhenti atau menjadi tidak teratur. Hal yang pertama sekali dipikirkan tentu hamil atau tidak. Tetapi ada juga wanita yang berpendapat, bahwa bila usia sudah di atas 40 tahun dan haid tidak teratur pasti tidak mungkin hamil lagi. Perkiraan seperti ini sudah tidak dapat dibenarkan lagi. Haid yang tidak teratur hanya menunjukkan bahwa pematangan ovum tidak terjadi lagi secara siklis, tetapi bukan berarti tidak dapat terjadi pembuahan. Pencegahan kehamilan harus tetap dilakukan. Kehamilan pada usia ini mempunyai risiko baik bagi ibu yang hamil maupun bagi janinnya.
      Semua jenis kontrasepsi alamiah seperti pantang berkala, pencatatan suhu basal badan, maupun bentuk lainnya sebaiknya tidak dipakai. Cara ini hanya dapat digunakan pada wanita yang siklus haidnya masih teratur.
      Penggunaan pil sebagai kontrasepsi, selain dapat mengatur siklus haid juga sekaligus dapat menghilangkan keluhan klimakterik. Kerugiannya adalah bahwa dengan siklus haid yang teratur tidak dapat ditentukan saat wanita tersebut memasuki menopause. Bila sudah tidak haid lagi dua belas bulan berturut-turut, sudah pasti wanita itu memasuki usia menopause, sehingga kehamilan sudah tidak mungkin terjadi.
    2.Pencegahan osteoporosis
    Pencegahan osteoporosis pascamenopause bukan hanya bergantung pada estrogen, karena pengobatan dengan progestogen juga efektif dalam mencegah kehilangan tulang (bone loss). Penambahan progestogen ke pengobatan estrogen mungkin penting dalam mencegah osteoporosis tetapi mungkin penting dalam mengobati penderita yang telah mengalami osteoporosis.
    Sementara kebanyakan kajian menunjukkan bahwa pengobatan estrogen menghambat penyerapan kalsium dari tulang, sangat mungkin dengan memulihkan kadar kalsitonin yang turun setelah menopause, sekurang-kurangnya 3 kajian telah memperli-hatkan bahwa kombinasi pengobatan estrogen-progestogen sesungguhnya meningkatkan massa tulang dengan memajukan pembentukan tulang baru.
    Dalam kajian prospektif tersamar ganda 10 tahun, terlihat perbedaan bermakna antara penderita yang memperoleh pengobatan estrogen-progestogen siklik dan kelompok yang diberikan plasebo. Pada wanita yang diberikan pengobatan kombinasi estrogen-progestogen kurang dari 3 tahun setelah awitan menopause, densitas tulang secara nyata meningkat. Meskipun ada beberapa demineralisasi pada pemakai estrogen-progestogen bilamana pengobatan dimulai lebih lama daripada 3 tahun setelah menopause, kehilangan massa tulang secara bermakna lebih rendah daripada pada kedua kelompok plasebo. Kajian itu menekankan pentingnya memulai substitusi estrogen-progestogen secara dini pada menopause, tetapi ini juga menunjukkan bahwa hormon-hormon ini bermanfaat untuk wanita osteoporotik, tanpa memandang usia. Patut dicatat bahwa es-trogen konjugasi 2,5 mg sehari merupakan dosis yang digunakan pada kajian ini.
    Pada kajian silang yang membandingkan khasiat pengobatan estrogen-progesteron dengan plasebo, kandungan mineral tulang meningkat selama 3 tahun pengobatan hormon kombinasi tetapi terus menurun pada kelompok yang diberikan plasebo. Bilamana beberapa penderita dalam kelompok estrogen-pro-gestogen ditukar ke plasebo, densitas tulang menurun. Massa tulang juga meningkat pada wanita yang diberikan plasebo setelah ditukar ke pengobatan hormon aktif.
    Kelompok lain membandingkan khasiat estrogen saja dengan kombinasi estrogen-progestogen terhadap parameter metabolik dari kehilangan tulang :
    (a) kalsium plasma,
    (b) nisbah kal-sium/kreatinin urin, dan
    (c) hidroksiprolin. Semua nilai berkurang dengan pengobatan estrogen dan menurun lebih lanjut bilamana progestogen ditambahkan ke estrogen.
    1. Pencegahan penyakit jantung koroner
      Beberapa kajian terbaru menyarankan bahwa estrogen dapat memberikan khasiat protektif terhadap penyakit kardiovasku-ler, terutama bilamana dipakai estrogen alamiah dosis rendah yang cukup untuk memulihkan gejala menopause. Penurunan 63% pada harapan kematian akibat penyakit jantung diamati pada 1.000 wanita yang dibati dengan estrogen yang diawasi selama 15 tahun. Pada wanita yang diobati selama 25 tahun yang diawasi selama 25 tahun dan dibandingkan dengan yang tidak pernah memakai estrogen, ditemukan penurunan bermakna pada :
    (a) penyakit arterikoroner,
    (b) gagal jantung kongestif,
    (c) penyakit kardiovaskuler aterosklerotik, dan
    (d) hipertensi.

    The Nurses’ Heart Study memastikan bahwa :
      1. pemakaian estrogen pascamenopause secara bermakna mengurangi penyakit jantung koroner.
      2. pemakaian sekarang mengurangi risiko bahkan lebih rendah.
      3. manfaat ini diperoleh setelah penyesuaian terhadap faktor-faktor seperti :
    - merokok
    - hipertensi
    - diabetes
    - kolesterol tinggi
    - riwayat infark miokard pada orangtua
    - riwayat pemakaian kontrasepsi oral
    - obesitas
    Pada suatu kohort dari 2.270 wanita dari The Lipid Re-search Clinics yang diikuti selama 8 tahun, terdapat 44 ke-matian dikarenakan penyakit kardiovaskuler diantara 1.677 bukan pemakai estrogen dan 6 kematian dalam 593 pemakai estrogen. Kajian ini menyimpulkan bahwa khasiat protektif dari estrogen diperatarai oleh kadar HDL yang meningkat.
    Suatu kajian epidemiologik menunjukkan suatu pengurangan bermakna pada laju kematian infark miokard akut diantara pe-makai estrogen. Suatu pengurangan laju perawatan (hospitalization) untuk penyakit arteri koroner juga diamati pada pemakai estrogen dibandingkan bukan pemakai estrogen.
    Hampir setiap kajian lain telah memastikan khasiat protektif pemakaian estrogen terhadap aterosklerosis koroner bahkan setelah penyesuaian untuk usia, merokok, diabetes, kolesterol dan hipertensi. Kadar HDL yang lebih tinggi dian-tara pemakai estrogen mungkin menunjukkan mekanisme biologik, yang dengan cara ini pemakaian estrogen pascamenopause merendahkan risiko oklusi koroner. Hanya satu kajian yang gagal memastikan khasiat yang berguna dari estrogen terhadap penyakit jantung. The Framingham Heart Study memastikan perbaikan bermakna pada pemakai estrogen bilamana dibanding-kan dengan bukan pemakain pada : kolesterol HDL, LDL, nisbah kolesterol terhadap kolesterol HDL. Kajian ini menyimpulkan bahwa pemakaian estrogen menghasilkan pola lipid yang lebih menguntungkan, tetapi mortalitas kardiovaskuler tidak ber-beda antara pemakai estrogen dan kontrol.
    Keseimbangan pada masa klimakterium
    Pada kenyataannya sebagian wanita klimakterik hidup tanpa keluhan, sedangkan sebagian lagi hidup bertahun-tahun dengan keluhan. Kontroversi belum seluruhnya terungkap secara jelas. Dahulu penelitian bidang reproduksi berpusat pada masalah menars (haid yang pertama). Dewasa ini menopause telah menarik perhatian para ilmuwan untuk diteliti. Dengan kemajuan teknologi dan makin meningkatnya taraf kehidupan, maka usia harapan hidup wanita di Indonesia. Keadaan ini akan menimbulkan masalah medis yang memerlukan penanganan.
    Pengalaman menunjukkan bahwa wanita yang hidup hanya memikirkan kemajuan anaknya akan sangat mudah mendapat gangguan dalam usia klimakterik. Keluhan-keluhan ini akan bertambah berat begitu si anak pergi untuk mencari kehidupan sendiri, meninggalkan sang ibu yang merasa kesepian. Seorang wanita pekerja memasuki usia klimakterik dapat lebih mudah atau kadang-kadang lebih berat. Lebih berat karena ia harus dapat meningkatkan kemampuannya untuk dapat bekerja sebaik-baiknya, atau takut kehilangan tempat kerjanya. Lebih mudah, karena ia dapat berhubungan dengan dunia luar dan disibukkan oleh pekerjaannya. Ia memiliki kesempatan untuk membicarakan masalah yang dihadapi dengan teman-teman di tempat ia bekerja.
    Wanita yang hidup dengan keluhan klimakterik dapat mencoba mengubah sendiri keadaan tersebut. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, seperti :
    • makanan yang bergizi cukup, dan pengaturan diet terutama diet tinggi kalsium dan rendah lemak
    • menghindari peningkatan berat badan dan bila sudah terlanjur gemuk berat badan perlu diturunkan.
    • Olahraga dan tidur yang teratur, mengurangi kenaikan tekanan darah dan obstipasi.
    • Carilah ketenangan dengan lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan.
    • Jauhkanlah diri dari pekerjaan yang menjemukan.
    • Pendekatan dengan dokter keluarga atau orang ketiga lain yang dianggap sesuai untuk membicarakan masalah yang sedang dihadapi.
      Klimakterium bukanlah akhir dari segala-galanya. Memang masa muda telah berlalu, tetapi bukan berarti kita hanya hidup untuk memikirkan nilai yang berguna untuk masyarakat. Senja di usia tidaklah berarti senja di kehidupan.
    BACA SELENGKAPNYA - Materi Kesehatan: Menopause dan Klimakterik
    INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS, KETIK EMAIL ANDA DISINI:
    setelah mendaftar segera buka emailnya untuk verifikasi pendaftaran. Petunjuknya DILIHAT DISINI