kolom pencarian

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan | Testimoni | Perkakas
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

03 April 2010

Gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan berat badan lahir rendah di rumah bersalin

Gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan berat badan lahir rendah di rumah bersalin

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran didunia dengan batasan 3,3% – 38% dan lebih sering di negara-negara berkembang atau sosio ekonomi rendah secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram . BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan di masa depan (propfil kesehatan RI, 2008).
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan lain, yaitu berkisar antara 9 % – 30%, hasil studi di 7 daerah multi center diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1 % - 17,2 % secara nasional berdasarkan analisa lanjutan SDKI, angka BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia sehat 2010 yakni maksimal 7%.
Kesehatan bayi, seharusnya merupakan hasil dari rangkaian peristiwa-peristiwa yang telah dilaluinya. Sejak ia berbentuk sel hasil konsepsi hingga terlahir ke dunia. Peristiwa yang tidak kalah pentingnya adalah proses kelahiran itu sendiri. Sebab walau keadaan selama kehamilan baik, dapat tiba-tiba berubah menjadi yang paling buruk, akibat adanya gangguan masalah dalam proses kelahiran (Jurmiani, 1999: 14).
Dari sudut ilmu kebidanan dan juga aspek medico-legal, seseorang hendaknya mampu menentukan taksiran umur embrio, fetus matur, fetus premature dan janin matur. Namun, suatu kehamilan matur akan berlangsung selama 280 hari atau 10 bulan Arab atau 40 pekan (minggu) yang di hitung dari hari pertama mendapatkan haid terakhir (Mochtar, 1998).
Bayi dengan berat badan lahir rendah adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita kurang energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian, bayi dan balita, juga dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (IQ) (www.kebijakangizi.com).
Menurut Menkes, jika bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg pada umur kehamilan yang cukup, maka anak tersebut nantinya pada umur 40 tahun (jika mencapai usia itu) akan menderita penyakit jantung, darah tinggi maupun diabetes. Dengan demikian tiap tahun terdapat sekitar 400.000 calon-calon penderita penyakit degeneratif (depkes.go).
Pada tahun 1995 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia diperkirakan sebesar 55 per 1000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997, dan turun lagi menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi 47 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB menurut hasil Surkesnas, berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB menurut hasil SDKI 2002 – 2003 35 per 1000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2003 AKB di rumah sakit mengalami penurunan berarti yaitu sebesar 22, 9 per 1000 kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2004 mengalami kenaikan menjadi 29,4 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2005 mengalami penurunan kembali menjadi 23,7 per 1000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan RI, 2006)
Angka kematian bayi di Propinsi Lampung menunjukkan kecenderungan perbaikan yang cukup berarti periode tahun 1995 – 2000 (periode rujukan perhitungan tengah tahun 1998 bulan Oktober) angka kematian bayi diperkirakan 65 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000 menurun menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2001 yaitu sebesar 41 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 mengalami sedikit peningkatan yaitu 40 per 1000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2003 AKB meningkat menjadi 55 per 1000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Lampung, 2006).
Angka kematian bayi dengan berat badan lahir rendah atau BBLR di Bandar Lampung meningkat tajam pada tahun 2005. Hingga akhir Mei tercatat 26 bayi meninggal, sebagian besar berusia kurang dari seminggu, padahal, sepanjang tahun 2004 jumlah kematian bayi karena BBLR hanya 38 orang (www.komas.com diakses tanggal 06 Mei 2008).
Jumlah bayi lahir menurut data dari dinas kesehatan kota metro sebanyak 2757 bayi dan 89 bayi diantaranya lahir dengan BBLR (32%), terdapat 57 bayi (2,1%) meninggal dan 21 bayi (36,8%) diantaranya meninggal disebabkan oleh BBLR (dinkes metro, 2007).
Jumlah bayi lahir menurut data dari Rumah Bersalin Santa Maria Kota Metro dalam satu tahun adalah 410 bayi dengan 211 lahir di RB tersebut, 15 bayi diantaranya BBLR dan 199 bayi merupakan bayi titipan Dokter (dalam keadaan BBLR). Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Bersalin Santa Maria Kota Metro.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Bersalin Santa Maria Kota Metro?”
C. Ruang Lingkup
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR di Rumah Bersalin Santa Maria Kota Metro bulan Juni 2008.
3. Objek Penelitian : Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Bersalin Santa Maria Kota Metro
4. Lokasi Penelitian : Rumah Bersalin Santa Maria Kota Metro
5. Waktu Penelitian : 01 – 20 Juni 2008
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Bersalin Santa Maria Kota Metro.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan BBLR menurut tingkat tahu
b. Diketahuinya pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan BBLR menurut tingkat memahami
c. Diketahuinya pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan BBLR menurut tingkat aplikasi
E. Manfaat Penelitian
1. Rumah Bersalin Santa Maria
Sebagai masukan bagi pengelola Rumah Bersalin Santa Maria Kota Metro dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam merawat bayi dengan berat badan lahir rendah.
2. Peneliti
Dapat diketahui dengan jelas gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan berat badan lahir rendah.
3. Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan institusi pendidikan, serta sebagai dokumentasi penunjang.
4. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan untuk melakukan penelitian lain yang serupa dan dapat lebih di sempurnakan lagi, juga sebagai reverensi bagi peneliti selanjutnya.


Gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan
berat badan lahir rendah di rumah bersalin

BACA SELENGKAPNYA - Gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan berat badan lahir rendah di rumah bersalin

01 April 2010

Gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) di wilayah kerja puskesmas

Gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) di wilayah kerja puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan antara lain pada kesehatan bayi baru lahir, hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2001 terjadi penurunan angka kematian neonatal dari 25 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup. Meskipun demikian pada komponen kematian neonatal, penurunannya berlangsung lambat Menurut laporan kelompok kerja WHO (April 1994), dari 8,1 juta kematian bayi di dunia 48% adalah kematian neonatal, selanjutnya dari seluruh kematian neonatal sekitar 6% adalah kematian bayi umur kurang dari 7 hari. (Badan Litbang Kesehatan, 2001)
Proporsi kematian neonatal di Indonesia sebesar 39% dari seluruh kematian bayi. Rasio kematian postneonatal dan neonatal adalah 1,58. Kematian neonatal adalah 180 kasus, sedangkan kasus lahir mati berjumlah 115 kasus. Menurut umur kematian 79,4% dari kematian neonatal terjadi pada usia 7 hari pertama, dengan penyebab terbesar (57,1%) karena infeksi dan pneumonia (Badan Litbang Kesehatan, 2001). hal di atas yang mendorong perlu segera pemberian imunisasi dini pada 7 hari pertama kehidupan bayi, sehingga dapat dibentuk kekebalan sedini mungkin.
Timbulnya infeksi pada bayi dapat dimulai sejak dalam kandungan yang dikarenakan saat hamil ibu terserang penyakit. Pada ibu hamil pengidap hepatitis B, sebesar 50% akan menularkan penyakit tersebut kepada bayinya. Data epidemiologi menyatakan sebagian kasus pada penderita hepatitis B (10%) akan menjurus kepada kronis dan dari kasus yang kronis ini 20% akan menjadi hepatoma serta kemungkinan kronisitas akan lebih banyak terjadi pada anak-anak balita oleh karena respon imun pada mereka yang belum sepenuhnya berkembang sempurna, terutama balita di Negara berkembang seperti Indonesia (www.imunisasi.htm, 2005).
Indonesia adalah negara dengan tingkat endemik penyakit hepatitis B menengah sampai dengan tinggi, prevalensi pengidap penyakit hepatitis B di Indonesia sebanyak 2,5 – 25 %. Prevalensi penyakit hepatitis B di kalangan anak–anak di bawah usia 4 tahun adalah sebesar 6,2 %, oleh karena itu imunisasi hepatitis B merupakan salah satu imunisasi yang harus diterima oleh bayi pada 7 hari pertama kehidupannya karena efektifitas imunisasi hepatitis B akan tinggi bila imunisasi hepatitis B diberikan pada usia dini. (Dep.Kes;2002).
Selanjutnya penyakit yang banyak dialami oleh anak – anak bahkan merupakan urutan yang kelima dari semua penyakit anak di Indonesia adalah Tuberkulosis (TBC). Berdasarkan hasil pemeriksaan, Indeks tuberkulin positif pada anak Indonesia semakin tinggi dengan bertambahnya usia yaitu pada umur 1 – 6 tahun 25,9%, pada umur 7-14 tahun 42,4 % dan diatas 15 tahun 58,6 %. Hal ini disebabkan semakin tinggi usia anak semakin banyak kebutuhan gizi, namun karena social ekonomi yang rendah, maka anak mengalami kondisi kurang gizi, oleh karena itu perlu pemberian imunisasi BCG. (Dep.Kes;2002).
Sebenarnya Morbiditas dan Mortalitas tuberkulosis dapat menurun sendiri bila keadaan sosial ekonomi meningkat. Di negara berkembang seperti Indonesia tidaklah tepat bila hanya mengharapkan perbaikan dari sosial ekonomi saja tetapi juga perlu dilakukan pencegahan penyakit ini, diantaranya dengan pemberian imunisasi BCG terutama sejak bayi. (Ilmu Kesehatan Anak;1985)
Selanjutnya penyakit yang banyak diderita pada balita adalah polio. Penyakit polio di Indonesia saat ini diperkirakan terdapat 112.000 anak usia 1 sampai 14 tahun menderita kelumpuhan akibat penyakit polio. Penyakit ini paling sering di derita oleh anak – anak umur 1 – 2 tahun, karena anak – anak yang terinfeksi virus polio, 95% tidak memperlihatkan gejala (subklinis) atau gejala ringan dan 4,5% sakit tanpa kelumpuhan serta 0,5% terjadi kelumpuhan. (www.imunisasi.htm, 2005). Walaupun hanya 0,5% anak-anak yang terserang virus polio yang menderita kelumpuhan, imunisasi polio tetap penting. Karena kelumpuhan yang diderita akan menetap seumur hidup.
Selanjutnya kalau diamati lebih lanjut di Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2006 ditemukan tingginya penyakit TB Paru yaitu 168 Balita, sedangkan jumlah kematian bayi ada 101 bayi. Kematian bayi yang berumur 0-7 hari adalah 76,2 % ( 77 bayi). Penyebab kematian disebabkan oleh BBLR 41,5% (32 Bayi ) dan Asfiksia 40,2 % ( 31 Bayi ), selanjutnya bayi dengan BBLR 0,60 % (118) dan Asfiksia 0,72 % (148).
Di Puskesmas Raman Utara ditemukan 5 bayi meninggal dengan diagnosa 1 bayi karena BBLR dan 3 bayi karena asfiksia Bila bayi dengan BBLR, Asfiksia menyebabkan bayi rentan terhadap penyakit infeksi.(Profil Lampung Timur; 2006).
Salah satu usaha preventif berkaitan dengan pencegahan penyakit seperti hepatitis, TBC dan polio pada bayi adalah dengan cara pemberian imunisasi. Karena kekebalan penyakit-panyakit tersebut tidak dibawa bayi pada saat masih dalam kandungan sehingga pada bayi perlu diberikan imunisasi sedini mungkin yaitu pada usia 0-7 hari pertama. Imunisasi yang diberikan sedini mungkin setelah lahir adalah imunisasi hepatitis B, polio dan BCG (Dep. Kes RI:2002).
Upaya-upaya pencegahan penyakit tersebut tidak hanya dilakukan oleh pemerintah atau tenaga kesehatan saja tetapi juga perlu dukungan yang kuat melalui pengetahuan dan kesadaran ibu, sehingga ibu mau melakukan kunjungan neonatal untuk memperoleh imunisasi pada usia 0-7 hari pertama untuk anaknya.
Di wilayah Puskesmas Raman Utara pada bulan maret 2007 terdapat persalinan sebanyak 63 bayi, dimana yang mendapat imunisasi hepatitis B1, BCG dan polio pada umur 0-7 hari sebesar 46 % (29). Angka ini masih sangat kurang dari target yang ditentukan yaitu 90%. Adanya kesenjangan antara target dan hasil yang mendorong penulis tertarik untuk meneliti Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunusasi Pada Kunjungan Neonatal Pertama (KN I) Di Puskesmas Raman Utara Periode Maret tahun 2007.
B. Rumusan Masalah
Bersadarkan latar belakang, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini adalah : “Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada kunjungan neonatal pertama (KN I) di Puskesmas Raman Utara tahun 2007?.”
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian adalah.
1. Sifat penelitian : Studi deskriptif
2. Subjek penelitian : Ibu yang mempunyai bayi usia 0-7 hari
3. Objek penelitian : Pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada kunjungan neonatal pertama (KN I)
4. Lokasi penelitian : Puskesmas Raman Utara
5. Waktu penelitian : 14 Mei – 22 Juli 2007
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada kunjungan neonatal pertama (KN I) di wilayah Puskesmas Raman Utara tahun 2007.
E. Manfaat Penelitian
Pada hasil penelitian pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada kunjungan neonatal pertama (KN I) ini di harapkan dapat bermanfaat:
1. Peneliti
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman dalam penelitian, serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang telah didapat saat kuliah khususnya mata kuliah metode penelitian dalam rangka menganalisa masalah kesehatan masyarakat khususnya kesehatan anak.

2. Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan acuan (refrensi) bagi penelitian lebih lanjut sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan institusi pendidikan tentang pemberian imunisasi pada kunjungan neonatal pertama (KN I).
3. Petugas kesehatan, Puskesmas dan Instansi Terkait
Sebagai bahan informasi atau masukan tentang pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada kunjungan neonatal pertama (KN I) di Puskesmas yang diharapkan dapat meningkatkan peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi mengenai pentingnya pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada kunjungan neonatal pertama (KN I)di sehingga pada akhirnya dapat memajukan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
4. Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut yang lebih spesifik.

Gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) di wilayah kerja puskesmas
BACA SELENGKAPNYA - Gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) di wilayah kerja puskesmas

Gambaran pengetahuan ibu tentang keluarga sadar gizi (KADARZI) di posyandu

Gambaran pengetahuan ibu tentang keluarga sadar gizi (KADARZI) di posyandu

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010, salah satu program yang dicanangkan pemerintah adalah keluarga sadar gizi (Kadarzi). Kadarzi adalah salah satu cara untuk membantu mengatasi masalah gizi di Indonesia (Litbang Depkes RI, 2001). Masalah gizi terjadi disetiap siklus kehidupan. dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi (Depkes RI, 2007).
Dampak kekurangan gizi yang paling ditakutkan adalah gagal tumbuh (growth faltering), terutama gagal tumbuh kembang otak (Ruby, 2005). Anak yang menderita kekurangan gizi tidak saja menurun kecerdasan otaknya, tetapi menyimpan potensi terkena penyakit degeneratif ketika memasuki usia dewasa. Pasalnva, sejumlah organ tubuh penting, seperti jantung, paru-paru, ginjal dan pembuluh darah, bisa mengalami “penuaan dini” (Wahyuni, 2007). Gizi buruk dalam jangka pendek menyebabkan kesakitan dan kematian karena kekurangan gizi membuat daya tahan tubuh berkurang. Menurut WHO, faktor gizi merupakan 54 % kontributor penyebab kematian (Agus, 2005).

Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita kekurangan energi kronis (KEK), yang bila hamil dapat meningkatkan resiko melahirkan BBLR. Setiap tahun, diperkirakan sekitar 350 ribu bayi BBLR (< 2500 gram), sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka gizi kurang, 1,7 juta diantaranya menderita gizi buruk. Pada usia sekolah, sekitar 11 juta anak tergolong pendek sebagai akibat dan gizi kurang pada masa balita (Depkes RI, 2007).
Menurut data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005 diperoleh sebanyak 28% balita di Indonesia mengalami masalah gizi kurang dan 8,8% mengalami masalah gizi berat badan anak secara teratur (Buchori, 2007). Sementara masalah gizi kurang dan gizi buruk masih tinggi, ada kecenderungan peningkatan masalah gizi lebih sejak beberapa tahun terakhir. Hasil pemetaan gizi lebih di wilayah perkotaan di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 12% penduduk dewasa menderita gizi lebih (Depkes RI, 2007).
Gambaran perilaku gizi yang belum baik dan ditunjukkan dengan masih rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan oleh masyarakat. Saat ini baru sekitar 50% anak balita yang di bawa ke Posyandu untuk ditimbang sebagai upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan. Bayi dan balita yang telah mendapat kapsul vitamin A baru mencapai 74% dan ibu hamil yang mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD) baru mencapai 60%. Demikian pula dengan perilaku gizi lainnya juga masih belum baik yaitu masih rendahnya ibu yang menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif yang baru mencapai 39%, sekitar 28% rumah tangga belum menggunakan garam beryodium yang memenuhi syarat dan pola makan yang belum beraneka ragam (Depkes RI, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut antara lain adalah tingkat kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga, pengetahuan dan perilaku keluarga dalam memilih, mengolah dan membagi makanan di tingkat rumah tangga, ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi dasar serta ketersediaan dan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat yang berkualitas. Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang cukup akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit. Demikian juga bila seseorang sering sakit akan menyebabkan gangguan nafsu makan dan selanjutnya akan mengakibatkan gizi kurang (Depkes RI, 2007).
Masih banyaknya kasus gizi kurang menunjukkan bahwa asupan gizi ditingkat keluarga belum memadai (Depkes RI, 2007). Kadarzi dicanangkan untuk membangun kesadaran akan pentingnya gizi bagi kesehatan yang dimulai dan unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga ibu sebagai penjaga keluarga diharapkan dapat menjalankan peran penting dalam penanganan gizi keluarganya (www.gizi.net)
Berdasarkan hasil survey mawas diri tahun 2007 diperoleh hasil beberapa indikator Kadarzi masih dibawah target yaitu memberi ASI eksklusif sebesar 23,3% dari target pencapaian 80%, pemberian Tablet tambah darah (TTD) pada bumil sebesar 56,7% dari target pencapaian 80% dan target vitamin A untuk ibu nifas sebesar 0% dari target pencapaian 80%. Adapun indikator lain yang sudah mencapai target menimbang secara teratur sebesar 91,7%, makan anekaragam makanan sebesar 93,3%, menggunakan garam beryodium sebesar 100%, memberikan vitamin A sebesar 100% (Puskesmas Bantul, 2007). Hasil pra survey di kelurahan Margorejo terhadap 10 keluarga, diperoleh data pengetahuan tentang Kadarzi dalam kriteria kurang baik sebanyak 40%, sebanyak 20% dalam kriteria tidak baik dan rata-rata pengetahuan ibu tentang Kadarzi kriterianya kurang baik (51%). Berdasarkan urain di atas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai “gambaran pengetahuan ibu tentang Kadarzi di Posyandu Bunga Tanjung Kelurahan Margorejo Kecamatan Metro Selatan.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang Kadarzi dalam kategori kurang baik. Oleh karena itu dapat dibuat rumusan masalah : “Bagaimana Gambaran Pengetahuan ibu tentang Kadarzi di Posyandu Bunga Tanjung Kelurahan Margorejo Kecamatan Metro Selatan bulan Mei 2008?”

C. Ruang Lingkup
Untuk membatasi kegiatan penelitian maka penulis membuat ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Rancangan Penelitian ini adalah deskriptif
2. Subjek penelitian adalah seluruh ibu yang ada di posyandu Bunga Tanjung Kelurahan Margorejo Kecamatan Metro Selatan
3. Objek penelitian adalah Kadarzi
4. Lokasi Penelitian ini akan dilakukan di Posyandu Bunga Tanjung Kelurahan Margorejo Kecamatan Metro Selatan
5. Waktu Penelitian akan dilakukan pada bulan Mei – Juni 2008

D. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang Kadarzi di Posyandu Bunga Tanjung Kelurahan Margorejo Kecamatan Metro Selatan bulan Mei 2008.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat :
1. Bagi Pihak Puskesmas Sumbersari Bantul diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan program pelayanan kesehatan dalam bidang gizi keluarga.
2. Bagi kader Posyandu sebagai masukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang Kadarzi sebagai materi penyuluhan terhadap keluarga tentang pentingnya gizi untuk semua keluarga.
3. Bagi Prodi Kebidanan Metro sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan tentang Kadarzi.
4. Bagi penulis lain memberikan informasi tentang gambaran pengetahuan keluarga tentang Kadarzi sebagai bahan pertimbangan dan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Gambaran pengetahuan ibu tentang keluarga sadar gizi (KADARZI) di posyandu
BACA SELENGKAPNYA - Gambaran pengetahuan ibu tentang keluarga sadar gizi (KADARZI) di posyandu

Gambaran Pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di wilayah kerja puskesmas

Gambaran Pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di wilayah kerja puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah penduduknya cukup padat. Kepadatan ini dapat dilihat dari jumlah kelahiran sekitar 5.000.000 pertahun (Manuaba, 1998). Pada tahun 2005 jumlah penduduk dunia sebesar 6.500.000.000 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,7%, sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun yang sama sebesar 241.973.879 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,66%. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk (www.laju pertumbuhan pendudduk.go.id,2005)
Pemerintah merencanakan program Keluarga Berencana Nasional untuk mengatasi masalah tersebut yang merupakan bagian dari pembangunan nasional Bangsa Indonesia mempunyai tujuan ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, melalui pengendalian kelahiran dan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia serta meningkatkan potensi sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kualitas penduduk Indonesia (Winknjosastro, 2002).
Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai tujuan yang salah satunya adalah menjarangkan kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi. Banyak metode kontrasepsi yang digunakan salah satu diantaranya menggunakan metode efektif yang meliputi menggunakan Pil, suntikan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan implant yang mengakibatkan pencegahan efektif terhadap kemungkinan timbulnya kehamilan, selain itu juga ada yang menggunakan metode kontrasepsi mantap seperti tubekhtomi dan vasektomi (www.bkkbn.go.id, 2005)
Metode kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal atau sempurna sampai saat ini belum tersedia (Hartanto, 2003), karena harus memenuhi beberapa faktor, antara lain dapat dipercaya, tidak ada efek samping, mudah menggunakan dan mendapatkannya. Faktor lain seperti usia ibu, jumlah dan jarak kelahiran anak juga harus dipertimbangkan dalam pemilihan kontrasepsi (Winknjosastro, 2002).
Salah satu metode kontrasepsi efektif adalah AKDR yang merupakan pilihan utama untuk menjarangkan kehamilan dengan periode usia akseptor antara 20 – 35 tahun, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun. Metode kontrasepsi AKDR, dikatakan efektif karena memiliki kelebihan yaitu efektifitas dan reversibilitas yang tinggi, dapat dipercaya, murah harganya, dan mudah dalam pelaksanaannya serta kegagalan yang disebabkan karena kealahan akseptor tidak banyak (Hartanto, 2003).
Umumnya penduduk di negara-negara sedang berkembang paling banyak menggunakan metode kontrasepsi yang pemakainya adalah perempuan. Distribusinya adalah pemakai pil 17,1%, suntik 15,2%, AKDR 10,3%, (Juliantoro, 2000).
Menurut data yang diperoleh dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Lampung pada tahun 2000 akseptor KB suntik 58,6%, akseptor KB pil 29,8% dan AKDR adalah 16,9%, karena pada umumnya masyarakat lebih memilih alat kontrasepsi yang bersifat praktis dan efektifitasnya tinggi seperti metode KB non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) misalnya suntik dan pil sehingga untuk metode KB seperti implant, AKDR, Medis Operatif Wanita (MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP) kurang diminati (BKKBN, 2000).
Berdasarkan data prasurvei yang diperoleh dari BKKBN Kota Metro mengenai cakupan pencapaian KB aktif tahun 2006 bulan Maret adalah sebagai berikut
Tabel 1. Pencapaian Peserta KB Aktif bulan Maret tahun 2006
No Kecamatan Mix Kontrasepsi Total PA % PA/PUS % AKDR/PA
PUS AKDR Suntik PIL
1.
2.
3.
4.
5. Metro Pusat
Metro Utara
Metro Barat
Metro Timur
Metro Selatan 7013
4037
3242
4864
1997 866
389
324
794
236 2425
1129
1158
1449
746 1520
1319
633
1118
344 4811
2837
2115
3361
1326 68,60
70,27
65,23
69,09
66,39 18,00
13,71
15,31
23,62
17,79
Jumlah 21153 2609 6907 4934 14450 68,31 17,79
Sumber : Data BKKBN Kota Metro, 2006.
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa untuk metode suntik mencapai angka yang paling tinggi sebesar 47,79% (6907) sedangkan metode kontrasepsi AKDR mencapai angka yang paling kecil sebesar 18,05% (2609). Bila dilihat lebih jauh untuk Kecamatan Metro Utara tercapai angka paling kecil untuk akseptor KB AKDR sebesar 13,71%(389).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan akseptor KB AKDR presentasinya rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akseptor KB tentang AKDR. Seharusnya mengingat AKDR merupakan kontrasepsi efektif yang dianjurkan untuk ibu multipara yaitu wanita yang telah melahirkan anak hidup minimal 2 orang menjadi pilihan prioritas. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Bagaimana pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sari Kecamatan Metro Utara”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Multipara Tentang Kontrasepsi AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sari Kecamatan Metro Utara”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sari Kecamatan Metro Utara.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Objek penelitian : Pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR
3. Subjek Penelitian : Seluruh ibu multipara peserta akseptor KB AKDR
4. Lokasi Penelitian : Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sari
5. Waktu Penelitian : 8 – 13 Mei 2006
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Manfaat bagi Puskesmas Banjar Sari
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pelaksana pelayanan guna meningkatkan minat masyarakat dalam menggunakan AKDR dan meningkatkan mutu pelayanan kontrasepsi
2. Manfaat bagi Intitusi Pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya dalam memberikan informasi tentang KB dan kesehatan serta asuhan bagi penelitian selanjutnya.


Gambaran Pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di wilayah kerja puskesmas
BACA SELENGKAPNYA - Gambaran Pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di wilayah kerja puskesmas

Gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi pada periode post natal di Rumah sakit ibu dan anak

Gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi pada periode post natal di Rumah sakit ibu dan anak

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kekaguman kita tentang Cinta Tuhan kepada umat-Nya dapat kita lihat ketika ibu mulai menyusui bayinya dengan ASI (Air Susu Ibu). Proses ini merupakan mukjizat yang harus disyukuri dan dimanfaatkan seoptimal mungkin. ASI dikatakan mukjizat, hal ini dapat kita pahami dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa tidak ada makanan di dunia ini yang sesempurna ASI. ASI adalah salah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual. (Hubertin, 2003)
Menyusui merupakan suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan. Menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia.
Pada tahun 1999 UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Found) memberikan klasifikasi tentang jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. (Roesli, 2000)
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai berumur 2 tahun. (Hubertin, 2004)
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di seluruh propinsi di Indonesia sebanyak 3.213.860 bayi. Bayi yang diberikan ASI eksklusif adalah 1.339.298 bayi (41,67%), sedangkan 1.874.562 bayi (58,33%) tidak diberi ASI eksklusif. Di Lampung 3.114 jumlah bayi yang sudah di beri ASI eksklusif adalah 2.190 (70,33%) bayi dan 914 (29,67%) bayi tidak diberi ASI eksklusif. (Dinkes Lampung, 2004).
Dari hasil pengamatan pada praktek lapangan, bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan frekwensi terkena diare sangat kecil bahkan mulai minggu ke-4 sampai bulan ke-6 bayi jarang defekasi dan sering menjadi keluhan ibu yang datang ke klinik karena bayinya tidak defekasi lebih dari 3 hari. Keadaan ini menunjukan seluruh produk ASI dapat terserap oleh sistem pencernaan bayi. Kelompok bayi yang mendapat susu tambahan (ASS) lebih sering terkena diare. (Hubertin,2004)
Melihat begitu unggulnya Air Susu Ibu (ASI), maka sangat disayangkan pada kenyataannya masih banyak ibu-ibu yang tidak langsung memberikan ASInya pada 30 menit sampai 1 hari post partum. Masih banyak juga ditemukan masalah pada post partum seperti puting susu terbenam atau datar, saluran susu tersumbat, puting susu nyeri atau puting susu lecet dan payudara bengkak. Hal ini merupakan masalah bagi ibu yang menyusui bayinya dan mengurangi produksi ASI, sehingga dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan air susu untuk bayinya.
Saat persalinan tiba, ibu harus memahami apa yang terjadi dan kemungkinan yang membahayakan. Saat persalinan merupakan waktu penentu bagi bayi untuk mendapatkan ASI yang optimal sebagai nutrisi yang mampu memenuhi seluruh unsur gizi untuk perkembangan bayi menjadi anak sehat dan cerdas. (Hubertin, 2004).
Namun pada kenyataannya masih terdapat ibu-ibu yang mengalami gangguan atau masalah dalam melaksanakan manajemen laktasi. Seperti yang penulis temukan di RS Ibu dan Anak Mutiara Hati Gadingrejo berdasarkan data persalinan normal pada bulan Juli-desember 2006.

Tabel 1. Jumlah ibu nifas 1 – 7 hari dengan masalah terhadap manajemen laktasi pada periode postnatal dari bulan Juli-Desember 2006.

Bulan Jumlah Ibu pasca Bersalin Normal Jumlah Ibu Nifas dengan masalah Manajemen Laktasi Prosentase
%
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember 13
23
19
20
17
16 6
7
5
7
3
4 5,6
6,5
4,6
6,5
2,8
3,7
Jumlah 108 32 29,7
Sumber: RSIA Mutiara Hati tahun 2006

Dari data diatas didapatkan kesimpulan bahwa terdapat 29,7 % (32 orang) ibu pasca bersalin yang mengalami masalah terhadap manajemen laktasi pada Periode Postnatal terutama tentang teknik menyusui dan perawatan payudara yang benar setelah bersalin. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Manajemen Laktasi pada Periode Postnatal di RSIA Mutiara Hati Tanggamus”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang penulis simpulkan adalah ”Bagaimana pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi pada periode postnatal ?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu bersalin normal hari pertama sampai hari ketujuh
3. Objek Penelitian : Pelaksanaan Manajemen Laktasi Periode Postnatal
4. Lokasi Penelitian : RSIA Mutiara Hati gadingrejo, Tanggamus
5. Waktu Penelitian : 1 Juni s/d 11 Juni 2007

D. Tujuan Penelitian
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi pada periode postnatal.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui pengetahuan ibu menyusui tentang tehnik menyusui yang benar
b. Diketahui pengetahuan ibu menyusui tentang cara perawatan payudara yang benar setelah persalinan.

E. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan untuk meningkatkan upaya dalam melaksanakan pelayanan terhadap ibu bersalin.
2. Untuk Ibu Menyusui Periode Postnatal
Mencegah terjadinya masalah pada masa laktasi dan membantu para ibu agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai ibu dalam proses menyusui.
3. Untuk Institusi Program Studi Kebidanan Metro
Untuk menambah sumber bacaan di Perpustakaan.
4. Untuk RSIA Mutiara Hati
Sebagai bahan masukan bidan atau tenaga kesehatan agar dapat memotivasi masyarakat dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang manajemen laktasi.


Gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi
pada periode post natal di Rumah sakit ibu dan anak
BACA SELENGKAPNYA - Gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi pada periode post natal di Rumah sakit ibu dan anak

Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas

Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja (termasuk kolostrum) sesegera mungkin setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain seperti air, air gula, madu, pisang dan sebagainya (DepKes, 2003).
ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi, dimana kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan (mencegah dari berbagai penyakit). Konvensi hak-hak anak tahun 1990 antara lain menegaskan bahwa tumbuh kembang secara optimal merupakan salah satu hak anak, berarti ASI selain merupakan kebutuhan, juga merupakan hak azasi bayi yang harus dipenuhi oleh orang tuanya. Hal ini telah dipopulerkan pada pekan ASI sedunia tahun 2000 dengan tema : “Memberi ASI adalah hak azasi ibu, Mendapat ASI adalah hak azasi bayi” (Depkes RI, 2001).
Pernyataan dan rekomendasi tentang makanan bayi dan anak oleh World Health Organization (WHO)/United Nations International Children Emergency Fund (UNICEF) tahun 1994 antara lain berisi :
1. Menyusui merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah merupakan dasar fisiologis dan psikologis yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
2. Memberikan susu botol sebagai tambahan dengan dalih apapun juga pada bayi baru lahir harus dihindarkan (Suharyono, 1992).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI )1997 dan 2002 lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya. Namun yang menyusui dalam 1 jam pertama setelah melahirkan cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan ASI Eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. Penggunaan susu formula meningkat lebih dari 3 x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5% pada tahun 2002. (www. depkes.ga.id/ditingkat ASEAN 2006, 15 April 2006).
Pada saat ini tampak ada kecenderungan menurunnya penggunaan ASI pada sebagian masyarakat dikota-kota besar. Dikota besar sering kita melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui ibunya, sementara di pedesaan kita melihat bayi yang berusia 1 bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada propinsi Lampung adalah 57.201 bayi atau sekitar 34,53,% dari jumlah bayi 165.656 bayi, sedangkan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan untuk Kota Metro adalah 900 bayi antau 58,82% dari jumlah bayi seluruhnya 1530 bayi (Profil Kesehatan Propinsi Lampung, 2004).
Data prasurvei yang didapat oleh penulis di Dinas Kesehatan Kota Metro mengenai cakupan pemberian ASI Eksklusif tahun 2005 adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Data Cakupan ASI Eksklusif Kota Metro 2005
No Puskesmas Sasaran Cakupan %
1
2
3
4
5
6 Yosomulyo
Metro
Iringmulyo
Banjarsari
Sumbersari
Ganjar Agung 282
241
334
241
139
227 238
27
158
183
27
177 84,39
11,2
47,3
75,93
19,93
77,97
JUMLAH 1464 810 55,32
Sumber : Laporan Cakupan ASI Eksklusif Dinas Kesehatan Kota Metro 2005
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Metro mendapatkan angka yang paling kecil hanya tercapai 11,2% (27 ibu) dari 60% target yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan kota Metro (Indikator Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kota Metro Tahun 2003-2010 ) dan cakupan pemberian ASI Eksklusif yang paling besar dicapai oleh Puskesmas Yosomulyo yaitu sebesar 84,39 % (238 ibu) dari 282 sasaran yaitu di Desa Yosomulyo.
Hasil prasurvey di Wilayah Kerja Puskesmas Metro tentang pemberian ASI Eksklusif pada bulan Februari – Maret 2006 terdapat 237 ibu menyusui anak pertama, sedangkan ibu menyusui anak pertama yang sedang menyusui dan telah memberikan ASI Eksklusif sejumlah 20 orang (47,4%). Rendahnya cakupan ini disebabkan faktor ekonomi yang mengharuskan ibu-ibu menyusui anak pertama tetap bekerja, sehingga ibu tidak memiliki waktu untuk menyusui bayinya secara eksklusif. Hasil prasurvey juga menunjukan ternyata bayi yang dilahirkan dengan normal tidak semua langsung diberi ASI tetapi diberi susu formula. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada pada tabel 2 mengenai data prasurvey di Puskesmas Metro, jumlah Ibu menyusui anak pertama yang memiliki anak berusia 6 -24 bulan dan Ibu menyusui bukan anak pertama dalam pemberian ASI Eksklusif sebagai berikut :

Tabel 2. Ibu Post Partum Yang Langsung Memberikan Dan Tidak Memberikan ASI Pada Bayinya Di Wilayah Kerja Puskesmas Metro Bulan Februari– Maret 2006

Ibu Memberikan ASI Jumlah %
Eksklusif Non Eksklusif
Jumlah % Jumlah %
Ibu menyusui anak pertama 20 0,08 72 0,30 92 0,39
Ibu menyusui bukan anak pertama 7 0,03 138 0,58 145 0,61
Jumlah 27 0,11 210 0,89 237 100
Sumber : Laporan Cakupan ASI Eksklusif Dinas Kesehatan Kota Metro 2005
Berdasarkan tabel di atas didapatkan jumlah ibu menyusui anak pertama dengan ASI Eksklusif berjumlah 20 orang (0,8%) dari jumlah seluruh ibu menyusui anak pertama 237 orang (100%). Berdasarkan data latar belakang inilah sebagai dasar penulis untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Metro.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rendahnya cakupan ASI Eksklusif yang dicapai Puskesmas Metro maka dapat dirumuskan permasalahannya “Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Metro tahun 2006 ?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Metro tahun 2006.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang pengertian ASI Eksklusif.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang manfaat ASI Eksklusif.
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang kerugian pemberian ASI Eksklusif.
d. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang kontra indikasi untuk memberikan ASI Eksklusif.

D. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang di teliti adalah sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : Study Deskriptif
2. Subyek penelitian : Ibu menyusui anak pertama yang memiliki anak dengan usia 6 sampai 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Metro pada bulan Februari – Maret 2006.
3. Obyek Penelitian : Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Metro tahun 2006.
4. Lokasi penelitian : Di Wilayah Kerja Puskesmas Metro.
5. Waktu Penelitian : 8 Mei sampai dengan 15 Mei 2006.

E. Manfaat Penelitian
1. Puskesmas Metro
Menambah wawasan serta menjadi tolak ukur para tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Metro dalam melaksanakan program selanjutnya, terutama lebih aktif dalam memberikan penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat khususnya ibu-ibu menyusui anak pertama tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Untuk memberikan masukan bagi kegiatan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan ASI Eksklusif terutama hal-hal yang belum dimunculkan penulis.

Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas

BACA SELENGKAPNYA - Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas

Gambaran pengetahuan ibu hamil tentnag gizi seimbang pada masa kehamilan di puskesmas

Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan di puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam rencana strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia tahun 2001-2010 disebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia sehat 2010. (Prawirohardjo, 2002). Visi Indonesia sehat 2010 adalah ditetapkannya misi pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, dengan sasaran meningkatkan jumlah penduduk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, sehingga untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat, salah satu program unggulan yaitu program perbaikan gizi. (Dep.Kes.RI, 1993).
Gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam membentuk kualitas manusia. Perbaikan gizi adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan gizi. Manfaat dari perbaikan gizi adalah meningkatkan status gizi, peningkatan mutu konsumsi makanan, serta penanggulangan terhadap masalah gizi, sehingga diharapakan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya dalam keadaan sehat. (Dep. Kes.RI, 1989).
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan perdarahan, persalinan yang sulit dan lama dan melahirkan bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). (Zulhaida online, 2007). Data perdarahan di Lampung tercatat 50,69% dan persalinan lama 2,78% (Profil Kesehatan Lampung, 2005). Indikator gizi kurang pada ibu hamil dapat diketahui dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, batas ambang LILA dengan resiko KEK di Indenesia adalah 23,5 cm (Dep. Kes RI, 1997). Status gizi yang buruk memberikan kontribusi pada tiga penyebab kematian ibu yang utama yaitu perdarahan 40-60%, toksemia gravidarum 20-30% dan infeksi 20-30%. (Nadesul) dalam Agus Setianingsih, 2004).
Berdasarkan Hasil Survey Cepat Anemia di Lampung tercatat sebesar 73,74% lebih tinggi dari angka nasional sebesar 50,9%. Wilayah Lampung Timur prevalensi anemia tercatat sebesar 72,3% (tinggi) dan bila dengan Kabupaten lain di Propinsi Lampung maka Kabupaten Lampung Timur masuk urutan ke tiga. (Profil Kesehatan Lampung, 2005).
Di Indonesia sendiri masih ditemui ibu hamil yang mengalami kurang gizi kronis diatas 30% atau sekitar 1,5 juta, untuk wilayah Lampung 1,17%. (Data Gizi Propinsi Lampung, 2005). Data sasaran ibu hamil di Kabupaten Lampung Timur tahun 2006 sebanyak 23.658 ibu hamil dengan prevalensi gizi kurang sebanyak 2,28 %. (Hasil evaluasi bumil dengan resiko KEK dan anemia Kabupaten Lampung Timur, 2006).
Berdasarkan hasil survey cepat di Propinsi Lampung pada tahun 1997 jumlah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) selama tiga tahun cenderung meningkat yaitu pada tahun 2003 tercatat 848 tahun 2004 tercatat 912 sedangkan pada tahun 2005 tercatat 2210. (Profil Kesehatan Provinsi Lampung 2005). Dan data kelahiran di Kabupaten Lampung Timur sebanyak 19.522 dengan kasus BBLR 118 (0,71%), (Profil kesehatan Lampung Timur, 2005).
Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kualitas maupun kuantitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya pendidikan, pengetahuan dan tingkat pendapatan yang rendah. (Gizi online, 2007)
Berdasarkan data pra survei yang dilakukan penulis pada bulan maret 2007 di Puskesmas Tanjung Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur didapatkan ibu hamil dengan status gizi kurang seperti pada tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah ibu hamil di puskesmas Tanjung Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten lampung Timur pada bulan Januari Sampai dengan Maret 2007

Bulan Jumlah Kunjungan Ibu Hamil Baru Ibu Hamil dengan Status Gizi Baik Ibu Hamil dengan Status Gizi Kurang
Januari 8 4 50% 4 50%
Februari 7 5 71,4% 2 28,6%
Maret 9 6 66,7% 3 33,3%
Jumlah 24 15 62,5% 9 37,5%
Sumber : Medical Record (Dokumen) Bidan di Puskesmas Tanjung Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur.

Berdasarkan data di Puskesmas Tanjung Harapan sampai bulan April 2007 terjadi peningkatan jumlah ibu hamil kunjungan baru (K1) dengan gizi kurang yaitu dari 23,4% (2006) menjadi 37,5% dan kelahiran dengan prematur sebanyak 3,30%, BBLR 6,60 %, kasus perdarahan 9,09%, dari 9 ibu hamil yang berkunjung ke puskesmas terdapat 66,7% ibu hamil yang tidak mengerti tentang gizi seimbang. Data pendidikan ibu hamil didapat sebanyak 45,8% memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), 29,2% Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan 25% Sekolah Menengah Umum (SMU), sedangkan pendapatan rata-rata perbulan sekitar Rp. 500.000,- s.d Rp. 800.000,-.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang gambaran pengetahun ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan di Puskesmas Tanjung Harapan kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur Tahun 2007.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan di Puskesmas Tanjung Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur tahun 2007?

C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
1. Jenis penelitian : Bersifat deskriptif
2. Subjek penelitian : Ibu hamil di Puskesmas Tanjung Harapan
3. Objek penelitian : Pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan.
4. Tempat penelitian : Puskesmas Tanjung Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur
5. Waktu penelitian : 25 Mei - 22 Juni 2007

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahunya bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan di puskesmas Tanjung Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur tahun 2007.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan dalam tingkat tahu.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan dalam tingkat memahami.
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan dalam tingkat aplikasi.

E. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai gizi seimbang pada masa kehamilan dan penerapan ilmu yang didapat selama studi.

2. Lokasi Penelitian di Puskesmas Tanjung Harapan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan khususnya mengenai pengetahuan tentang gizi seimbang dan dapat meningkatkan program penyuluhan dan penyebaran informasi lebih lanjut terutama pada ibu hamil.
3. Pengembangan Program
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk perencanaan program gizi ibu hamil dan bahan evaluasi penyuluhan tentang gizi seimbang pada masa kehamilan.

4. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi gambaran pengetahuan ibu hamil yang berhubungan dengan gizi ibu selama masa kehamilan.

Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada masa kehamilan di puskesmas

BACA SELENGKAPNYA - Gambaran pengetahuan ibu hamil tentnag gizi seimbang pada masa kehamilan di puskesmas

Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang perdarahan antepartum di RSUD

Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang perdarahan antepartum di RSUD



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

AKI di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika di bandingkan dengan negara anggota ASEAN. Menurut data dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2003). Resiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65 persalinan dibandingkan dengan Thailand yaitu 1 dari 100 persalinan (http://www.bappenas.go.id/indek.php).

Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia. Perdarahan antepartum atau perdarahan yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu lebih berbahaya di bandingkan dengan perdarahan yang terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu karena dapat menyebabkan terjadinya perdarahan sebelum dan sesudah persalinan, keracunan kehamilan, kerusakan organ, infeksi, syok post operatif dan kematian pada ibu, sedangkan pada janin dapat menyebabkan terjadinya kematian.

Tahun 1995 di lima Propinsi menunjukkan bahwa Jawa Tengah mempunyai AKI lebih rendah yaitu 248 dari 100.000 kelahiran hidup, dibandingkan Papua yang sebesar 1.025 dari 100.000 kelahiran hidup, Maluku sebesar 796 dari 100.000 kelahiran hidup, Jawa barat sebesar 686 dari 100.000 kelahiran hidup, dan NTT sebesar 554 dari 100.000 kelahiran hidup (http:// www. bappenas. go.id/ indek.php). Sedangkan jumlah AKI di Propinsi Lampung tahun 2003 yaitu 98 kasus dari 182.248 hamil dan meningkat menjadi 165 kasus dari 165.347 kelahiran hidup pada tahun 2005 (DinKes Propinsi Lampung, 2005).

Berdasarkan data pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit di Indonesia pada tahun 2004 jumlah perdarahan antepartum sebanyak 1.915 pasien dari seluruh kasus persalinan yang berjumlah 261.050. Dari data pasien rawat jalan didapatkan 924 pasien perdarahan antepartum dari seluruh pasien rawat jalan dengan kasus persalinan dan masalah obstetrik lainnya yang berjumlah 77.549.

Jumlah kasus kematian ibu melahirkan di Metro pada tahun 2001 adalah sebanyak 4 kasus dari 2.611 kelahiran hidup, tahun 2002 ada 3 kasus dari 3.212 kelahiran hidup, tahun 2003 ada sebanyak 2 kasus dari 2.726 kelahiran hidup, tahun 2004 ada 1 kasus dari 2.914 kelahiran hidup, tahun 2005 ada 2 kasus dari 2.801 kelahiran hidup dan untuk tahun 2006 terdapat 8 dari 2768 kelahiran hidup. (Dinkes Metro, 2006).

Menurut (Hamilton, 1995), berdasarkan sumber terjadinya perdarahan antepartum bersumber dari plasenta yaitu, plasenta previa, solusio plasenta, plasenta sirkum vallata, abruptio plasenta. Yang bersumber pada kelainan janin vasa previa dan yang bersumber pada kelainan maternal, hemoroid, ruptur uteri, infeksi vagina, kelainan koagulasi.

Berdasarkan hasil pra survey yang telah penulis dapatkan, pada tahun 2006 terdapat 61 kasus perdarahan antepartum di RSUD. A. Yani Metro, yang dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :



Tabel 1 : Distribusi Perdarahan Antepartum di RSUD. A. Yani Metro pada Bulan Januari s/d Desember 2006.

No

Kasus Perdarahan Antepartum Tahun 2006

Bulan

Jumlah

1.

Januari

2

2.

Februari

1

3.

Maret

10

4.

April

9

5

Mei

6

6.

Juni

6

7.

Juli

5

8.

Agustus

4

9.

September

2

10.

Oktober

10

11.

November

3

12.

Desember

3

Jumlah

61 Pasien

Sumber : Laporan Tahunan Ruang Kebidanan RSUD Ahmad Yani Metro tahun 2006

Menilai data pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kasus perdarahan antepartum di RSUD A. Yani Metro tahun 2006 paling banyak terjadi pada bulan Maret dan Oktober yaitu masing-masing 10 kasus dari keseluruhan jumlah persalinan pada tahun 2006 yaitu 1384 persalinan. Jenis kasus perdarahan antepartum yang terjadi dari bulan Januari s.d Desember dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2 : Distribusi jenis kasus Perdarahan Antepartum di RSUD. A. Yani Metro pada Bulan Januari s/d Desember 2006.

No

Perdarahan Antepartum

Penyebab

Jumlah Kasus

1.

Plasenta previa

41

2.

Solusio plasenta

13

3.

Abruptio plasenta

4

4.

Ruptur uteri

3

Jumlah

61 kasus

Sumber : Laporan tahunan ruang kebidanan RSUD Ahmad Yani Metro tahun 2006

Berdasarkan data di atas maka disimpulkan bahwa kasus perdarahan antepartum di RSUD.A.Yani Metro pada tahun 2006 sebanyak 61 kasus dari 1384 persalinan, paling banyak disebabkan oleh plasenta previa yaitu sebanyak 67,2%, kemudian 21,3% disebabkan oleh solusio plasenta 6,6% diantaranya disebabkan oleh abruptio plasenta dan 4,9 % disebabkan oleh ruptur uteri. Sehingga peneliti tertarik mengadakan penelitian sederhana mengenai “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perdarahan Antepartum di RSUD. Ahmad Yani Metro”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengetahuan Ibu hamil tentang perdarahan antepartum di RSUD Ahmad Yani Metro tahun 2007?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat luasnya masalah dilihat dari berbagai aspek maka penulis ingin membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Jenis penelitian : Deskripsi

2. Objek Penelitian : Ibu hamil yang mengalami perdarahan antepartum.

3. Subjek Penelitian : Pengetahuan ibu hamil tentang perdarahan antepartum di RSUD Ahmad Yani Metro.

4. Lokasi Penelitian : RSUD. Ahmad Yani Metro

5. Waktu Penelitian : Setelah penulisan proposal disetujui tanggal 6-13 Juni 2007

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil yang mengalami perdarahan antepartum di RSUD. Ahmad Yani Metro pada tahun 2007.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD. A. Yani Metro

Menambah wawasan dan menambah referensi tentang perdarahan antepartum dan meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada penanganan kasus perdarahan antepartum, serta diharapkan dapat menangani kejadian dengan tepat dan cepat.

2. Bagi Institusi

Menambah wawasan dan menjadi bahan referensi dalam pemberian materi perdarahan antepartum pada khususnya dan materi yang terkait dengan ilmu kebidanan dan kandungan pada umumnya.

3. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang perdarahan antepartum, sehingga penelitian ini dapat dilanjutkan dengan variabel penelitian yang berbeda.





Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang perdarahan antepartum di RSUD
BACA SELENGKAPNYA - Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang perdarahan antepartum di RSUD

Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini di BPS

Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini di BPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan (Soetjiningsih,1997). ASI mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air dan enzim yang dibutuhkan oleh bayi. ASI juga mengandung semua asam lemak penting yang dibutuhkan bagi pertumbuhan otak, mata, dan pembuluh darah yang sehat (Ramaiah,2006).
Penghisapan ASI 30 menit pertama setelah lahir dengan adanya refleks menghisap akan mempercepat keluarnya ASI, juga merupakan stimulan dini terhadap tumbuh kembang anak (Lubis,2008).Rendahnya pemberian ASI di keluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita (Anwar,2007). Pada tahun 2003 terdapat sekitar 6,7 juta balita (27,3%) menderita gizi kurang dan 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Anemia gizi besi dijumpai pada sekitar 8,1 juta anak (/www.depkes.go.id, 2008).
Pada seorang primipara, ASI sering keluar pada hari ke 3 dan jumlah ASI selama 3 hari pertama hanya 50 ml kira-kira 3 sendok makan). Bila hal ini tidak diketahui baik oleh ibu maupun oleh petugas kesehatan, maka akan banyak ibu yang merasa ASI nya kurang, hal ini akan mendorong ibu tersebut untuk memberikan susu formula yang mengakibatkan produk ASI berkurang (Lubis,2008). Kurangnya pengertian dan keterampilan petugas kesehatan tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui menyebabkan mereka mudah terpengaruh oleh promosi susu formula yang sering dinyatakan sebagai Pengganti Air Susu Ibu (PASI), sehingga dewasa ini semakin banyak ibu bersalin memberikan susu botol yang sebenarnya merugikan mereka (Dep.Kes RI,2005). Selain itu, biasanya alasan yang dipakai oleh seorang ibu enggan menyusui anaknya adalah si ibu merasa dirinya kurang gizi, padahal untuk status kesehatan yang terganggu itu tidak mempengaruhi produksi ASI (Roesli,2007).
Sekitar 85% penduduk Indonesia termasuk ibu dan anak tinggal di pedesaan. Kondisi kesehatan mereka masih belum memadai. Angka kesakitan dan kehamilan ibu, bayi, masih tinggi. Keadaan gizi dan sanitasi lingkungan hidup mereka masih jelek. Di samping itu pengertian dan perilaku hidup sehat masih sangat kurang. Salah satu perilaku yang cukup menyedihkan adalah pemberian makanan pralaktal yaitu pemberian makanan / minuman untuk menggantikan ASI apabila ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah lahir. Jenis makanan tersebut antara lain air tajin, air kelapa, madu yang dapat membahayakan kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk merangsang produksi ASI sedini mungkin melalui hisapan bayi pada payudara ibu. (Anwar,2007 ).
Apabila dikaitkan dengan pemberian ASI eksklusif, saat ini praktik menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan. Menurut SDKI tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Sementara itu penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun, dari 10,8% tahun 1997 menjadi 32,5% pada tahun 2002 (/www.depkes.go.id, 2008).
Dari data pra survei yang penulis lakukan pada tanggal 23 Mei 2008–25 Mei 2008 di BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah terdapat 8 orang ibu hamil. Dari 8 orang tersebut, terdapat 6 orang yang kurang mengetahui tentang pemberian ASI dini. Dilihat dari latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemberian ASI Dini di BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah Tahun 2008 “.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis membuat rumusan masalah yaitu: “ Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini di BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah tahun 2008 “.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam melakukan penelitian, agar sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat, penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Rancangan Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu hamil
3. Objek Penelitian : Pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini
4. Tempat Penelitian : BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah
5. Waktu Penelitian : 10 Juni 2008 - 24 Juni 2008
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini di BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil pada tingkat tahu tentang pemberian ASI dini di BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil pada tingkat memahami tentang pemberian ASI dini di BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi BPS Sulistio Rahayu, A.Md.Keb. Lampung Tengah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya evaluasi dan pemantauan tentang pemberian ASI dini serta sebagai bahan masukan dalam peningkatan pelayanan kesehatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dokumen dan bahan bacaan untuk menambah wawasan mahasiswa Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Program Studi Kebidanan Metro.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian-penelitian yang lain atau serupa dengan variabel yang lebih lengkap.


Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini di BPS
BACA SELENGKAPNYA - Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini di BPS

Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di desa

Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di desa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian Ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu dewasa ini masih tinggi di Indonesia bila dibandingkan dengan AKI di negara ASEAN lainnya, menurut data dari survei demografi kesehatan Indonesia (SOKI) 2002-2003, AKI di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa lebih dari 18.000 ibu meninggal per tahun atau 2 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Sampai dengan tahun 2002, AKI tersebut mengalami penurunan yang lambat dengan adanya krisis ekonomi tahun 1997 lalu.
Sebagian besar penyebab kematian ibu secara langsung menurut survei kesehatan rumah tangga (2001) sebesar 90% adalah komplikasi yang terjadi pada saat persalinan dan segera setelah bersalin, penyebab tersebut dikenal dengan trias klasik yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%) dan infeksi (11%). (Depkes RI, 2004).
Angka kematian ibu maternal berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran prilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas. Hasil survey demografi kesehatan indonesia tahun 1994 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dan hasil SOKI 2002-2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk rata-rata angka kematian ibu maternal tahun 2003:73 AKI yang dihasilkan dari SOKI dan SKRT hanya menggambarkan angka nasional, tidak dirancang untuk mengukur angka kematian ibu. Menurut propinsi hasil soki 2002-2003 angka kematian ibu melahirkan (nasional) : 307 per 100.000 kelahiran hidup,(Dinkes Lampung Tahun 2005)
Upaya safe matherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilannya dan persalinannya dapat dilaluinya dengan sehat dan aman serta menghasilkan bayi yang sehat dan aman serta menghasilkan bayi yang sehat, upaya safe Matherhood terdiri dari empat pilar safe motherhood. Pilar yang kedua dari pilar safe motherhood adalah “Asuhan antenatal” dimana petugas kesehatan harus memberikan pendidikan pada ibu hamil tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam masa kehamilannya, meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan dalam bentuk komunikasi, informasi dan edukasi (Saifuddin, 2002).
Memperhatikan angka kematian ibu dan perinatal dapat diperkirakan bahwa sekitar 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas di saat sekitar persalinan. Untuk itu sangat diharapkan bidan, sebagai tenaga kesehatan harus ikut mendukung upaya cepat penurunan AKI, peranan bidan dalam masyarakat sebagai tenaga terlatih pada sistem kesehatan nasional salah satunya adalah meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat, terutama pada ibu hamil, dimana pendidikan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan pada waktu pengawasan hamil di puskesmas atau pondok bersalin desa dan bidan praktek swasta, saat penyelenggaraan posyandu, pada saat diadakan pertemuan atau kegiatan-kegiatan dilingkungannya, dan saat melakukan kunjungan rumah (Manuaba, 1998).
Berdasarkan Pra Survey pada tanggal 28 Maret 2007 diwilayah kerja Puskesmas Wonosobo Kab. Tanggamus terdapat data dari 100% ibu hamil 75% nya masih melahirkan didukun atau dirumah dan 25% nya melahirkan di Bidan atau tenaga kesehatan. Disamping lokasinya susah dijangkau karena daerah pegunungan yang berjalan terjal sehingga transportasi didesa itu sebagaian besar sepeda motor (ojek) dan hanya beberapa keluarga yang memiliki media visual seperti TV, radio dan lain-lain. Berdsarkan wawancara dengan bidan di Desa Way Panas terdapat 18 ibu hamil 36 ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan dan 228 balita. Dari wawancara tersebut pula didapatkan informasi bahwa masih banyak para ibu yang belum memahami arti pentingnya kesehatan terutama kehamilan, persalinan dan nifas setelah diberikan penyuluhan dan informasi dari tenaga kesehatan para ibu mengetahui tentang kesehatan khususnya kehamilan, persalinan dan nifas. Sehingga gangguan dalam kesehatan dan persalinan akan segera ketenaga kesehatan apabila ada gangguan atau komplikasi akan cepat terdeteksi dan tertangani. Dari uraian tersebut maka Penulis untuk mengadakan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di Desa Way Panas Kabupaten Tanggamus.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut Penulis merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di desa Way Panas Kab. Tanggamus”.

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Ibu hamil di desa way panas tentang melahirkan di bidan.
3. Objek penelitian : Pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di Desa Way Panas Kab. Tanggamus.
4. Lokasi penelitian : Desa Way Panas Kabupaten Tanggamus.
5. Waktu penelitian : Setelah proposal disetujui.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang melahirkan di bidan.
2. Tujuan Khusus
Diketahuinya pengetahuan ibu tentang melahirkan di bidan meliputi :
a. Pengetahuan ibu tentang kehamilan.
b. Pengetahuan ibu tentang persalinan.
c. Pengetahuan ibu tentang masa nifas.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu Hamil/Responden
Sebagai masukan bahan pengetahuan untuk ibu hamil, sehingga mereka dapat mengetahui proses kehamilan, melahirkan, nifas dan asuhan post partum, dengan demikian diharapkan gangguan/komplikasi dalam kehamilan dan persalinan dapat di deteksi secara dini melalui penyuluhan oleh tenaga kesehatan.

2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Wonosobo untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang melahirkan di bidan di desa Way Panas.

3. Bagi Bidan
Sebagai salah satu bahan masukan bagi bidan sebagai tenaga kesehatan yang berada di masyarakat, untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan memberikan pengetahuan ibu tentang melahirkan di bidan.

4. Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa tentang melahirkan di bidan.



Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di desa

BACA SELENGKAPNYA - Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di desa
INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS, KETIK EMAIL ANDA DISINI:
setelah mendaftar segera buka emailnya untuk verifikasi pendaftaran. Petunjuknya DILIHAT DISINI