kolom pencarian

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan | Testimoni | Perkakas
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

06 November 2010

Solusio Plasenta

Solusio Plasenta

Terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang implantasinya normal, sebelum janin dilahirkan, pada masa kehamilan atau persalinan, disertai perdarahan pervaginam, pada usia kehamilan ³ 20 minggu.

KRITERIA DIAGNOSIS

Anamnesis

Perdarahan timbul akibat adanya trauma pada abdomen atau timbul spontan akibat adanya penyulit pada kehamilan yang merupakan predisposisi solusio plasenta. Faktor predisposisi solusio plasenta antara lain : usia ibu semakin tua, multi paritas, preeklampsia, hipertensi kronik, ketuban pecah pada kehamilan preterm, merokok, trombofilia, pengguna kokain, riwayat solusio plasenta sebelumnya, dan mioma uteri. Darah yang keluar tidak sesuai dengan beratnya penyakit, berwarna kehitaman, disertai rasa nyeri pada daerah perut akibat kontraksi uterus atau rangsang peritoneum. Sering terjadi pasien tidak lagi merasakan adanya gerakan janin.

Pemeriksaan Status Generalis

Periksa keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital. Hati-hati adanya tanda pra renjatan (pra syok) yang tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang keluar pervaginam.

Pemeriksaan Status Obstetri

Periksa Luar : uterus terasa tegang atau nyeri tekan, bagian-bagian janin sulit diraba, bunyi jantung janin sering tidak terdengar atau terdapat gawat janin, apakah ada kelainan letak atau pertumbuhan janin terhambat.

Inspekulo : apakah perdarahan berasal dari ostium uteri atau dari kelainan serviks dan vagina. Nilai warna darah, jumlahnya, apakah encer atau disertai bekuan darah. Apakah tampak pembukaan serviks, selaput ketuban, bagian janin atau plasenta.

Periksa Dalam : perabaan fornises hanya dilakukan pada janin presentasi kepala, usia gestasi di atas 28 minggu dan curiga plasenta praevia. Nilai keadaan serviks, apakah persalinan dapat terjadi kurang dari 6 jam, berapa pembukaan, apa presentasi janin, dan adakah kelainan di daerah serviks dan vagina.

Pelvimetri Klinis : dilakukan pada kasus yang akan dilahirkan per vaginam dengan usia gestasi ³ 36 minggu atau TBJ ³ 2500 gram.

Klasifikasi Solusio Plasenta

a. Ringan : perdarahan kurang dari 100 – 200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang dari 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%.

b. Sedang : perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pra renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta ¼ sampai 2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120 – 150 mg%.

c. Berat : uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, biasanya janin telah mati, pelepasan plasenta dapat terjadi pada lebih dari 2/3 bagian permukaan atau keseluruhan bagian permukaan.

DIAGNOSIS BANDING

Plasenta praevia, Vasa praevia.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG : menilai implantasi plasenta dan seberapa luas terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya, biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan bawaan dan derajat maturasi plasenta.

Kardiotokografi : pada kehamilan di atas 28 minggu.

Laboratorium : darah perifer lengkap, fungsi hemostasis, fungsi hati, atau fungsi ginjal (disesuaikan dengan beratnya penyulit atau keadaan pasien). Lakukan pemeriksaan dasar : hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu pembekuan darah, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, dan elektrolit plasma.

Pemeriksaan Lain : atas indikasi medik.

KONSULTASI

Spesialis Anak, Spesialis Anestesi dan Spesialis Penyakit Dalam.

BACA SELENGKAPNYA - Solusio Plasenta

Tetesan Oksitosin pada Persalinan

TETESAN OKSITOSIN PADA PERSALINAN
Oleh : dr. Rahmany Djamil & dr. IMS. Murah Manoe, Sp.OG.

Tetesan oksitosin pada persalinan adalah pemberian oksitosin secara tetes melalui infus dengan tujuan menimbulkan atau memperkuat his. (1)

Indikasi pemberian oksitosin : (1)
1. Mengakhiri kehamilan.
2. Memperkuat kontraksi rahim selama persalinan.

Kontraindikasi pemberian oksitosin : induksi persalinan.

Cara pemberian oksitosin :
1. Oksitosin tidak diberikan secara oral karena dirusak di dalam lambung oleh
tripsin.
2. Oksitosin diberikan secara bucal, nasal spray, intramuskuler, dan intravena. (2,3)
3. Pemberian oksitosin secara intravena (drips/tetesan) banyak digunakan karena
uterus dirangsang sedikit demi sedikit secara kontinyu dan bila perlu infus dapat
dihentikan segera.
4. Pemberian tetesan oksitosin harus dibawah pengawasan yang cermat dengan
pengamatan pada his dan denyut jantung janin.

Cara pemberian oksitosin dengan janin hidup : (4)
1. 5 IU oksitosin dalam 500 ml dekstrose 5%. Ini berarti 2 tetesan mengandung 1
mIU.
2. Dosis awal 1-2 mIU (2-4 tetes) per menit.
3. Dosis dinaikkan 2 mIU (4 tetes) per menit setiap 30 menit.
4. Dosis maksimal 20-40 mIU (40-80 tetes) per menit.

Untuk meningkatkan keberhasilannya bisa dilakukan amniotomi, striping of the membrane atau menggunakan balon kateter.

Cara pemberian oksitosin dengan janin mati : (5)

Teknik I :
1. Menggunakan 500 cc ringer laktat (1 botol).
2. Mula-mula dipakai 10 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
3. Kecepatan tetesan 20 tetes per menit.
4. Bila tidak timbul kontraksi yang adekuat, dosis dinaikkan 10 IU tiap 30 menit
tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul kontraksi yang adekuat dan
ini dipertahankan.
5. Dosis tertinggi yang dipakai 140 IU.
6. Bila dengan jumlah cairan tersebut (500 cc ringer laktat) tidak berhasil maka
induksi dianggap gagal.

Teknik II :

Botol I:
1. Mulai dosis 10 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
2. Kecepatan 20 tetes per menit.
3. Bila tidak timbul kontraksi adekuat maka dosis dinaikkan 10 IU setiap habis 100
CC tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul kontraksi yang adekuat
dan ini dipertahankan.
4. Dosis tertinggi yang dipakai dalam botol I 50 IU oksitosin. Bila belum timbul
kontraksi adekuat, langsung dilanjutkan dengan botol II.

Botol II :
1. Mulai dengan dosis 50 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
2. Bila belum timbul kontraksi adekuat maka dosis dinaikkan 20 IU setiap habis
100 cc tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul kontraksi yang
adekuat dan ini dipertahankan.
3. Dosis tertinggi yang dipakai dalam botol II adalah 130 IU oksitosin. Bila setelah
ke-2 botol tersebut kontraksi belum adekuat, induksi dianggap gagal.

Untuk meningkatkan keberhasilan maka dianjurkan :
1. Pemasangan laminaria sebelumnya (dilatasi serviks).
2. Melakukan amniotomi (bila memungkinkan).

Bila gagal, penderita diistirahatkan dan induksi diulangi lagi keesokan harinya.

Tetesan oksitosin dosis rendah : persiapan maupun cara pemberian sama dengan tetesan oksitosin dosis tinggi (teknik I), hanya disini dimulai dengan dosis oksitosin 5 IU dan bila tidak timbul kontraksi yang adekuat, dosis dinaikkan 5 IU setiap 30 menit, maksimal 70 IU.

Bila ditemukan water intoxication dengan gejala-gejala seperti kebingungan, stuporous, kejang dan koma maka tindakan-tindakannya :
- Tetesan segera dihentikan.
- Mengusahakan diuresis secepat dan sebanyaak mungkin.

Sebelum melakukan pemberian tetesan oksitosin terutama pada janin mati perlu dilakukan pemeriksaan proses pembekuan darah.

Daftar Pustaka
______________

1. Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
RSUP dr. Hasan Sadikin. Pemberian Tetes Oksitosin dalam Pedoman Diagnostik
dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. 1996 : 25-
26.
2. Petrie RH, William Am. Induction of Labor, in : Knuppel RA, Drukker JE, High Risk
Pregnancy : Obstetrical Decision Making. 2nd ed. Philadelphia, WB. Saunders
Company. 1996. 223-235.
3. Subhari S. Tinjauan Pustaka Klinis Farmakologis tentang Uterotonika. Bagian Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Makassar 1970.
4. Satin AJ, Hankins GD. Induction of Labor in the Post Date Fetus, Clin Obstet and
Gynecol, 1989 : 269-276.
5. Tesno F, Djasmadi N. Penatalaksanaan Kematian Fetus dalam Kandungan (FKDK)
Prepartum. Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.

Update : 6 Maret 2006

Sumber :

Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.

BACA SELENGKAPNYA - Tetesan Oksitosin pada Persalinan

Proses Persalinan Sectio Caesar

Berikut video proses persalinan cesar:

Bayi Sungsang atau yang dalam bahasa medis disebut Mal Presentasi, adalah keadaan di mana bokong bayi berada di posisi terendah janin di dalam panggul. Posisi tidak lazim, karena seharusnya posisi terendah di dalam panggul adalah kepala.

Posisi bayi sungsang umumnya ditemukan pada kehamilan kurang bulan (preterm) atau di usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Kondisi banyi sungsang prosentasenya ternyata cukup tinggi, yakni mencapai 33 persen.

Namun jumlah ini akan menurun saat usia kehamilan bertambah dan mendekati cukup bulan, yaitu sekitar minggu ke 36-37 menjadi sekitar 2-3 persen.

“Angka itu secara gradual menurun drastis. Pada usia kehamilan muda, air ketuban cukup banyak sehingga memungkinkan janin untuk bergerak dan berputar di dalam rahim,” ungkap dr. UF Bagazi, Sp.OG, dari rumah sakit Brawijaya Women and Children Hospital, Jakarta.

Menurut pria yang akrab dipanggil Dr. UF ini, kelainan letak bayi terjadi akibat beberapa sebab. Misalnya panggul ibu yang sempit, letak plasenta yang berada di bawah (placenta previa), kelainan janin akibat Hydrocephalus, kehamilan kembar dan adanya tumor seperti Myoma di daerah panggul yang menyebabkan kepala bayi tidak berada di bawah.

Tapi tak perlu panik, sebab bayi sungsang masih dapat dikembali ke posisi normal dengan beberapa cara. Seperti dengan melakukan pemutaran external cephalic version atau versi luar.

Menurut dr. UF, tindakan ini baru bisa dilakukan bila kehamilan telah mendekati waktu kelahiran (full term). Sebelumnya, dokter tentu harus melakukan serangkaian pengecekan terlebih dulu guna mengetahui beberapa indikasi.

Letak plasenta yang tidak normal, air ketuban yang tak mencukupi serta usia kehamilan sang ibu sangat mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan. “Bila terjadi gawat janin yang harus dilarikan ke rumah sakit segera, maka tindakan bedah cesar harus siap dilakukan,” terangnya.

Ibu juga bisa melakukan pemutaran posisi bayi secara alamiah, yaitu dengan melakukan Knee Chest Position atau posisi layaknya tengah bersujud. Manuver ini, terang dr. UF, dapat memutar posisi bayi secara alamiah.

Operasi cesar alternatif terakhir

Bila kedua cara di atas tak juga memberi hasil, maka jalan satu-satunya adalah dengan melakukan persalinan melalui operasi cesar, karena dapat menurunkan risiko yang dialami janin saat lahir.

Bayi yang lahir secara normal dalam kondisi sungsang, memiliki risiko komplikasi yang cukup besar dibanding bayi yang letaknya normal. Karena itu dokter umumnya cenderung memilih proses persalinan bedah cesar, meski tetap bukan ‘harga mati’.

Persalinan secara normal bayi yang letaknya sungsang, harus dilakukan oleh dokter kandungan yang memang telah ahli dan terbiasa menangani persalinan bayi sungsang.

Beberapa literatur menyebutkan, dokter yang membantu persalinan normal bayi sungsang harus berpacu dengan waktu. Sebab, jeda waktu antara keluarnya tali pusat dengan kepala bayi hanya sekitar tiga atau delapan menit saja untuk menghindari risiko tingginya kematian janin.

Selang waktu antara ketuban pecah dengan persalinan pun tak boleh lebih dari delapan jam, ini untuk menghindari terjadinya kemacetan dan kepala bayi yang tengadah (Hyperekstersi) yang menyebabkan sang bayi tak dapat lahir atau after coming head dystocia.

Kedua kondisi inilah, yang menurut dr. UF, menyebabkan angka kematian dan kesakitan bayi meningkat. “Dari dasar itu semua, maka beberapa penelitian menyebutkan bahwa persalinan yang terbaik adalah dengan Cesar,” ujarnya.

Bagi bayi yang sungsang akibat dipicu adanya tumor atau placenta previa, maka operasi cesar adalah keharusan. Sebab tak ada penanganan yang bisa dilakukan, selain dengan melakukan operasi.

Menurut dr. UF, untuk mengetahui posisi bayi yang dikandung mengalami sungsang atau tidak, sebaiknya jangan hanya berdasarkan hasil USG. “Saat kontrol, sebaiknya ibu aktif bertanya perihal letak janin di dalam kandungan. Begitu juga dengan umur kehamilan, perkiraan berat janin, letak plasenta serta volume air ketuban,” sarannya.

Janin kembar beresiko sungsang

Untuk menduga apakah janin Anda berposisi sungsang atau tidak, sebenarnya ibu hamil dapat mengetahuinya dengan merasakannya melalui gerakan janin atau dengan meraba perutnya.

Untuk ibu yang tidak memiliki panggul sempit, atau bobot bayi di dalam rahim tak lebih dari 4000 gram, maka persalinan konvensional sebenarnya masih dapat ditempuh.

Posisi bayi sungsang paling besar terjadi pada kehamilan kembar, sebab rahim mengalami over distended atau teregang. Kondisi rahim yang terbatas, membuat janin saling berdesakan tanpa bisa dihindari.

“Saran saya, setiap kontrol ke dokter di usia kehamilan 28 minggu, jangan lupa untuk menanyakan letak janin Anda,” tandas dr. UF.

BACA SELENGKAPNYA - Proses Persalinan Sectio Caesar

Partus Prematurus

Pengertian

Pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat di definisikan sebagai persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid teraskhir (ACOG,1997). Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat Herron,dkk , persalinan prematur adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum 37 minggu , dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan disertai dengan satu atau lebih tanda berikut : (1) perubahan serviks yang progresif, (2) dilatasi serviks 2 sentimeter atau lebih, (3) penipisan serviks 80 persen atau lebih.

Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu. Menurut Mochtar (1998) partus prematurus yaitu persalinan pada kehamilan 28 sampai 37 minggu, berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram. Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram (Sastrawinata, 2003). Sedangkan menurut Manuaba (1998) partus prematurus adalah persalinan yang terjadi di bawah umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2.500 gram.

Jadi dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Partus Prematurus adalah persalinan yang terjadi pada saat usia kehamilan ibu 20 sampai 37 minggu dengan berat badan bayi kurang dari 2500 gram.

2. Etiologi

Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan preterm tidak diketahui. Namun menurut Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematurus yaitu :

a. Faktor resiko mayor

Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.

b. Faktor resiko minor

Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.

Menurut Manuaba (1998), faktor predisposisi partus prematurus adalah sebagai berikut:

1.
1. Faktor ibu

Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti; hipertensi, jantung, ganguan pembuluh darah (perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat.

1.
1. Faktor kehamilan

Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban pecah dini.

1.
1. Faktor janin

Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.

3. Penilaian klinik

Menurut Saifuddin (2001), kriteria persalinan prematur antara lain kontraksi yang teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaraan lendir kemerahan atau cairan pervaginam dan diikuti salah satu berikut ini :

a. Pada periksa dalam, pendataran 50-80 persen atau lebih, pembukaan 2 cm atau lebih.

b. Mengukur panjang serviks dengan vaginal probe USG: panjang servik kurang dari 2 cm pasti akan terjadi persalinan prematur, tujuan utama adalah bagaimana mengetahui dan menghalangi terjadinya persalinan prematur, cara edukasi pasien bahkan dengan monitoring kegiatan di rumah tampaknya tidak memberi perubahan dalam insidensi kelahiran prematur.

Menurut Mansjoer (2000) manifestasi klinik persalinan pretem adalah:

a. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 sampai 5 menit sekali selama 45 detik dalam waktu minimal 2 jam .

b. Pada fase aktif , intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan aktivitas.

c. Tanya dan cari gejala yang termasuk faktor risiko mayor dan minor

d. Usia kehamilan antara 20 samapi 37 minggu

e. Taksiran berat janin sesuai dengan usia kehamilan antara 20 sampai 37 minggu.

f. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pada persalinan preterm.

4. Pencegahan

a. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur

b. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan preterm.

c. Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian KB-interval, memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera melakukan konsultasi, menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi / diobati.

d. Meningkatakan keadaan sosial – ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan (Manuaba, 1998).

Partus prematurus menurut Mochtar (1998) dapat dicegah dengan mengambil langkah-langkah berikut ini :

a. Jangan kawin terlalu muda dan jangan pula terlalu tua (idealnya 20 sampai 30 tahun).

b. Perbaiki keadaan sosial ekonomi

c. Cegah infeksi saluran kencing

d. Berikan makana ibu yang baik, cukup lemak , dan protein

e. Cuti hamil

f. Prenatal care yang baik dan teratur

g. Pakailah kontrasepsi untuk menjarangkan anak

5. Penanganan Umum

Prinsip penanganan Persalinan preterm lakukan evakuasi keadaan umum ibu , upayakan melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi.Adapun hal yang perlu diketahui dalam penanganan umum persalinan preterm adalah :

a. Umur kehamilan, karena lebih bisa dipercaya untuk penentuan prognosis daripada berat janin.

b. Demam atau tidak

c. Kondisi janin (jumlahnya, letak / presentasi, taksiran berat janin, hidup/gawat janin/mati, kelainan kongenital dan sebagainya dengan USG)

d. Letak plasenta perlu diketahui untuk mengantisipasi irisan sectio cesarea

e. Fasilitas dari petugas yang mampu menangani calon bayi terutama adanya seorang neonatologis, bila perlu dirujuk (Saifuddin, 2002).

Kontraindikasi penundaan persalinan yaitu:

a. Mutlak ; Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak

b. Relatif ; diabetes mellitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin terhambat, pembukaan serviks lebih dari 4 cm (Rompas, 2004).

6. Penanganan di RS

Kemungkinan obat-obat tokolitik hanya berhasil sebentar tapi penting untuk dipakai memberikan kortikosteroid sebagi induksi maturasi paru bila usia gestosis kurang dari 34 minggu. Ibu masuk rumah sakit (rawat inap), lakukan evaluasi terhadap his dan pembukaan dan tindakan sebagai berikut:

a. Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin

b. Berikan 2 dosis betamethason 12 mg IM selang 12 jam (atau berikan 4 dosis deksamethason 5 mg IM selang 6 jam)

c. Steroid tidak boleh diberikan bila ada infeksi yang jelas.

Pemberian obat-obatan tokolitik(salbutamol,MgSo4,Nifedipin, Nitrat) tidak lebih dari 48 jam.Monitor keadaan janin dan ibu (nadi, tekanan darah, tanda distres nafas, kontraksi uterus, pengeluaran cairan ketuban atau darah pervaginam, DJJ, balance cairan , gula darah) (Saifuddin, 2002).

7. Cara persalinan

Lakukan persalinan pervaginam bila janin presentasi kepala atau dilakukan episiotomi lebar dan lakukan perlindungan forceps terutama pada kehamilan 35 minggu. Lakukan persalinan dengan seksio sesarea bila janin letak sunggsang , gawat janin dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi , janin letak lintang, placenta previa dan taksiran berat janin 1.500 gram (Mansjoer, 2002).

Pimpinan partus prematurus bertujuan untuk menghindari trauma bagi anak yang masih lemah :

a. Partus tidak boleh berlangsung terlalu lama tapi sebaliknya jangan pula terlalu cepat

b. Jangan memecah ketuban sebelum pembukaan lengkap

c. Buatlah episiotomi medialis

d. Kalau persalinan perlu diselesaikan, pilihlah forceps diatas ekstraksi vakum

e. Jangan menggunakan narcose

f. Tali pusat secepat mungkin digunting untuk menghindarkan ikterus neonatorum yang berat (Sastrawinata , 1984).

8. Prognosis

Pada pusat pelayanan yang maju dengan fasilitas yang optimal, bayi yang lahir dengan berat 2.000 sampai 2.500 gram mempunyai harapan hidup lebih dari 97 persen. 1500 sampai 2.000 gram lebih dari 90 persen dan 1.000 sampai 1.500 gram sebesar 65-80 persen (Mansjoer, 2002).

Prematurnya masa gestasi akan dapat mengakibatkan ketidakmatangan pada semua sistem organ. Baik itu pada sistem pernapasan (organ paru-paru), sistem peredaran darah (jantung), sistem pencernaan dan sistem saraf pusat (otak). Ketidakmatangan pada sistem-sistem organ itulah yang membuat bayi prematur cenderung mengalami kelainan dibandingkan bayi normal. Kelainan itu bisa berupa :

a. Sindroma gangguan pernapasan.

Kelainan ini terjadi karena kurang matangnya paru-paru, sehingga jumlah surfaktan (cairan pelapis paru-paru) kurang dari normal. Ini menyebabkan paru-paru tidak dapat berkembang sempurna.

b. Perdarahan otak

Biasanya terjadi pada minggu pertama kelahiran, terutama pada bayi prematur yang lahir kurang dari 34 minggu. Pendarahan otak ini menyebabkan bayi prematur tumbuh menjadi anak yang relatif kurang cerdas, dibanding anak yang lahir normal.

c. Kelainan jantung

Yang sering terjadi adalah Patent Ductus Arteriosus, yaitu adanya hubungan antara aorta dengan pembuluh darah jantung yang menuju paru-paru.

d. Kelainan usus

Ini disebabkan akibat imaturitas atau kurang mampu dalam menerima nutrisi.

e. Anemia dan infeksi

Belum matangnya fungsi semua organ tubuh, membuat bayi prematur menghadapi berbagai masalah. Seperti mudah dingin, lupa napas, mudah infeksi karena sensor otaknya belum sempurna, pengosongan lambung terhambat (refluks), kuning dan kebutaan (Rinawati, 2007).
BACA SELENGKAPNYA - Partus Prematurus

05 November 2010

Pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya seks bebas di SMA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa, suatu tahap perkembangan sudah dimulai namun yang pasti setiap laki-laki maupun perempuan akan mengalami suatu perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja adalah munculnya dorongan-dorongan seks, perasaan yang terjadi pada remaja menimbulkan berbagai bentuk ekspresi hubungan seks (Pangkahila, 1998). Sudut pandang kesehatan masalah yang sangat mengkhawatirkan pada masa kelompok usia remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran Penyakit Menular Seksual (PMS), kehamilan diluar nikah atau kehamilan yang tidak diinginan dari kalangan remaja (adolocent unwanted Pregnancey) dan aborsi yang tidak aman (Laksmiwati, 1999).
Dikalangan remaja telah terjadi revolusi dalam hubungan seksual menuju kearah liberalisasi tanpa batas. Kebanggaan terhadap kemampuan untuk mempertahankan kegadisan sampai pada pelaminan telah sirna, oleh karena kedua belah pihak saling menerima kedudukan baru dalam seni pergaulan hidupnya. Informasi yang cepat dalam berbagai bentuk telah menyebabkan dunia semakin menjadi milik remaja. Informasi tentang kebudayaan hubungan seksual telah mempengaruhi kaum remaja Indonesia, sehingga telah tejradi suatu revolusi yang menjurus makin bebasnya hubungan seksual pranikah (Manuaba, 1998).
Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia menurut Worl Health Organization (WHO) pada tahun 1995 sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Sektiar 900 juta berada dinegara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (1990) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi. Jumlah penduduk di Asia Pasifik merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Menurut Biro Pusat Statistik (1999) di Indonesia kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (Seotjiiningsih, 2004).
Praktik seks bebas (free sex) yang menjalar dikalangan remaja zaman sekarang telah menjadi problem serius. Berubahnya orientasi seks dari sesuatu yang sangat pribadi dan tertutup lalu kini dibuka lebar-lebar, seolah menjadi fenomena umum remaja modern. Mereka menjadi begitu permisif untuk saling menyentuh, bergandengan, berpelukan, Petting (bercumbu tanpa melakukan coitus) dan bahkan bersenggama dengan lawan jenis. Memang tidak semua remaja melakukan hal itu (www.pikiran-rakyat.com)
Kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) di Amerika Serikat yang dilaporkan setahunnya terjadi 20 juta kasus IMS, 30% adalah remaja, dan lebih dari 50% merupakan kelompok remaja dan dewasa muda yaitu umur dibawah 25 tahun. Hampir diseluruh Inggris terjadi peningkatan insidensi IMS dan terjadi terutama pada kelompok remaja. Pada tahun 2000, dari seluruh infeksi klamidia tercatat 34% dan 40% dari Ghonorhoe pada perempuan dewasa, terdapat pada remaja perempuan. Berbagai laporan di Indonesia menunjukkan bahwa kelompok umur paling banyak menderita IMS adalah kelompok umur muda. Selama 2 tahun (1993-1994) di Rumah Sakit Pringadi Medan untuk penyakit kondiloma akuminata tercatat 35,4% adalah penderita kelompok umur 20-24 tahun, 33,3% dari kelompok umur 25-29 tahun. Selama 4 tahun (1990-1994) di Rumah Sakit Dr.Kariadi Semarang tercatat 3803 kasus IMS pada unit rawat jalan,1325 kasus(38,8%) adalah penderita umur 15-24 tahun,dan tercatat 1768 orang (46,5%) adalah umur 25-34 tahun. Demikian juga halnya di Rumah Sakit Umum Pemerintah Sanglah Denpasar, tercatat 59,1% dari penderita IMS yang tercatat antara tahun 1995-1997 adalah kelompok remaja. (Soetjiningsih, 2004)
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20%-30% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik dipondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius. Pakar seks di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar 5% pada tahun 1980-an, menjadi 20% pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, menurut Dr.Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian dibeberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu, dan Banjarmasin. Bahkan di Pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pra nikah mencapai 29,9%. (Majalah Gemari, 2001)
Dilihat dari sisi kesehatan, bahaya perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak diinginkan. Seks bebas juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, resiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat. Selain itu, bahaya seks bebas akan meningkatkan kasus penyakit menular seksual, seperti sipilis, Ghonorhoe (GO), hingga Humman Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS). (Majalah Gemari, 2001).
Hasil survey yang dilakukan peneliti pada tanggal 13 April di SMA Teladan menunjukkan bahwa pengetahuan siswa tentang bahaya seks bebas dalam kategori cukup atau 57 %.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka penulis mengambil Rumusan Masalah yaitu “Bagaimanakah pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya seks bebas di SMA Teladan Metro?”

C. Ruang Lingkup
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Remaja di SMA Teladan Metro
3. Objek Penelitian : Pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya seks bebas di SMA Teladan Metro
4. Lokasi Penelitian : Di SMA Teladan Metro
5. Waktu Penelitian : 24 April – 20 Mei 2006

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya seks bebas di SMA Teladan Metro
2. Tujuan Khusus
Dengan memperhatikan masalah dan permasalahan dikemukakan diatas maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Diketahuinya pengetahuan remaja tentang bahaya seks bebas di SMA Teladan Metro
b. Diketahuinya sikap remaja tentang bahaya seks bebas di SMA Teladan Metro

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Remaja
Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman bagi remaja tentang bahaya seks bebas.
2. Bagi SMA Teladan Metro
Dengan adanya penelitian ini maka penulis berharap bahwa penelitian ini akan bermanfaat dan berguna untuk dijadikan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai sumber referensi dan bacaan untuk peneliti selanjutnya dalam kaitannya dengan pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya seks bebas.

BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya seks bebas di SMA

Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menstruasi pada siswi kelas II SMP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Tujuan jangka panjang pembangunan di bidang kesehatan adalah menciptakan Indonesia Sehat 2010, bukan hanya sehat fisik tetapi juga sehat psikologis. Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah meningkatkan kesehatan reproduksi. Upaya menuju tersedianya Standar Pelayanan Medik dalam bidang kesehatan reproduksi telah dilaksanakan melalui berbagai kegiatan strategik dalam tahun-tahun terakhir, yang dimulai dengan dibentuknya Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR) serta diperkenalkannya pelatihan berdasarkan kompetensi pada tahun 1993 (Sarwono, 2003:5).
Berapa tahun terakhir masalah kesehatan reproduksi remaja menjadi kepudilian Nasional karena disadari bahwa remaja dalam hidupnya menghadapi berbagai masalah khusus yang membutuhkan perhatian yang khusus pula. Kebutuhan terhadap kesehatan reproduksi remaja sebenarnya merupakan permasalahan dunia, akan tetapi di negara kita hal ini tidak mendapatkan perhatian yang memadai (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI),2000:3).
Program kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan reproduksi sehat dan bertanggungjawab. Kesehatan reproduksi ini tidak saja bebas dari penyakit dan kecacatan, namun juga sehat mental dan sosial dari alat, sistem, fungsi serta proses reproduksi (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),2001:1).
Masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami oleh remaja salah satunya tentang menstruasi. Masalah menstruasi sering membuat remaja cemas, was-was dan kurang percaya diri.
Remaja putri pada umumnya belajar tentang menstruasi dari ibunya, tapi sayang tidak semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya bahkan sebagian enggan membicarakan secara terbuka. Menghadapi hal ini menimbulkan kecemasan pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa menstruasi itu sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius. Mereka juga mengembangkan sikap negatif tentang menstruasi. Ia mungkin merasa malu dan melihatnya sebagai penyakit. Khususnya jika ketika mengalaminya ia merasa letih atau terganggu. Pandangan negatif tentang menstruasi berlanjut sampai menjelang dewasa (Liewellyn & Jones, 1997:33).
Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang khas ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya tidak terlalu sama. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari. Lama menstruasi biasanya antara 3-8 hari, pada setiap wanita biasanya lama menstruasi itu tetap (Sarwono, 2002 :103).
Dua hari sebelum menstruasi dimulai, banyak wanita merasa tidak enak badan, mereka mengalami pusing-pusing, perut kembung, letih atau mudah tersinggung dan mungkin merasakan tekanan di daerah pinggul, umumnya gejala hilang ketika menstruasi dimulai (Llewellyn & Jones, 1997 : 34).
Remaja putri yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses menstruasi, mudah sekali timbul dismenorea (Sarwono, 2002:230).
Menghadapi menstruasi tersebut para remaja diharapkan mengetahaui tentang menstruasi yang normal. Tidak sedikit para remaja yang belum mengetahui tentang menstruasi, sehingga akan berpengaruh terhadap remaja dalam menjalankan masa kedewasaannya. Apalagi pokok bahasan tentang mentruasi tidak di bahas, meskipun tentang kesehatan reproduksi sudah di bahas namun belum mengupas secara mendalam.
Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan terhadap remaja putri siswi kelas II SMP Negeri 3 Metro, penulis temukan berjumlah 13 siswi mengalami siklus menstruasi panjang, 14 siswi mengalami sakit atau nyeri perut saat menstruasi. Menghadapi menstruasi tersebut mereka merasa resah, cemas, was-was, lebih dan terganggu. Sindroma pra-menstruasi yang sering dialami siswi ialah mudah marah 13 orang, pusing dan mual 10 orang serta payudara sakit 4 orang, dalam menghadapi menstruasi tersebut mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan, bahkan untuk berbicara kepada orang tua mereka malu, serta mereka mengatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang menstruasi.
Berdasarkan uraian di atas pentingnya pengetahuan remaja putri tentang menstruasi sejak dini, sudah dapat diberikan khusuanya para remaja putri siswi kelas II SMP Negeri 3 Metro. Mengingat masih banyak remaja putri yang belum mengerti tentang menstruasi, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menstruasi pada siswi kelas II SMP Negeri 3 Metro.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalah penulis yang nantinya akan diteliti pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimanakah Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Menstruasi pada siswi kelas II SMP Negeri 3 Metro?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memperolehnya gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menstruasi pada siswi kelas II SMP Negeri 3 Metro.
2. Tujuan Khusus
a. Memperolehnya gambaran pengetahuan remaja putri tentang menstruasi pada siswi kelas II SMP Negeri 3 Metro.
b. Memperolehnya gambaran sikap remaja putri tentang menstruasi pada pada siswi kelas II SMP Negeri 3 Metro.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Siswi kelas II SMP Negeri 3 Metro
3. Objek Penelitian : Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Menstruasi
4. Lokasi Penelitian : SMP Negeri 3 Metro
5. Waktu Penelitian : Penelitian dilakukan tanggal 13 Maret 2006 s.d
21 Juni 2006

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Remaja Putri Siswi Kelas II SMP Negeri 3 Metro
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman remaja putri siswi kelas II SMP Negeri 3 Metro tentang menstruasi sehingga mampu mengatasi rasa kekhawatiran yang mereka alami.
2. Bagi Institusi Pendidikan SMP Negeri 3 Metro
Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan guru mengenai menstruasi
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan bacaan dan informasi untuk peneliti selanjutnya

BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menstruasi pada siswi kelas II SMP

Pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang teknik prenatal breastcare postnatal breastcare dan teknik menyusi di RB

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kehamilan adalah masa yang menggembirakan, bagi calon orang tua dan keluarga. Calon orang tua terutama calon ibu perlu memiliki pengetahuan dan kesiapan untuk hamil, melahirkan dan menyusui anak. Dalam era pembangunan ini menyusui bayi mempunyai arti ekonomi yang besar, dari 214 juta jiwa penduduk Indonesia terdapat kurang lebih 15 juta jiwa anak-anak usia dibawah 2 tahun (Profil Indonesia, 2003). Bila seluruh bayi disusukan sampai usia 2 tahun, maka jumlah ASI yang dihasilkan oleh 15 juta ibu yang menyusukan kurang lebih 15 juta liter per hari. (Rulina Suradi,2002)
Air susu ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi yang tidak perlu disangsikan lagi. Disamping zat-zat nutrisi yang terkandung didalamnya, pemberian ASI juga mempunyai beberapa keuntungan yaitu : steril dan aman dari pencemaran kuman, produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi, mengandung zat antibody yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman juga virus, serta bahaya alergipun tidak ada.
Selama kehamilan perlu dilakukan persiapan menyusui yang baik, seperti intake nutrisi yang adekuat, pre dan post natal breastcare. Bimbingan pre dan postnatal breastcare merupakan komponen utama sebagai dasar keberhasilan menyusui. Perawatan payudara baik pada masa kehamilan ataupun masa nifas mempunyai tujuan : memelihara kebersihan payudara, melenturkan dan menguatkan puting susu, mengeluarkan puting susu yang masuk kedalam atau datar, dan mempersiapkan produksi ASI (Manuaba, 1998).
Sebaiknya pada masa kehamilan dan masa nifas, ibu hamil telah mendapatkan teknik pre dan postnatal breastcare dari bidan. Bidan sebagai pelaksana pelayanan kebidanan berkewajiban untuk itu, karena bila ibu hamil kurang mengetahui tentang teknik breastcare, akan berdampak payudara tidak terawat sehingga akan bermasalah pada awal masa laktasi seperti puting susu lecet, payudara bengkak, air susu tersumbat. Sebagaimana dilaporkan 57% dari ibu menyusui di Indonesia pernah menderita kelecetan pada putingnya (Soetjiningsih, 2002).
Masalah di atas bila dibiarkan akan berdampak buruk pada bayi. Bayi akan rentan terkena penyakit seperti diare, ISPA dan sebagainya, karena bayi tidak mendapat ASI eksklusif sehingga kekebalan yang terbentuk di dalam tubuhnya kurang sempurna.
Dari hasil pengamatan pada praktek lapangan, bayi yang mendapat ASI eksklusif 6 bulan frekuensi terkena diare sangat kecil, bahkan mulai minggu ke 4 sampai bulan ke 6 bayi jarang defekasi dan sering menjadi keluhan ibu yang datang ke klinik karena bayinya tidak defekasi lebih dari 3 hari. Pada kelompok bayi yang mendapat susu tambahan lebih sering mengalami diare. Dengan demikian kesehatan bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih baik bila dibandingkan kelompok bayi yang diberi susu formula (Sri Purwati H, 2004).
Pada tahun 2006 jumlah bayi di Lampung Timur berjumlah 9.624 bayi sedangkan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya berjumlah 2.310 bayi, artinya bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya sebesar 24% (Din.Kes Lampung Timur, 2006). Berdasarkan data tersebut diperoleh gambaran masih banyak ibu-ibu yang mengalami kesulitan dalam pemberian ASI pada masa awal laktasi.
Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-13%. Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Hal ini mengganggu upaya pemberian ASI eksklusif (asi.blogsom.online, 2007).
Pemberian ASI di Indonesia hingga saat ini masih banyak menemui kendala. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI, gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja (asi.blogsom.online, 2007).
Sekitar 70% ibu di Indonesia bekerja, ini merupakan salah satu faktor pendukung ibu kurang bisa menyusui bayinya secara eksklusif. Selain itu kesibukan pula menyebabkan ibu tidak sempat melakukan teknik breastcare, sehingga ibu-ibu masih banyak yang mengalami tidak lancarnya pemberian ASI pada masa awal laktasi. Ibu-ibu hamil tidak akan mengalami kesulitan dalam pemberian ASI, bila sejak awal telah mengetahui bagaimana teknik breastcare yang benar (asi.blogsom.online, 2007).
Penelitian Ratna Ardianti (2004), mengenai pengetahuan ibu nifas tentang teknik postnatal breastcare di desa Lehan kecamatan Bumi Agung Lampung Timur dimana 7% dari 42 orang ibu nifas termasuk kategori kurang baik dalam perawatan payudara dan 21% dari 42 orang ibu nifas termasuk kategori kurang baik dalam teknik menyusui.
Berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan penulis di RB Doa Ibu Sekampung pada tanggal 26 Februari 2004 – 04 Maret 2007. Dimana telah ditemukan sekitar 20% dari 23 orang ibu bersalin, mengalami masalah dalam pemberian ASI, yaitu tidak lancarnya pemberian ASI pada awal masa laktasi, dimungkinkan karena faktor ibu-ibu yang belum mengetahui tentang teknik pre maupun postnatal breastcare.
Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang teknik prenatal breastcare, postnatal breastcare dan teknik menyusui di RB Doa Ibu Sekampung tahun 2007“.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka penulis mencoba menyimpulkan masalah tersebut dalam rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang teknik prenatal breastcare, postnatal breastcare dan teknik menyusui di RB Doa Ibu Sekampung?“

C. Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang di teliti sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Penelitian ini bersifat deskriptif
2. Obyek penelitian : Pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang teknik prenatal breastcare, postnatal breastcare dan teknik menyusui di RB Doa Ibu sekampung
3. Subyek penelitian : Ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di RB Doa Ibu Sekampung
4. Lokasi penelitian : RB Doa Ibu Sekampung Lampung Timur
5. Waktu penelitian : Mei-Juni 2007

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang teknik pre natal breastcare, post natal breastcare dan teknik menyusui di RB Doa Ibu Sekampung
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang teknik pre natal breastcare di RB Doa Ibu Sekampung
b. Diketahuinya gambaran sikap ibu hamil tentang teknik pre natal breastcare di RB Doa Ibu Sekampung
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil teknik post natal breastcare di RB Doa Ibu Sekampung
d. Diketahuinya gambaran sikap ibu hamil teknik post natal breastcare di RB Doa Ibu Sekampung
e. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang teknik menyusui di RB Doa Ibu Sekampung
f. Diketahuinya gambaran sikap ibu hamil tentang teknik menyusui di RB Doa Ibu Sekampung
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sejauh mana pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang teknik prenatal breastcare, post natal breastcare dan teknik menyusui serta menambah pengalaman dalam penelitian se rta menerapkan ilmu yang didapat selama mengikuti kuliah.
2. Bagi RB Doa Ibu Sekampung
Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan ANC yang diberikan di masyarakat khususnya pengetahuan tentang teknik perawatan payudara periode pre natal breastcare dan post natal breastcare di tempat masing-masing guna pemanfaatan ASI eksklusif.
3. Bagi Bidan sebagai Pelaksana Pelayanan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidan sebagai pelaksana pelayanan kebidanan agar menggalakkan pre natal breastcare dan post natal breastcare.

BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang teknik prenatal breastcare postnatal breastcare dan teknik menyusi di RB

Pengetahuan dan sikap dukun terlatih dalam menolong persalinan di wilayah puskesmas

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan masyarakat terutama ibu dan anak. Saat ini angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup dan 21,8 per 1.000 kelahiran hidup. (Saifuddin, 2002 : xii).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia yaitu perdarahan, infeksi dan eklamsi. Selain itu penyebab tak langsung kematian ibu antara lain adalah anemia, kurang energi kronis dan keadaan empat terlalu yaitu : terlalu muda atau tua untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan terlalu banyak anak. Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal non teknis yang masuk kategori penyebab mendasar, seperti rendahnya status wanita, ketidakberdayaannya dan taraf pendidikan yang rendah. (Saifuddin, 2002 : 6).
Kenyataan menunjukkan bahwa 75% sampai 80% dari penolong persalinan, terutama di pedesaan, masih dilakukan oleh dukun, dapat dipahami bahwa dukun tidak dapat mengetahui tanda-tanda bahaya perjalanan persalinan akibatnya terjadi pertolongan persalinan yang tidak adekuat. Akibat pertolongan persalinan yang tidak adekuat misalnya pertolongan persalinan oleh dukun dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan karena pertolongan yang salah, kematian janin dalam rahim, partus lama, ruptur uteri, infeksi berat dan janin mengalami asfiksia, infeksi dan trauma persalinan. (Manuaba, 1998 : 19).
Salah satu kebijaksanaan Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB adalah penempatan Bidan di desa sejumlah 54.120 selama 1989 / 1990 sampai 1996 / 1997. Namun kesadaran masyarakat untuk bersalin di bidan masih relatih rendah, karena dalam lingkungannya dukun merupakan tenaga terpercaya dalam segala hal yang berkaitan dengan reproduksi. (Syaifudin, 2002 : 7). Selain itu juga diadakannya pelatihan dukun – dukun dengan harapan dapat lebih cepat mengenal tanda – tanda bahaya yang ditimbulkan dalam kehamilan dan persalinan, dan segera minta pertolongan kepada bidan. Namun hanya 10-20% saja dukun terlatih yang masih berhubungan dengan Puskesmas atau bidan pemberi pelatihannya, selebihnya sama sekali tidak diketahui cara pertolongannya sesudah dilatih, ataupun tingkat keamanan pelayanan yang diberikan, sehingga perlu dipantau kembali bagaimana pengetahuan dukun - dukun yang sudah terlatih agar ilmu yang telah didapat tetap diterapkan. (Prawirohardjo, 2002 : 13)
Menurut data profil Dinas Kesehatan Propinsi Lampung 2002 bahwa persalinan yang ditolong oleh dukun masih tinggi yaitu sebesar 31.733 (17,33%) dari 183.082 persalinan. Di Kabupaten Tulang Bawang persalinan yang ditolong dukun terlatih sebesar 3.758 persalinan (31%) dari 12.104 persalinan, di wilayah Puskesmas Dayamurni sebesar 99 (12%) dari 831 persalinan, dengan jumlah dukun terlatih bersalin di wilayah Puskesmas Dayamurni sebanyak 45 dukun yang tersebar di 9 desa. Dari 12. 104 persalinan di Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2002 terdapat kematian ibu 5 orang dengan sebab : perdarahan 1 orang, eklamsi 3 orang, dan retensio plasenta 1 orang. Kematian neonatal dengan penyebab asfiksia adalah 12 (24%) dari 50 kematian neonatal.
Mengingat masih banyaknya pertolongan oleh dukun yaitu 12% dan belum konsistennya dalam menerapkan prinsip 3 bersih dalam persalinan oleh dukun. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana pengetahuan dan sikap dukun terlatih dalam menolong persalinan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “bagaimanakah pengetahuan dan sikap dukun terlatih dalam menolong persalinan di Wilayah Puskesmas Dayamurni Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang ?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Objek penelitian : pengetahuan dan sikap dukun terlatih dalam menolong persalinan.
2. Subjek penelitian : dukun terlatih di Wilayah Puskesmas Dayamurni.
3. Lokasi penelitian : wilayah puskesmas Dayamurni.
4. Waktu penelitian : Tanggal 4 – 26 Mei 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran tentang pengetahuan dan sikap dukun terlatih dalam menolong persalinan dengan prinsip 3 bersih di Wilayah Puskesmas Dayamurni Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya pengetahuan dukun terlatih dalam menolong persalinan dengan prinsip 3 bersih di Wilayah Puskesmas Dayamurni Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang.
b. Diketahuinya sikap dukun terlatih dalam menolong persalinan dengan prinsip 3 bersih di Wilayah Puskesmas Dayamurni Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dukun terlatih dalam pertolongan persalinan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
2. Bagi dukun
Menambah pengetahuan dukun dalam menolong persalinan dengan selalu konsisten dalam penerapan prinsip 3 bersih, sehingga diharap dapat membantu menurunkan AKI dan AKB.
3. Bagi peneliti
Diharapkan dapat mengungkapkan informasi yang bermanfaat mengenai tingkat pengetahuan dan sikap dukun terlatih dalam menolong persalinan dengan penerapan prinsip 3 bersih.
4. Bagi istitusi pendidikan
Diharapkan dapat melengkapi bahan bacaan di perpustakaan dan menyempurnakan metode penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya, serta sebagai acuan untuk penelitian sejenis dengan variabel penelitian yang lebih kompleks.

BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan dan sikap dukun terlatih dalam menolong persalinan di wilayah puskesmas

Pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat menghadapi kenyataan bahwa kehamilan remaja makin meningkat dan menjadi masalah, makin derasnya arus informasi yang dapat menimbulkan rangsangan seksual remaja, dan pada akhirnya mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah dan memberikan dampak pada terjadinya penyakit hubungan seks dan kehamilan di luar perkawinan (Manuaba, 1998).
Suatu survei yang dilakukan pada beberapa negara maju menunjukkan bahwa Amerika Serikat mempunyai angka kehamilan remaja (usia 15 – 19 tahun) sebesar 95/1000, Perancis 44/1000 dengan aborsi 27/1000, Swedia 35/1000 dengan aborsi 15/1000, dan negeri Belanda 15/1000 dengan aborsi 10/1000. angka yang relatif tinggi di Amerika Serikat tersebut menurut Alice Radosh, koordinator pelayanan kehamilan dan pengasuhan anak di kantor Balai Kota New York, disebabkan karena tingkah laku seksual dilakukan dalam masyarakat dengan bebas (Time Cit Sarwono, 1997).
Di Negara yang masih berkembang, aktifitas seksual di kalangan remaja jauh lebih tinggi dari di pedesaan, sebab pengetahuan tentang seks tidak ada sama sekali. Penelitian lain yang menghubungkan perilaku seksual dengan kadar informasi remaja tentang seks dilakukan di Hongkong. Penelitian ini dilakukan terhadap 3917 pelajar dan mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka memperoleh pengetahuan tentang seks dari surat kabar, majalah atau ceramah-ceramah tentang seks. Hanya 11% yang menyatakan bahwa mereka bertanya kepada orang tuanya, dan inipun hampir tidak ada informasi yang diperoleh (FPA Of Hongkong Cit Sarwono, 1997).
Dalam Kongres Nasional IV perkumpulan ahli Dermatovenerologi (Penyakit kulit dan kelamin) Indonesia, Juni 1983 di Semarang menyebutkan bahwa sebagian besar penyakit kelamin kelas berbahaya asal impor telah melanda remaja umur 16 – 25 tahun baik di kota maupun di pedesaan. (Sinar Harapan Cit Sarwono, 1997). Di kalangan remaja telah terjadi revolusi dalam hubungan seksual menuju ke arah liberalisasi tanpa batas. Kebanggaan terhadap kemampuan untuk mempertahankan kegadisan sampai pada pelaminan telah sirna, oleh karena kedua belah pihak saling menerima kedudukan baru dalam seni pergaulan hidupnya. Informasi yang cepat dalam berbagai bentuk telah menyebabkan dunia samakin menjadi milik remaja. Informasi tentang kebudayaan hubungan seksual telah mempengaruhi kaum remaja Indonesia, sehingga telah terjadi suatu revolusi yang menjurus makin bebasnya hubungan seksual pranikah. (Manuaba, 1998).
Penelitian di negara berkembang melaporkan bahwa 20% sampai 60% kehamilan dan persalinan di bawah usia 20 tahun adalah kehamilan dini dan tidak diinginkan. Pernyataan menteri negara pemberdayaan perempuan bahwa 6 dari 10 wanita yang belum menikah sudah tidak virgin kenyataan ini diperburuk lagi dengan temuan BKKBN bahwa diperkirakan sebesar 750.000 sampai 1.000.000 aborsi ilegal di Indonesia pertahun. Di propinsi Lampung remaja berjumlah 22,6% dari seluruh penduduk dan 9,31% masih mengikuti pendidikan di SMU dan SMK. 17 dari dari 1.375 remaja yang diperiksa secara acak mengalami penyakit menular seksual (PMS). Koran Radar Lampung tanggal 19 Oktober 2001 menampilkan hasil survey terhadap 100 remaja SLTP dan SLTA sebagai berikut : 15 % remaja pernah melakukan hubungan seksual dan 34% pernah melakukan ciuman sampai dengan petting. (Supriatiningsih, 2003). Hasil prasurvey tanggal 30 April 2 Mei 2004 di SMU Negeri 1 Labuhan Maringgai belum pernah ada materi tentang pendidikan seksual sedangkan lebih dari separuh (58%) remaja SMU Negeri 1 Labuhan Maringgai sudah berpacaran.
Kelompok usia remaja (10-15 tahun) merupakan kelompok berpotensi untuk menggagalkan program KB yang sudah tercapai dengan relatif baik. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan-perubahan mendasar dalam sikap dan perilaku seksual dan reproduksi di kalangan remaja. Perubahan-perubahan ini diakibatkan oleh meningkatnya jumlah remaja dan dorongan seks remaja yang reproduksi, tetapi justru lebih banyak dipengaruhi oleh nilai budaya permissive menyebarkan nilai casual sex atau easy sex melalui berbagai media cetak dan audiovisual. Perubahan-perubahan sikap dan perilaku seksual remaja ini pada gilirannya mengakibatkan meningkatnya masalah seksual seperti perilaku seks bebas atau kehamilan yang tidak dikehendaki. (PKBI Pusat, 1998).

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah pengetahuan dan sikap remaja SMU Negeri I Labuhan Maringgai tentang seks pranikah ?

C. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat luasnya masalah dilihat dari berbagai aspek maka penulis ingin membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Obyek penelitian : Pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pra nikah
2. Subyek penelitian : Murid SMUN I Labuhan Maringgai
3. Lokasi Penelitian : SMUN I Labuhan Maringgai
4. Waktu Penelitian : Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2004.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan dan sikap remaja SMUN I Labuhan Maringgai tentang seks pranikah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan remaja SMU Negeri 1 Labuhan Maringgai tentang seks pra nikah.
b. Untuk memperoleh gambaran tentang sikap remaja SMU Negeri 1 Labuhan Maringgai tentang seks pranikah.

E. Manfaat Penelitian
1. Untuk penulis
Dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman dalam bidang seks pranikah.
2. Untuk institusi Pendidikan Program Study Kebidanan Metro
Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
3. Untuk institusi pendidikan SMU Negeri 1 Labuhan Maringgai
Diharapkan akan memberi manfaat sebagai bahan masukan untuk dapat merencanakan kegiatan pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan memasukkan materi pendidikan Seksual dalam konteks intra kurikuler atau ekstra kurikuler.
4. Untuk para remaja
Khususnya remaja SMUN I Labuhan Maringgai diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan remaja tentang dampak seks pranikah.

BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMU

04 November 2010

MIOM (TUMOR) RAHIM

MIOM (TUMOR) RAHIM

Miom rahim (uterine fibroids atau juga disebut fibromyoma, leimyoma atau fibroids) adalah tumor jinak otot dinding rahim yang muncul pada wanita di masa reproduksi. Miom dapat muncul di dalam atau di luar rahim atau dalam otot dinding rahim. Miom biasanya tumbuh dari satu sel otot kecil yang terus berkembang. Awalnya adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan gangguan hormon estrogen serta emosi yang tidak seimbang. Gangguan fungsi saraf itu kemudian menyebabkan kesalahan bentuk otot di dalam rahim.
Di rahim dapat muncul satu atau lebih miom. Ukuran miom beragam mulai dari sekecil kacang polong hingga sebesar buah anggur. Pada umumnya miom tetap kecil, tetapi perkembangannya tidak terduga. Ada yang berkembang dengan perlahan, adapula yang berkembang dengan sangat cepat. Sebagian besar kasus miom tidak berbahaya, tidak berhubungan dengan peningkatan risiko kanker, dan sangat jarang berubah menjadi kanker.
Miom membutuhkan penanganan segera jika menimbulkan nyeri panggul yang tajam, tetapi hal ini jarang terjadi. Pada umumnya miom tidak menyebabkan masalah dan jarang membutuhkan penanganan. Terapi obat dan tindakan pembedahan dapat digunakan untuk mengecilkan atau menghilangkan miom jika menyebabkan rasa tidak nyaman atau gejala-gejala yang bermasalah.
Gejala-gejala
Jika terdapat miom rahim, Anda mungkin tidak mengetahuinya. Paling tidak setengah dari wanita penderita miom tidak mempunyai gejala-gejala. Bahkan, sebagian besar diketahui bahwa menderita miom pada saat pemeriksaan rutin panggul atau pada saat perawatan kehamilan.
Gejala-gejala yang paling sering terjadi adalah:

* Nyeri di perut atau di pinggul.
* Perut terasa penuh
* Nyeri sanggama.
* Gejala anemia karena banyak kehilangan darah haid.
* Sering berkemih karena miom menekan kandung kemih.
* Tekanan pada panggul.
* Infertilitas atau keguguran.
* Constipation (sembelit).
* Nyeri haid, perdarahan haid yang tidak normal (lebih banyak atau lebih lama), atau haid tidak teratur


Penyebab

Penyebab terjadinya miom masih belum jelas diketahui, meski terdapat dugaan faktor turunan mempunyai peranan terhadap penyakit ini. Bilamana terdapat wanita lain dalam keluarga yang mempunyai miom, mungkin Anda juga dapat mempunyai miom.
Pertumbuhan miom juga dikendalikan oleh faktor hormonal, terutama hormon estrogen. Miom cenderung berkembang pada masa reproduksi, dan dapat bertambah besar dengan cepat selama kehamilan, yang mana kadar estrogennya sangat tinggi. Miom biasanya menyusut setelah menopause ketika kadar estrogen menurun. Hormon lain misal progesteron, juga dapat mempengaruhi pertumbuhan miom.
Faktor-faktor lain yang juga berpengaruh adalah ketidakseimbangan emosi misal sering stres, daya tahan tubuh rendah, gaya hidup yang tidak seimbang, semua itu menyebabkan gangguan pada hormon dan kemungkinan timbul miom. Ukuran besar-kecilnya miom juga dipengaruhi oleh jumlah kalori pada tubuh karena timbunan kalori dalam tubuh mempengaruhi pertumbuhan miom. Makin gemuk seseorang, makin banyak timbunan kalorinya, dan membuat miom tumbuh cepat.
Miom juga dapat terjadi karena adanya faktor bakat, yang kemudian dipicu oleh rangsangan-rangsangan hormon (karena emosi tidak stabil), makan sembarangan dan berat badan yang berlebihan. Rangsangan-rangsangan tersebut yang membuat pertumbuhan miom lebih cepat. Namun pertumbuhan miom paling sedikit memerlukan waktu sekitar 8 tahun.
Infeksi dan jamur di dalam rahim juga bisa menjadi perangsang pertumbuhan miom atau memungkinkan miom tumbuh kembali walaupun telah diangkat. Oleh karena itu kebersihan alat kelamin, berat badan tubuh, dan keseimbangan emosi harus dijaga agar miom tidak terangsang pertumbuhannya.
MIOM (TUMOR) RAHIM - Bunda Labibahs MIOM (TUMOR) RAHIM - Bunda Labibahs MIOM (TUMOR) RAHIM - Bunda Labibahs MIOM (TUMOR) RAHIM - Bunda Labibahs
Pemeriksaan dan diagnosis
Dalam membuat diagnosis dokter akan melakukan pemeriksaan lengkap panggul untuk merasakan adanya miom. Dokter juga melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG), pemeriksaan ini tidak menyakitkan dengan menggunakan gelombang suara untuk menampilkan gambaran rahim pada layar monitor. Gambar ini dapat dilihat secara rinci untuk penilaian pertumbuhan miom.
Mungkin dokter juga akan menyerankan tindakan histeroskopi, yaitu tindakan pembedahan yang tidak bersifat invasif (tidak membahayakan) yang mana teleskop ringan dan kecil dimasukkan melalui vagina dan serviks ke dalam rahim. Dengan pemeriksaan ini dokter dapat memeriksa dinding rahim (endometrium) dan jika perlu mengambil sedikit bahan jaringan.

Penyulit (komplikasi)

Meski pada umumnya miom tidak berbahaya, tetapi miom dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan dapat mengarah pada komplikasi misal anemia karena kehilangan banyak darah. Miom juga membuat sulit untuk hamil karena mengganggu kemampuan sel telur yang telah terbuahi untuk menyusuk (implantasi) pada dinding rahim. Kadangkala miom juga menyumbat saluran untuk melahirkan sehingga menimbulkan komplikasi pada saat kehamilan dan melahirkan.
Pada kasus-kasus yang jarang terjadi, miom dapat tumbuh keluar dari rahim pada stalklike-projection. Jika miom memilin pada stalk ini, maka akan terasa nyeri berat di bagian bawah perut yang tajam dan tiba-tiba. Jika hal ini terjadi, segera berobat ke rumah sakit karena mungkin perlu dilakukan pembedahan. MIOM (TUMOR) RAHIM - Bunda Labibahs Pengobatan
Jika miom tidak menyebabkan gejala, biasanya dokter akan menyarankan pendekatan “wait and see�, dengan pemeriksaan ulangan dilakukan secara rutin dan kadangkala membutuhkan pemeriksaan USG untuk melihat ukuran miom.
Jika terdapat gejala-gejala, dokter mungkin menyarankan pengobatan berikut ini:

* Terapi Obat Pil KB yang rendah estrogen digunakan untuk mengendalikan perdarahan haid yang berat. Tetapi obat ini tidak mengendalikan pertumbuhan miom. Obat lain yang disebut agonis GnRH (agonist Gonadothropin-releasing Hormone) dapat digunakan untuk menyusutkan miom dengan mengurangi jumlah estrogen dalam tubuh. Bentuk pengobatan ini bukan pemecahan masalah untuk jangka panjang, tetapi mungkin digunakan untuk persiapan pembedahan. Tetapi agonis GnRH menyebabkan gejala-gejala nya menopause, misal gejolak panas si sekitar leher (hot flashes), perubahan emosi, pusing, vagina kering, dan keropos tulang. Jika dibutuhkan pengobatan jangka panjang, dokter akan menambah obat lain untuk mengurangi gejala-gejala menopause tersebut, tetapi miom dapat muncul kembali setelah pengobatan dihentikan.
* Pembedahan Kadangkala diperlukan pembedahan untuk mengangkat miom. Salah satu pilihannya adalah miomektomi, yaitu tindakan pembedahan yang mana hanya miomnya saja yang diangkat dan rahim tetap dibiarkan. Ini merupakan pilihan yang paling sesuai untuk wanita yang masih ingin mempunyai anak. Pilihan pembedahan lain adalah histerektomi untuk mengangkat rahim. Histerektomi mempunyai laju komplikasi yang rendah dibanding miomektomi dan merupakan pemecahan masalah secara tuntas untuk miom rahim. Sedangkan dengan miomektomi, sekitar 10% kasus miom dapat muncul kembali.
Beberapa tahun belakangan ini telah dikembangkan teknik pembedahan yang lebih tidak invasif, misal histeroskopi dan laparoskopi untuk menghilangkan miom. Pada tindakan ini digunakan alat teropong (teleskop) tipis dan panjang yang dilengkapi lampu dan kamera video untuk melihat daerah yang akan ditangani pada video monitor. Dengan laparoskopi, sebuah teleskop dimasukkan melalui tusukan kecil di bawah pusar dan peralatan khusus digunakan untuk menghilangkan miom. Dengan teknik-teknik ini akan cepat pulih dan hanya sedikit luka parut. Tetapi teknik ini merupakan pilihan bilamana ukuran miom masih kecil (5-6 cm). Bilamana miom cukup besar, terlebih dulu digunakan pengobatan agonis GnRH untuk menyusutkan miom, dengan penyuntikan setiap 4 minggu sekali ke dalam jaringan lemak di kulit dekat pusat. Setelah ukuran miom menyusut baru dilakukan tindakan laparoskopi.
* Embolisasi miom rahim Tindakan tanpa pembedahan ini merupakan pilihan lain bagi beberapa wanita yang ingin menghindari pembedahan. Tindakan ini dirancang untuk menyusutkan miom dengan memotong persediaan darah yang ke arah miom. Pada tindakan ini, dokter Radiologis menggunakan gambar sinar-X untuk mengarahkan pipa tipis (kateter) pada tempatnya. Kemudian dokter memasukkan partikel kecil dari plastik atau gelatin melalui kateter untuk menyumbat aliran darah di dalam miom. Tanpa persediaan darah, miom akan menyusut dan hilang setelah beberapa waktu.


Pertanyaan – Jawaban

1. Apa penyakit miom ini hanya menyerang kaum wanita saja?
Miom rahim memang hanya menyerang wanita saja karena pria tidak mempunyai rahim.
2. Terbatas atau tidak usia berapa bisa terserang penyakit ini?
Miom dapat terjadi pada setiap wanita di masa reproduksi (dari pertama mendapatkan haid hingga memasuki masa menopause).
3. Berarti bila sudah menopause tidak akan menderita penyakit ini?
Betul, karena pertumbuhan miom dipengaruhi oleh hormon estrogen dan pada saat menopause kadar hormon estrogen menurun, jadi miom tidak akan tumbuh.
4. Apa tanda-tanda miom bisa dilihat dari luar tanpa bantuan USG, dan apa saja tanda-tanda awalnya?
Bilamana miom masih kecil, agak susah terlihat dari luar dan biasanya tidak bergejala, maka perlu alat bantu seperti dengan USG. Tetapi bila ukurannya sudah cukup besar baru muncul gejala-gejala nyeri haid, haid sangat banyak, haid tidak teratur, sakit pada pinggul dan perut, perut terasa penuh, sering buang air kecil atau perut membesar selama haid. Kalau miom sudah membesar, perut juga membesar seperti wanita hamil.
5. Kalau tanda-tanda awal itu tidak kita perhatikan atau kita remehkan apa akibatnya?
Kadang-kadang sudah stadium lanjut baru ditangani dan biasanya membutuhkan tindakan pembedahan.
6. Apakah miom bisa membuat sulit hamil? Bila bisa hamil apakah harus dioperasi?
* Tidak selalu, meski ada miom, seorang wanita tetap bisa hamil, hanya mungkin kehamilannya akan terganggu. Tergantung letak tempat tumbuhnya miom. Miom ada yang tumbuh di leher rahim, di samping rahim, di dalam otot rahim, di bawah selaput rahim, dan miom yang bertangkai. Letak miom tersebut yang mempengaruhi apakah akan membuat keguguran pada ibu hamil. Bila miom terdapat di rongga rahim dapat terjadi keguguran, juga bila miom ada di bawah selaput rahim atau di dinding rahim karena miom akan mendesak janin dan menyebabkan keguguran. Untuk miom yang bertangkai tidak akan mendesak janin, tetapi dapat menyebabkan kelainan letak janin (miring atau melintang).
* Bila miom cukup besar dan letaknya menggangu janin, maka harus dioperasi. Kalau tidak akan menyebabkan perdarahan, keguguran atau kelahiran prematur. Jika tidak menggangu, dokter akan melihat perkembangannya apakah akan menggangu proses persalinan, dan apakah bisa melahirkan dengan persalinan normal atau harus dengan bantuan khusus.
7. Apakah bila mempunyai miom harus dioperasi? Dan kalau sudah dioperasi berarti sudah sembuh/tidak kambuh lagi?
Tidak. Bila ukuran miom masih kecil dan tidak mengganggu tidak perlu operasi, tetapi bila miom sudah membesar dan mengganggu organ tubuh lainnya, sebaiknya miom diangkat. Bila yang diangkat miomnya saja (miomektomi) kemungkinan masih bisa kambuh kembali. Tetapi bila keseluruhan rahim yang diangkat (histerektomi), miom tidak kambuh lagi. Tetapi biasanya setiap wanita sangat menghindari operasi pengangkatan rahim karena tidak akan bisa hamil lagi. Oleh karena itu operasi histerektomi hanya dilakukan bagi wanita yang tidak ingin hamil lagi.
8. Bagaimana supaya kita tidak terserang penyakit ini?
Sebaiknya pola hidup teratur, makan dengan gizi seimbang, jangan berlebihan, jaga berat badan yang seimbang, hindari stress dan hidup tenang. Sumber:

* www.mayoclinic.com

BACA SELENGKAPNYA - MIOM (TUMOR) RAHIM

KISTA OVARIUMKista Ovarium Apakah kista ovarium itu? Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja da

Kista Ovarium

Apakah kista ovarium itu?
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.
Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.
Gejala-gejala
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila Anda mempunyai kista ovarium:
  • Perut terasa penuh, berat, kembung
  • Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
  • Haid tidak teratur
  • Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha.
  • Nyeri sanggama
  • Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera:

  • Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
  • Nyeri bersamaan dengan demam
  • Rasa ingin muntah.


Jenis-jenis kista ovarium

  1. Kista fungsional
    Kista yang terbentuk dari jaringan yang berubah pada saat fungsi normal haid. Kista normal ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya dalam kurun 2-3 siklus haid. Terdapat 2 macam kista fungsional: kista folikular dan kista korpus luteum.
    • Kista folikular
      Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat ovulasi bilamana ada rangsangan LH (Luteinizing Hormone). Pengeluaran hormon ini diatur oleh kelenjar hipofisis di otak. Bilamana semuanya berjalan lancar, sel telur akan dilepaskan dan mulai perjalannya ke saluran telur (tuba falloppi) untuk dibuahi. Kista folikuler terbentuk jika lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai, sehingga folikel tidak pecah atau melepaskan sel telur, dan bahkan folikel tumbuh terus hingga menjadi sebuah kista. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang menimbulkan nyeri dan sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus haid.
      Kista Ovarium - Bunda Labibahs Kista  Ovarium - Bunda Labibahs
    • Kista korpus luteum
      Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain dimulai. Folikel kemudian bereaksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan. Perubahan dalam folikel ini disebut korpus luteum. Tetapi, kadangkala setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan menjadi kista. Meski kista ini biasanya hilang dengan sendiri dalam beberapa minggu, tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10 cm) diameternya dan berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista dapat pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.

    Kista Ovarium - Bunda Labibahs

  2. Kista dermoid
    Kista ovarium yang berisi ragam jenis jaringan misal rambut, kuku, kulit, gigi dan lainnya. Kista ini dapat terjadi sejak masih kecil, bahkan mungkin sudah dibawa dalam kandungan ibunya. Kista ini biasanya kering dan tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat menjadi besar dan menimbulkan nyeri.
  3. Kista endometriosis
    Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri sanggama.
    Kista Ovarium - Bunda Labibahs
  4. Kistadenoma
    Kista yang berkembang dari sel-sel pada lapisan luar permukaan ovarium, biasanya bersifat jinak. Kistasenoma dapat tumbuh menjadi besar dan mengganggu organ perut lainnya dan menimbulkan nyeri.
    Kista Ovarium - Bunda Labibahs Kista  Ovarium - Bunda Labibahs
  5. Polikistik ovarium
    Ovarium berisi banyak kista yang terbentuk dari bangunan kista folikel yang menyebabkan ovarium menebal. Ini berhubungan dengan penyakit sindrom polikistik ovarium yang disebabkan oleh gangguan hormonal, terutama hormon androgen yang berlebihan. Kista ini membuat ovarium membesar dan menciptakan lapisan luar tebal yang dapat menghalangi terjadinya ovulasi, sehingga sering menimbulkan masalah infertilitas.

Pemeriksaan dan diagnosis
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:

  1. Ultrasonografi (USG)
    Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
  2. Laparoskopi

Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
Penyulit (komplikasi)
Kista ovarium tidak berbahaya selama kondisi jinak, tetapi kista dapat membesar yang menyebabkan nyeri di bagian perut. Pada beberapa kasus penyakit ini dapat menggangu produksi hormon-hormon dari ovarium dan menghasilkan perdarahan iregular dari vagina dan peningkatan rambut tubuh. Jika kista atau tumor membesar dan menekan kandung kemih, Anda akan berkemih lebih sering karena kapasitas kandung kemih berkurang. Kista ovarium dapat berbahaya bilamana kista berubah menjadi ganas, karena itu semua kista harus diperiksa oleh dokter. Pengobatan
Pengobatan yang dilakukan bergantung pada umur, jenis dan ukuran kista dan gejala-gejala yang diderita. Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan:

  1. Pendekatan “wait and see�
    Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur, tanpa gejala, dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak memberikan pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG ulangan secara periodik (selang 2-3 siklus haid) untuk melihat apakah ukuran kista membesar. Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita pascamenopause jika kista berisi cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.
  2. Pil kontrasepsi
    Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi yang digunakan untuk mengecilkan ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan kista.
  3. Pembedahan
    Jika kista besar (diameter > 5 cm), padat, tumbuh atau tetap selama 2-3 siklus haid, atau kista yang berbentuk iregular, menyebabkan nyeri atau gejala-gejala berat, maka kista dapat dihilangkan dengan pembedahan. Jika kista tersebut bukan kanker, dapat dilakukan tindakan miomektomi untuk menghilangkan kista dengan ovarium masih pada tempatnya. Jika kista tersebut merupakan kanker, dokter akan menyarankan tindakan histerektomi untuk pengangkatan ovarium.


Pertanyaan-jawaban

  1. Apa penyakit kista ini hanya menyerang kaum wanita saja?
    Kalau kista indung telur memang hanya menyerang wanita saja karena pria tidak mempunyai indung telur, tetapi kista bisa dikulit atau dimana saja dan itu dokter kulit yang akan menanganinya.
  2. Apa penyebab penyakit ini?
    Penyebabnya sangat beragam. Bisa saja dari sejak kecil/lahir sudah berbakat ke arah penyakit ini, misal ada yang berisi rambut, kuku, lemak atau yang lain, kista ini disebut kista dermoid dan sudah dibawa sejak dalam kandungan ibunya. Ada yang kemudian tumbuh belakangan seperti kista endometriosis yang merupakan gangguan hormonal dan gangguan kekebalan tubuh. Ada juga yang berisi nanah disebut kista abses disebabkan karena radang atau infeksi. Bisa juga karena perubahan sel tubuh, isinya seperti ingus atau cairan bening disebut kista mesinosum atau serosum. Jadi penyebabnya banyak sekali.
  3. Secara lebih spesifik mengenai penyebab penyakit ini, apa mungkin dapat karena makanan?
    Untuk kista endometriosis bisa terpengaruh oleh pola makan, kalau makan banyak lemak yang susah dipecah oleh tubuh dapat berlanjut dengan gangguan hormon sehingga menimbulkan kista endometriosis. Atau pola makan yang tidak teratur atau sering jajan bisa juga menimbulkan kista endometriosis.
  4. Terbatas atau tidak usia berapa bisa terserang penyakit ini?
    Tidak ada batasan, begitu bayi lahir sampai umur tua setiap saat bisa terkena kista, tergantung jenisnya. Semakin dini terkenanya makin besar kemungkinan menjadi ganas.
  5. Apa tanda-tanda kista bisa dilihat dari luar tanpa bantuan USG, dan apa saja tanda-tanda awalnya?
    Gejala-gejala awalnya sangat beragam. Untuk kista endometriosis gejalanya nyeri haid, nyeri buang air besar, dan bila sudah menikah nyeri saat berhubungan. Untuk kista yang lain gejalanya seperti rasa penuh diperut, kembung, susah buang air besar, rasa mual, sering buang angin. Kalau kista sudah membesar, perut juga membesar seperti wanita hamil berisi cairan di rongga perut. Kalau kista masih kecil, agak susah diraba/terlihat dari luar maka perlu alat bantu seperti dengan USG.
  6. Kalau tanda-tanda awal itu tidak kita perhatikan atau kita remehkan apa akibatnya?
    Kadang-kadang sudah stadium lanjut baru ditangani dan ini biasanya hasilnya kurang memuaskan.
  7. Jenis kista yang mana yang paling berbahaya?
    Berbahaya kalau kista menjadi ganas, kalau tidak menjadi ganas tidak berbahaya. Selama kondisi jinak tidak perlu takut karena bisa diobati secara operasi atau dengan obat-obatan. Kalau kista menjadi ganas, penanganannya lebih radikal dengan kistanya harus diangkat dan diberi obat-obat anti kanker.
  8. Apakah kista bisa membuat susah hamil, berapa persenkah kemungkinan bisa hamil? Bila bisa hamil bagaimana pengaruhnya pada kesehatan ibu dan janin?
    • Tergantung jenisnya dan apa indung telurnya terkena dua-duanya atau tidak, kalau hanya satu indung telur yang terkena kista dan satu lagi tidak maka selalu ada kemungkinan untuk bisa hamil. Dan kista tidak selalu otomatis mengganggu kehamilan tergantung jenis dan besarnya. Kista tidak selalu membesar selama hamil, ada jenis kista yang bisa membesar selama hamil dan ada yang tidak ikut membesar selama hamil namanya kista endometriosis, malahan kista ini statis (berhenti tumbuh) bila sedang hamil. Ada jenis lain yaitu mesinosum (serosum) ikut membesar pada masa hamil, ini kadang-kadang membuat keguguran karena besarnya kista mengganggu kehamilan.
    • Faktor kesehatan ibu dan janin tidak akan terganggu kecuali kistanya jenis ganas.
  9. Apa ada faktor turunan yang berpengaruh pada penyakit ini?
    Secara langsung tidak, tetapi ada yang dikenal sebagai faktor familiar, artinya dalam satu keluarga ada kecenderungan untuk bisa terkena pada beberapa orang, contohnya pada jenis kista endometriosis yang dapat disebabkan pola hidup/pola makan, misal sejak kecil sampai dewasa ada jenis makanan tertentu (X) yang dimakan sekeluarga setiap hari, bila ada 3 orang wanita dalam keluarga itu maka kemungkinan 2 orang dari wanita itu terkena penyakit yang sama.
  10. Bagaimana supaya kita tidak terserang penyakit ini?
    Sebaiknya pola hidup teratur, makan dengan gizi seimbang, juga makan sayuran berserat terutama yang berwarna hijau karena mengandung zat antioksidan yang memudahkan membuang racun dari tubuh, dan juga perlu lemak dan protein karena protein untuk membentuk daya tahan tubuh yang tinggi.
  11. Apakah penyakit ini bisa dihambat pertumbuhan/ perkembangannya berkaitan dengan faktor psikologis misal stres, depresi, atau yang lain, dan apa bisa membuat penyakit ini cepat tumbuh berkembang?
    Secara teoritis bisa, terutama yang perkembangannya tergantung pada hormonal seperti endometriosis dan kista polikistik. Memang tergantung dari pola hormon di tubuh kita dan pola hormon sangat dipengaruhi oleh stres pada wanita karena pusat kendali hormon ada di otak, kalau stres mudah terganggu/tidak seimbang sehingga mudah merangsang tumbuhnya kista, dan bisa dicegah kalau kita tetap tenang.

Kepustakaan:

  • www.mayoclinic.com
  • womenshealth.about.com

  • BACA SELENGKAPNYA - KISTA OVARIUMKista Ovarium Apakah kista ovarium itu? Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja da

    Menyusui pasca Persalinan Cesarea

    Persalinan secara operasi (cesar) menjadi salah satu pilihan baik secara terpaksa dilakukan maupun atas permintaan ibu. Seorang ibu yang menjalani persalinan caesar tapi mempunyai keinginan kuat untuk dapat memberikan ASI pada bayinya kadang kala mengalami hambatan pada produksi ASI nya.

    Beberapa keadaan yang dapat menyertai pasca persalinan cesar yang dapat mempengaruhi ASI baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:

    1. Pengaruh obat -obatan yang diterima ibu baik untuk prosedur operasi maupun pasca operasi.

    Beberapa obat dikhawatirkan akan berpengaruh pada ASI.

    2. Perlunya waktu yang lebih untuk pemulihan kondisi ibu pasca operasi (misalnya rasa sakit pasca operasi). Hal ini tentu saja diikuti dengan persiapan jasmani untuk menyusui dan merawat bayi karena biasanya ibu akan menemui ksulitan untuk memperoleh posisi yang baik dan kenyamanan saat menyusui.

    3. Psikologi /emosi ibu yang seringkali merasa “gagal” (terutama pada persalinan karena kondisi “terpaksa” dilakukan) .

    Sebagian Ibu merasa tidak mempunyai kemampuan untuk melahirkan secara normal sehingga kecewa, malu untuk bertemu bahkan takut.

    4. Lain-lain

    Bayi yang lahir dengan persalinan operasi, kadang tampak lemah dan mengantuk.

    5. ASI pasca persalianan caesar kadang diprokduksi lebih lambat (tidak segera keluar). Tetapi tidak perlu khawatir , ASI akan segera keluar setelah beberapa hari pasca persalinan.

    Dapatkah ibu dapat memberikan ASI pasca persaliann caesar?

    Meskipun beberapa kondisi yang sulit akan dirasakan oleh ibu pasca operasi, namun tak ada alasan untuk tidak dapat memberikan ASI pada bayinya, disamping tentu saja tipe anestesi dan kesuksesan operasi.

    Persalinan caesar dengan anestesi epidural atau spinal block biasanya ibu akan lebih cepat tersadar dibandingkan dengan anestesi umum .

    Adapun obat-obatan yang harus dikonsumsi ibu, hendaknya tak perlu dikhawatirkan. Sebaiknya sampaikan terlebih dahulu keinganan ibu untuk dapat memberikan ASI tersebut kepada dokter yang menangani agar ibu dapat segera melakukannya segera setelah kondisi memungkinkan. Selain itu dokter juga akan mempertimbangkan obat yang akan diberikan pada ibu.

    Dalam hal ini sebenarnya obat yang dikonsumsi ibu tidak akan banyak mempengaruhi ASI. Meskipun ada obat dapat mempengaruhi ASI, namun itu dalam jumlah yang sangat kecil sekali. Apalagi pada awal permulaannya, ASI yang dikeluarkan adalah colostrum yang volumenya masih dalam batas kecil.

    Tips untuk dapat menyusui pasca persalinan caesar:

    1. Diskusikan segala sesuatu tentang prosedur operasi/hal yang akan dijalani ibu dengan dokter yang betanggungjwab menangani ( terutama tipe/jenis serta obat pasca persalinan.)

    2, Carilah klinik/rumah sakit yang pro ASI.

    3. Mintalah sesegara mungkin (as soon as possible) untuk memberikan ASI.

    4. Meminta agar bisa rooming-in

    5. Menyusui sesering mungkin

    6. Carilah posisi yang benar dan kenyamanan saat menyusui.

    Beberapa posisi yang tampak mudah dilakukan : Lying flat on your back,Clutch (football) hold, Side lying, Cross cradle (transition) hold

    7. Mintalah dukungan dari orang lain (suami, keluarga dll)

    8. Berdoa dan Yakinlah bahwa Anda dapat memebrikan ASI pada buah hati Anda.


    sumber

    obsgyn.net

    breastfeeding.asn.au

    family.go.com

    rumahkusorgaku.wordpress.com

    BACA SELENGKAPNYA - Menyusui pasca Persalinan Cesarea
    INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS, KETIK EMAIL ANDA DISINI:
    setelah mendaftar segera buka emailnya untuk verifikasi pendaftaran. Petunjuknya DILIHAT DISINI