kolom pencarian

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan | Testimoni | Perkakas
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

20 November 2010

ABORTUS alias Keguguran


Abortus

Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim.



Keguguran atau abortus disebabkan oleh banyak faktor, antara lain:


- Kelainan sel telur ibu, biasanya terjadi di awal kehamilan.


- Kelainan anatomi organ reproduksi ibu, misalnya mengalami kelainan atau gangguan pada rahim.


- Gangguan sirkulasi plasenta akibat ibu menderita suatu penyakit, atau kelainan pembentukan plasenta.


- Ibu menderita penyakit berat seperti infeksi yang disertai demam tinggi, penyakit jantung atau paru yang kronik, keracunan, mengalami kekurangan vitamin berat, dll.


- Antagonis Rhesus ibu yang merusak darah janin.



Ada beberapa jenis abortus atau keguguran, yaitu:


Abortus Iminens


Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan (dilatasi serviks)


Abortus Insipiens


Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam rahim.


Abortus Inkomplet


Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, sementara sebagian masih berada di dalam rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.


Abortus komplet


Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.


Abortus Servikalis


Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.

http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
BACA SELENGKAPNYA - ABORTUS alias Keguguran

19 November 2010

Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan KIA oleh bidan di puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program menjaga mutu adalah suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, serta menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Syaifuddin, 2002).
Banyak hal yang perlu diperhatikan untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Syaifuddin, 2002).
Syarat pelayanan kesehatan yang baik setidak-tidaknya dapat dibedakan atas 13 macam, yakni tersedia (availabel), menyeluruh (comprehensive), terpadu (integrated), berkesinambungan (continue), adil dan merata (equity), mandiri (sustainable), wajar (aapropriate), dapat diterima (acceptable), dapat dipahami (accessible), dapat dijangkau (affordable), efektif (effective), efisien (efficient), serta bermutu (quality) (Syaifuddin, 2002).
Ketiga belas syarat pelayanan kesehatan ini sama pentingnya. Namun pada akhir ini, dengan makin majunya ilmu dan teknologi kedokteran disatu pihak serta makin baiknya tingkat pendidikan serta keadaan sosial ekonomi penduduk dipihak lain, tampak syarat mutu makin bertambah penting. Mudah dipahami karena apabila pelayanan kesehatan yang bermutu dapat diselenggarakan, bukan saja akan dapat menghindari terjadinya pelbagai efek samping (side effect) karena penggunaan pelbagai kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, tetapi sekaligus juga akan dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat (heallth needs and demands) yang semakin meningkat (Syaifuddin, 2002).
Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh (comprehensive heallth care services) kepada seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, Puskesmas menjalankan beberapa usaha pokok (gasic health care services) yang meliputi beberapa program, salah satunya yaitu Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (Muninjaya, 1999).
Peningkatan kualitas Kesehatan Ibu dan Anak sangat berkaitan dengan pelayanan kebidanan. Pada pertemuan pengelola Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah SEARO / Asia Tenggara pada tahun 1995, disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan kepada setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi standar tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, WHO SEARO mengembangkan standar pelayanan kebidanan (DepKes RI, 2002).
Suatu standar akan efektif bila dapat diobservasi dan diukur, relistik, mudah dilakukan dan dibutuhkan. Standar penting untuk pelaksanaan, pemeliharaan dan penilaian kualitas pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa standar pelayanan perlu dimiliki oleh setiap pelaksana pelayanan. Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalani praktek sehari-hari (DepKes RI, 2002).
Untuk itu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri dan neonatal khususnya bidan, harus mampu dan terampil memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Peningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak yang diberikan oleh bidan di Puskesmas diharapkan akan dapat mengatasi kecenderungan peningkatan angka kesakitan. kepusaan pasien yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan mempengaruhi provibilitas rumah sakit, sedangkan sikap karyawan terhadap pasien yang akan berdampak terhadap kepuasan pasien dimana kebutuhan pasien dari waktu ke waktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan mutu pelayanan yang diberikan.
Standar pelayanan menentukan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat dan sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan elemen penting dalam kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Kepuasan merupakan sesuatu yang subjektif dan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Interaksi faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kepuasan seseorang terhadap pelayanan yang diterimanya.
Didalam undang-undang pokok kesehatan tanggal 15-10-1960 BAB 1 Pasal 1 telah dinyatakan bahwa ”Tiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan perlu diikut sertakan dalam usaha-usaha kesehatan pemerintah” (Yasmin, 1994).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, para ibu dan keluarganya serta masyarakat lainnya, disamping sebagi obyek, juga harus diikutsertakan dalam usaha-usaha BKIA yang bersangkutan. Dimana hal tersebut merupakan azas integrasi dari pelayanan dalam usaha KIA, sehingga secara optimal usaha-usaha BKIA yang bersangkutan akan dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan dalam kegiatan BKIA tersebut (Yasmin, 1994).
Di dalam Pasal 9 No. 2, juga telah dinyatakan bahwa, tujuan pokok Undang-Undang yang dimaksud adalah sebagai berikut :
”Meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak sampai usia 5 tahun, menjaga dan mencegah jangan sampai ketiga subjek ini tergolong dalam ”Vulnerable Group” atau Golongan Terancam bahaya (Yasmin, 1994).
Dari hasil wawancara pada saat pra survey bulan Maret 2007 yang peneliti lakukan dengan salah satu pasien setelah mendapat pelayanan KIA di Puskesmas Punggur, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pasien tersebut merasa kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh bidan di Puskesmas Punggur dan selain itu peneliti juga memperoleh data jumlah pasien yang mendapat pelayanan di ruang KIA Puskesmas Punggur adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Kunjungan Pasien di Ruang KIA Puskesmas Punggur
Bulan / Tahun Bayi / Balita Ibu Hamil
Januari 2007 171 70
Februari 175 51
Dari uraian di atas, untuk mengetahui bagaimanakah tingkat kepuasan berlangsung dalam melaksanakan suatu standar mutu pelayanan kesehatan pasien di ruang KIA, maka peneliti melakukan penelitian dengan mengambil judul ”Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan KIA oleh Bidan di Puskesmas Punggur Kabupaten Lampung Tengah”. Selain itu belum pernah diadakan penelitian serupa di Puskesmas tersebut.

B. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui bagaimanakah tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan KIA yang terdiri dari pemeriksaan ibu hamil, KB, ibu nifas atau ibu menyusui, oleh Bidan di Puskesmas Punggur ?

C. Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam penulisan ini penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak menyimpang jauh dari kontek data dan memberi kejelasan arah sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Pasien yang memanfaatkan / mendapatkan pelayanan di ruang KIA
3. Objek Penelitian : Tingkat Kepuasan Pasien
4. Lokasi Penelitian : Di ruang KIA Puskesmas Punggur Lampung Tengah
5. Waktu Penelitian : Setelah proposal disetujui

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan KIA oleh Bidan di Puskesmas Punggur Lampung Tengah.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini untuk mengetahui :
a. Tingkat kepuasan ibu hamil terhadap pemeriksaan ibu hamil yang diberikan oleh Bidan di Puskesmas Punggur.
b. Tingkat kepuasan ibu yang mendapat pelayanan KB oleh Bidan di Puskesmas Punggur.
c. Tingkat kepuasan ibu nifas atau ibu menyusui yang memeriksakan diri, terhadap pelayanan yang diberikan oleh oleh Bidan di Puskesmas Punggur

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam penelitian serta bahan untuk penerapan ilmu yang sudah didapat selama kuliah. Khususnya mata kuliah ilmu kesehatan masyarakat dan metodologi penelitian.
2. Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas Punggur
Sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan di Puskesmas, khususnya pada Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
3. Manfaat Bagi Prodi Kebidanan Metro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input bagi Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Program Studi Kebidanan Metro, khususnya untuk memperluas cakrawal dibidang pelayanan Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya
4. Manfaat Bagi Ilmu dan Teknologi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu dan teknologi serta dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.

BACA SELENGKAPNYA - Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan KIA oleh bidan di puskesmas

Perilaku remaja putri dalam menangani keputihan di sekolah menengah umum negeri

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan seorang wanita terdapat beberapa keluhan penyakit, salah satu keluhan yang amat mengganggu itu adalah keputihan. Wanita yang menderita keputihan acapkali mempunyai masalah dengan reaksi kejiwaannya yang bermanifestasi sebagai rasa kecemasan yang berlebihan, tumbuhnya rasa takut atau khawatir. Sehingga wanita berusaha untuk menarik diri dari pergaulan dan lebih mengkhawatirkan dirinya sendiri (Sianturi, 1996).
Keputihan merupakan hal yang fisiologis. Jika terjadi pada masa dan menjelang dan sesudah menstruasi (Manuaba, 1999). Akan tetapi, jika keputihan tidak ditangani baik, dapat mengakibatkan infeksi kelamin wanita (Manuaba, 1999). Sedangkan menurut Octaviyanti (2006) keputihan dapat timbul sebagai gejala kanker leher rahim.
Jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan sekitar 75% (Zubier, 2002), sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%, dan untuk wanita Indonesia yang mengalami keputihan berjumlah 75% (Octaviyanti, 2006). Sedangkan untuk kenker leher rahim berjumlah penderita di negara maju seperti Amerika Serikat, mencapai sekitar 12.000 per tahun dan untuk penderita kanker leher rahim di Indonesia di perkirakan 90-100 per 100.000 penduduk (Nasdaldy, 2006). Kasus kanker leher rahim 90% di tandai dengan keputihan (Octaviyanti, 2006).
Data di atas menunjukkan kejadian keputihan pada wanita cukup tinggi, akan tetapi karena wanita sering beranggapan keputihan sebagai salah satu gejala premenstrual syndrom, sedikit sekali wanita yang berusaha untuk mengobati keputihan adalah gangguan kesehatan yang perlu segera di obati dan di cari penyebabnya (Indarti, 2004).
Peyebab keputihan bermacam-macam. Keputihan dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri, seperti gonococus, chlamydia, trichomatis, gardenella, treponena pallidum, adanya infeksi jamur seperti candida dan adanya infeksi parasit seperti trichomonas vaginalis, serta adanya infeksi virus seperti candyloma ta acuminata dan herpes. Keputihan juga dapat terjadi karena menderita sakit dalam waktu lama, kurang terjaganya kebersihan diri sehingga timbulnya jamur atau parasit dan kanker karena adanya benda-benda asing yang di masukkan secara sengaja atau tidak ke dalam vagina misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi (Rozanah, 2003).
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 17 Maret 2007 di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 (SMUN 1) Seputih Raman dengan cara menyebarkan kuesioner pada remaja putri kelas II SMU N 1 Seputih Raman sebanyak 60 orang siswi di temukan 60 orang (100%) yang mengalami keputihan dan dari 60 orang ada 3 orang (5%) yang mengalami keputihan dengan ciri-ciri keluar cairan dengan jumlah banyak, kental, dan gatal di sekitar vagina, dan keputihan keluar bukan pada saat menjelang dan sesudah menstruasi. Selain itu belum adanya penyuluhan kesehatan reproduksi dan penelitian mengenai penatalaksanaan keputihan di SMU N 1 Sequtih Raman mendorong penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Penatalaksanaan keputihan pada remaja putri di SMU N 1 Seputih Raman”

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Remaja Putri kelas II di SMU N 1 Seputih Raman Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.
3. Objek penelitian : Prilaku remaja putri kelas II dalam menangani keputihan.
4. Tempat penelitian : SMU N 1 Seputih Raman
5. Waktu penelitian : Mei-Juni 2007

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum penelitian ini adalah :
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perilaku remaja putri kelas II SMUN 1 Seputih Raman Lampung Tengah tahun 2007.
2. Tujuan Khusus penelitian ini adalah :
a. Mengetahui penanganan keputihan pada penggunaan pakaian dalam.
b. Mengetahui penanganan keputihan pada kebersihan vagina
c. Mengetahui penanganan keputihan pada pemakaian antiseptik vagina.
d. Mengetahui penanganan keputihan pada penggunaan toilet umum
e. Mengetahui penanganan keputihan pada pola nutrisi.

E. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Penelit Selanjutnya
Untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang belum ada pada penelitian ini SMU N 1 Seputih Raman
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan bagi pcngelola pendidikan dan dapat menjadi bahan masukan dalam memberikan bimbingan konseling pada remaja putri .
2. Siswa kelas II SMUN 1 Seputih Raman
Di harapkan dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan keputihan dan bagaimana penatalaksanaan keputihan tersebut.
3. Prodi Kebdinan Metro
Di harapkan dapat menambah hahan bacaan perpustakaan dan untuk memperluas wawasan Mahasiswa Prodi Kebidanan Metro.

BACA SELENGKAPNYA - Perilaku remaja putri dalam menangani keputihan di sekolah menengah umum negeri

Sikap ibu hamil terhadap pelayanan antenatal di puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk memelihara kesehatan ibu hamil perlu dilakukan pemeriksaan antenatal yang teratur. Pemeriksaan antenatal merupakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuannya yaitu untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi yang sehat. Selain itu juga untuk mempersiapkan fisik dan mental ibu sehingga keadaan post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental.
Untuk melakukan pemeliharaan dan pengawasan wanita hamil secara baik maka diperlukan suatu pelayanan antenatal yang berkualitas atau sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatalcare (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang ditentukan. (Depkes RI, 1992 : 1).
Suatu pelayanan yang berkualitas dapat dilihat diantaranya dari cakupan akses pelayanan antenatal kunjungan pertama (K1) dan cakupan pelayanan antenatal kunjungan keempat (K4) selain itu juga dapat dilihat dari bagaimana pelayanannya, sarana yang digunakan, petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal.
Menurut pedoman pelayanan antenatal di katakan bahwa pelayanan antenatal yang baik adalah bila target yang ditentukan di tingkat Nasional dapat dicapai yaitu : cakupan K1 minimal 80% cakupan K4 minimal 70 % yang diharapkan dapat mendukung pencapaian cakupan pertolongan persaliann oleh tenaga kesehatan sebesar 50 %. Target cakupan Pelayanan kebidanan dasar untuk KI 100%, untuk K4 90% dan untuk persalinan tenaga kesehatan 80% (Laporan evaluasi program seksi kesehatan keluarga Lampung Timur, 2003).
Dari hasil Pra survey ditemukan bahwa pelayanan antenatal di Puskesmas Braja Harjosari telah dilaksanakan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi tahunan (2003) yaitu cakupan pelayanan (K1) sebanyak : 99,4%, cakupan pelayanan (K4) sebanyak : 95,3%, persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 95,6 %. Jika dilihat dari target yang ditentukan, maka pelayanan antenatal di Puskesmas Braja Harjosari sudah mencapai target, berarti pelayanan yang ditentukan sudah baik. Namun dari hasil wawancara dengan ibu hamil pada Pra survey bulan Desember 2003 dari 120 ibu hamil ada 30 yang mengeluh kurang puas dengan pelayanan antenatal yang diberikan. Ada yang mengeluh pada saat memeriksa kehamilan menunggu lama, ada bebarapa ibu hamil yang tidak mengetahui hasil dari pemeriksaan kehamilannya, yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang memberikan pelayanan.
Kepuasan pemakai pelayanan ini dapat dilihat dari pelayanannya, sarana yang digunakan dan petugas yang memberikan pelayanan. Atas dasar itulah penulis mengangkat masalah tentang : “Sikap Ibu Hamil terhadap Pelayanan Antenatal di Puskesmas Braja Harjosari tahun 2004”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana sikap ibu hamil terhadap pelayanan antenatal di Puskesmas Braja Harjosari?

C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Subyek penelitian : Ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada bulan Mei 2004
2. Obyek penelitian : Sikap ibu hamil terhadap pelayanan antenatal, sarana pelayanan antenatal dan petugas yang memberikan pelayanan antenatal
3. Lokasi Penelitian : Puskesmas Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah Lampung Timur.
4. Waktu Penelitian : 18 – 21 Mei 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sikap ibu hamil terhadap Pelayanan antenatal di Puskesmas Braja Harjosari.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui sikap ibu hamil terhadap Pelayanan antenatal di Puskesmas Braja Harjosari.
b. Diketahui sikap ibu hamil terhadap sarana pelayanan antenatal di Puskesmas Braja Harjosari.
c. Diketahui sikap ibu hamil terhadap petugas kesehatan yang memberikan Pelayanan antenatal di Puskesmas Braja Harjosari.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu Hamil
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan (antenatal).
2. Bagi Instansi Puskesmas
Sebagai bahan pembinaan bagi staf puskesmas dan peningkatan mutu pelayanan serta manfaat sarana yang ada untuk mempertahankan pelayanan yang sudah baik.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian ditempat lain yang berkaitan dengan penelitian antenatal.
4. Bagi Peneliti
Menambah dan memperluas wawasan serta meningkatkan Pengetahuan Penelitian khususnya tentang pelayanan antenatal.

BACA SELENGKAPNYA - Sikap ibu hamil terhadap pelayanan antenatal di puskesmas

Perilaku remaja putri dalam menangani keputihan di sekolah menengah umum negeri

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan seorang wanita terdapat beberapa keluhan penyakit, salah satu keluhan yang amat mengganggu itu adalah keputihan. Wanita yang menderita keputihan acapkali mempunyai masalah dengan reaksi kejiwaannya yang bermanifestasi sebagai rasa kecemasan yang berlebihan, tumbuhnya rasa takut atau khawatir. Sehingga wanita berusaha untuk menarik diri dari pergaulan dan lebih mengkhawatirkan dirinya sendiri (Sianturi, 1996).
Keputihan merupakan hal yang fisiologis. Jika terjadi pada masa dan menjelang dan sesudah menstruasi (Manuaba, 1999). Akan tetapi, jika keputihan tidak ditangani baik, dapat mengakibatkan infeksi kelamin wanita (Manuaba, 1999). Sedangkan menurut Octaviyanti (2006) keputihan dapat timbul sebagai gejala kanker leher rahim.
Jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan sekitar 75% (Zubier, 2002), sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%, dan untuk wanita Indonesia yang mengalami keputihan berjumlah 75% (Octaviyanti, 2006). Sedangkan untuk kenker leher rahim berjumlah penderita di negara maju seperti Amerika Serikat, mencapai sekitar 12.000 per tahun dan untuk penderita kanker leher rahim di Indonesia di perkirakan 90-100 per 100.000 penduduk (Nasdaldy, 2006). Kasus kanker leher rahim 90% di tandai dengan keputihan (Octaviyanti, 2006).
Data di atas menunjukkan kejadian keputihan pada wanita cukup tinggi, akan tetapi karena wanita sering beranggapan keputihan sebagai salah satu gejala premenstrual syndrom, sedikit sekali wanita yang berusaha untuk mengobati keputihan adalah gangguan kesehatan yang perlu segera di obati dan di cari penyebabnya (Indarti, 2004).
Peyebab keputihan bermacam-macam. Keputihan dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri, seperti gonococus, chlamydia, trichomatis, gardenella, treponena pallidum, adanya infeksi jamur seperti candida dan adanya infeksi parasit seperti trichomonas vaginalis, serta adanya infeksi virus seperti candyloma ta acuminata dan herpes. Keputihan juga dapat terjadi karena menderita sakit dalam waktu lama, kurang terjaganya kebersihan diri sehingga timbulnya jamur atau parasit dan kanker karena adanya benda-benda asing yang di masukkan secara sengaja atau tidak ke dalam vagina misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi (Rozanah, 2003).
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 17 Maret 2007 di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 (SMUN 1) Seputih Raman dengan cara menyebarkan kuesioner pada remaja putri kelas II SMU N 1 Seputih Raman sebanyak 60 orang siswi di temukan 60 orang (100%) yang mengalami keputihan dan dari 60 orang ada 3 orang (5%) yang mengalami keputihan dengan ciri-ciri keluar cairan dengan jumlah banyak, kental, dan gatal di sekitar vagina, dan keputihan keluar bukan pada saat menjelang dan sesudah menstruasi. Selain itu belum adanya penyuluhan kesehatan reproduksi dan penelitian mengenai penatalaksanaan keputihan di SMU N 1 Sequtih Raman mendorong penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Penatalaksanaan keputihan pada remaja putri di SMU N 1 Seputih Raman”

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Remaja Putri kelas II di SMU N 1 Seputih Raman Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.
3. Objek penelitian : Prilaku remaja putri kelas II dalam menangani keputihan.
4. Tempat penelitian : SMU N 1 Seputih Raman
5. Waktu penelitian : Mei-Juni 2007

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum penelitian ini adalah :
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perilaku remaja putri kelas II SMUN 1 Seputih Raman Lampung Tengah tahun 2007.
2. Tujuan Khusus penelitian ini adalah :
a. Mengetahui penanganan keputihan pada penggunaan pakaian dalam.
b. Mengetahui penanganan keputihan pada kebersihan vagina
c. Mengetahui penanganan keputihan pada pemakaian antiseptik vagina.
d. Mengetahui penanganan keputihan pada penggunaan toilet umum
e. Mengetahui penanganan keputihan pada pola nutrisi.

E. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Penelit Selanjutnya
Untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang belum ada pada penelitian ini SMU N 1 Seputih Raman
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan bagi pcngelola pendidikan dan dapat menjadi bahan masukan dalam memberikan bimbingan konseling pada remaja putri .
2. Siswa kelas II SMUN 1 Seputih Raman
Di harapkan dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan keputihan dan bagaimana penatalaksanaan keputihan tersebut.
3. Prodi Kebdinan Metro
Di harapkan dapat menambah hahan bacaan perpustakaan dan untuk memperluas wawasan Mahasiswa Prodi Kebidanan Metro.

BACA SELENGKAPNYA - Perilaku remaja putri dalam menangani keputihan di sekolah menengah umum negeri

Pengetahuan usia lanjut tentang kebutuhan gizi usia lanjut di posyandu lansia desa

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembangunan antara lain ditandai dengan terjadinya peningkatan usia harapan hidup yang pada akhirnya mengakibatkan peningkatan jumlah usia lanjut (Depkes RI, 2003). Usia lanjut merupakan salah satu fase kehidupan yang akan dilalui oleh setiap individu. Fase ini dapat dilalui dengan baik bila usia lanjut selalu berada dalam kondisi yang sehat. Salah satu upayanya adalah dengan asupan gizi yang adekuat. Selain itu gizi yang baik juga berperan dalam upaya menurunkan presentase timbulnya penyakit karena usia lanjut merupakan populasi yang rentan terhadap serangan penyakit yang merupakan konsekuensi adanya penurunan fungsi tubuh (Wirakusumah, 2001). Namun pada kenyataannya masih banyak ditemui usia lanjut yang tidak sehat. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 memperlihatkan angka kesakitan pada usia lanjut diatas 45-59 tahun adalah sebesar 11,6% dan angka kesakitan pada usia >60 tahun sebesar 9,2% dimana mayoritas penyakit yang diderita adalah anemia (Depkes RI, 2003).
Hasil Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001 menemukan prevalensi penyakit tidak menular pada usia lanjut di Indonesia antara lain Anemia (46,3%), penyakit hipertensi (42,9%), penyakit sendi (39,6%), penyakit jantung dan pembuluh darah (10.7%) (Jurnal Kesmasnas, 2007).
Berdasarkan catatan yang ada di Puskesmas Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, dari 108 orang jumlah usia lanjut yang ada di posyandu lansia Balai Desa, mayoritas mengalami gangguan kesehatan seperti, Gout/rematik (31,50%), anemia klinis (29,62%), ISPA (12,04), hipertensi (12,90%), Diabetes Melitus (2,78%), lain-lain (11,10%). Dari 108 peserta posyandu yang ada di posyandu lansia Balai Desa terdapat 65 orang yang berusia diatas 60 tahun dan mayoritas mengalami gangguan kesahatan seperti Gout/rematik (30,77%), anemia klinis (27,69%), ISPA (13,85%), hipertensi (16,92%), Diabetes Melitus (2,78%), lain-lain (11,10%).
Kemunduran biologis dan depresi mental yang menyertai proses penuaan, seringkali menjadi hambatan bagi para usia lanjut untuk memperoleh asupan gizi yang berkualitas. Bahkan masalah-masalah fisiologis seperti terjadinya gangguan pencernaan, penurunan sensitivitas indera perasa dan pencium, malabsorpsi nutrisi, serta beberapa kemunduran fisik lainnya dapat menyebabkan rendahnya asupan gizi (Puspaswara, 2001). Kecuali itu penyakit yang diderita usia lanjut pada umumnya adalah penyakit degenerative, penyakit yang bersifat kronis, sering kambuh, multipatologis, proses penyembuhannya lama serta memerlukan biaya perawatan dan pengobatan yang relatif tinggi (Depkes RI, 2003). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Posyandu Lansia Desa Waymuli terdapat 108 peserta Posyandu dan 65 diantaranya berumur 60 tahun ke atas. Saat diberikan kuesioner pra survey kepada 10 orang usia lanjut ternyata 5 orang (50%) pengetahuan tentang kebutuhan gizi tidak baik, 4 orang (40%) kurang, 1 ornag (10%) pengetahuan cukup dan saat dilakukan wawancara terhadap 10 orang tersebut didapatkan 8 dari 10 orang hanya mengkonsumsi sedikit lauk dan sayur dalam seharinya. Sedangkan bila dilihat dari berat badan terdapat 4 orang yang IMT <18,5>25.
Dari data Biro Pusat Statistik tahun 2001 mengindikasikan bahwa banyak usia lanjut yang masih berperan sebagai kepala keluarga (55,7%). Umumnya mereka berpendidikan rendah, tidak tamat SD dan bahkan lebih dari 60% tidak mengenyam pendidikan formal di sekolah (Jurnal Kesmasnas, 2007). Berdasarkan data yang ada di Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008, dari 108 peserta Posyandu, 85,19% berpendidikan rendah terdiri dari tidak sekolah 15,74% dan Sekolah Dasar 69,45%. Sedangkan bila dilihat berdasarkan usia diatas 60 tahun, 100% berpendidikan rendah yaitu 86,15% tidak sekolah dan 13,85% Sekolah Dasar. Di desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan terdapat satu Posyandu Lansia dimana salah satu aktivitasnya adalah pengobatan, namun belum ada kegiatan pendidikan kesehatan bagi pesertanya.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan usia lajut tentang kebutuhan gizi usia lanjut di Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah dalam penelitian “Bagaimanakah pengetahuan usia lanjut tentang kebutuhan gizi usia lanjut, di Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008?

C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Sifat Penelitian : Deskriptif.
2. Subjek Penelitian : Peserta Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan
3. Objek Penelitian : Gambaran pengetahaun usia lanjut tentang kebutuhan gizi usia lanjut di Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008
4. Lokasi Penelitian : Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan
5. Waktu Penelitian : Setelah proposal disetujui (Mei-Juni 2008)

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan usia lanjut tentang kebutuhan gizi usia lanjut yang ada di Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008

E. Manfaat Penelitian
Dengan diperolehnya gambaran pengetahuan peserta posyandu usia lanjut tentang kebutuhan gizi usia lanjut, di Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2007, diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna dan bermanfaat:
1. Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan ilmu pengetahuan tentang pengetahuan lansia tentang kebutuhan gizi usia lanjut.
2. Tempat penelitian (Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa)
Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi bagi petugas dan peserta posyandu dalam hal pemenuhan kebutuhan gizi yang baik sehangga mencapai kesehatan yang optimal di usia lanjut
3. Institusi pendidikan (Prodi Kebidanan Metro)
Diharapkan penelitian ini dapat disosialisasikan para peserta didik sebagai bahan pelajaran atau pengambangan materi dan dapat dijadikan acuan (referensi) bagi penelitian selanjutnya.

BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan usia lanjut tentang kebutuhan gizi usia lanjut di posyandu lansia desa

Pengetahuan wanita pramenopause tentang gejala-gejala fisik menopause di kelurahan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari angka harapan hidup penduduknya. Menurut data hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah perempuan sebanyak 102,8 juta jiwa. Usia harapan hidup untuk perempuan rata-rata 66 tahun dan laki-laki 62 tahun (Hendita, 2002).
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental, sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit/kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan reproduksi fungsi serta prosesnya (WHO, 1992). Kesehatan reproduksi bukan hanya membahas masalah kehamilan atau kemandulan tetapi mencakup seluruh siklus kehidupan perempuan yang salah satunya adalah menopause.
Menopause merupakan transisi fisik alamiah yang dialami oleh setiap wanita saat dia bertambah umur. Sering diterjemahkan secara bebas sebagai berhentinya menstruasi terakhir dalam hidup seorang wanita. Beberapa wanita mengalami menopause sebagai transisi yang mulus dengan sedikit ketidaknyamanan fisik, dimana beberapa wanita yang lain mengalami banyak gejala-gejala yang tidak nyaman seperti rasa panas, keringat tengah malam, perdarahan berat tidak teratur, pengeroposan tulang dan pengeringan vagina (Satumed.com, 2004).
Sebanyak 80 % wanita mengalami menopause dengan reaksi negatif. Wanita mengalami gejala yang lebih buruk lagi bila mereka tengah berada dibawah stress emosi yang sangat kuat atau mempunyai kebiasaan makan tertentu yang melibatkan kafein dalam jumlah besar, gula atau konsumsi alkohol, kira-kira 40% wanita tersebut gejalanya menjadi sangat besar sehingga mereka mencari pertolongan medis (Satumed.com, 2004).
Terganggunya atau sampai hilangnya proses haid merupakan masalah normal yang sadar atau tidak sadar akan dilalui oleh wanita dalam kehidupannya. Memasuki usia dekade 40-an dianggap bagi wanita sebagai akhir dari segalanya karena menjadi tua seringkali amat traumatis bagi kebanyakan wanita. Mereka merasa rendah diri karena merasa tidak cantik lagi dan rasa takut kehilangan suami. Beberapa wanita merasa takut akan datangnya menopause karena akan membuat mereka merasa tidak menarik, kesepian, tak berguna dan tak berdaya. Mereka juga berduka karena tidak subur dan muda lagi (Rachman, 2000).
Karena menopause merupakan masalah normal sedangkan penerimaannya berbeda-beda maka alangkah baiknya apabila gejala-gejala menopause diketahui secara jelas oleh setiap wanita sebelum mereka memasuki masa menopause. Dengan memahami gejala-gejala tersebut diharapkan wanita tersebut dapat mengerti apa yang sedang terjadi didalam diri mereka (Kuntjoro, 2002).
Berdasarkan studi pendahuluan di Kelurahan Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur Kota Madya Metro terdapat jumlah wanita berdasarkan golongan umur 46 – 50 tahun yaitu 317 orang. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan pada wanita pra-menopause tersebut ternyata masih ada sebagian wanita pra-menopause (12 orang) yang belum mengerti tentang gejala-gejala fisik menopause.
Oleh sebab itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan wanita pra-menopause tentang gejala-gejala fisik menopause di Kelurahan Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur Kota Madya Metro.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah pengetahuan wanita pra-menopause tentang gejala-gejala fisik menopause di Kelurahan Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur Kota Madya Metro”.

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis memberi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian Deskriptif
2. Objek Penelitian
Pengetahuan wanita pra-menopause tentang gejala-gejala fisik menopause.
3. Subjek Penelitian
Seluruh wanita pra-menopause di Kelurahan Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur Kota Madya Metro.
4. Lokasi Penelitian
Kelurahan Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur Kota Madya Metro.
5. Waktu Penelitian
Setelah ujian proposal bulan Mei 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya gambaran pengetahuan wanita pra-menopause tentang gejala-gejala fisik menopause.
2. Tujuan khusus penelitian ini yaitu :
a. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang ketidakteraturan siklus haid
b. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang rasa panas (hot flash)
c. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang kekeringan liang senggama (vagina)
d. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang perubahan kulit
e. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang pengeroposan tulang (osteoporosis)
f. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang sembelit (obstipasi)
g. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang perubahan saluran kencing
h. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang perubahan payudara

E. Manfaat Penelitian
1. Untuk Wanita Pra-Menopause
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman secara benar tentang gejala-gejala fisik menopause, sehingga membantu ibu mempersiapkan diri dalam memasuki masa menopause.
2. Untuk Petugas Kelurahan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penyuluhan kepada wanita pra-menopause tentang gejala-gejala fisik menopause.
3. Untuk Institusi
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian terhadap teori yang telah diperoleh mahasiswi selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Program Studi Kebidanan Metro sekaligus sebagai bahan bacaan di perpustakaan institusi pendidikan
4. Untuk Peneliti
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman dalam penelitian serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah didapat selama kuliah khususnya materi kesehatan reproduksi wanita dan metodologi penelitian.

BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan wanita pramenopause tentang gejala-gejala fisik menopause di kelurahan

Abortus alias keguguran

"Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim.

Keguguran atau abortus disebabkan oleh banyak faktor, antara lain:
- Kelainan sel telur ibu, biasanya terjadi di awal kehamilan.
- Kelainan anatomi organ reproduksi ibu, misalnya mengalami kelainan atau gangguan pada rahim.
- Gangguan sirkulasi plasenta akibat ibu menderita suatu penyakit, atau kelainan pembentukan plasenta.
- Ibu menderita penyakit berat seperti infeksi yang disertai demam tinggi, penyakit jantung atau paru yang kronik, keracunan, mengalami kekurangan vitamin berat, dll.
- Antagonis Rhesus ibu yang merusak darah janin.

Ada beberapa jenis abortus atau keguguran, yaitu:
Abortus Iminens
Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan (dilatasi serviks)
Abortus Insipiens
Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam rahim.
Abortus Inkomplet
Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, sementara sebagian masih berada di dalam rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
Abortus komplet
Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
Abortus Servikalis
Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.
"
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
BACA SELENGKAPNYA - Abortus alias keguguran

Plasenta Previa

Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung puting, bayi dengan kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.

Bayi Sering Menangis

Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.


Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)

Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.


Tanda bayi bingung puting antara lain:



  1. Bayi menolak menyusu

  2. Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar

  3. Bayi mengisap puting seperti mengisap dot


Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting antara lain:



  1. Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun cangkir.

  2. Berikan susu formula dengan indikasi yang kuat.


Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur

Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu.

Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.


Bayi dengan Ikterus

Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.


Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:



  1. Segeralah menyusui bayi setelah lahir.

  2. Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.


Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.


Bayi dengan Bibir Sumbing

Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah.

Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara:



  1. Posisi bayi duduk.

  2. Saat menyusui, puting dan areola dipegang.

  3. Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.

  4. Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing pada bibir dan langit-langit).


Bayi Kembar

Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.


Bayi Sakit

Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.


Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)

Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.

Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.

http://askep-askeb.cz.cc/

Bayi yang Memerlukan Perawatan

Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.


Menyusui dalam Keadaan Darurat

Masalah pada keadaan darurat misalnya: kondisi ibu yang panik sehingga produksi ASI dapat berkurang; makanan pengganti ASI tidak terkontrol.

Rekomendasi untuk mengatasi keadaan darurat tersebut antara lain: pemberian ASI harus dilindungi pada keadaan darurat, pemberian makanan pengganti ASI (PASI) dapat diberikan dalam kondisi tertentu dan hanya pada waktu dibutuhkan; bila memungkinkan pemberian PASI tidak menggunakan botol.


Referensi

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 55-62).

Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (bab 5, hlm : 9-14)

http://askep-askeb.cz.cc/
BACA SELENGKAPNYA - Plasenta Previa

Kunjungan Ulang Antenatal

Kunjungan ulang yaitu setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama.

Kunjungan ulang dilakukan/ dijadwalkan setiap 4 minggu sekali sampai umur 28 minggu. Selanjutnya tiap 2 minggu sekali sampai umur kehamilan 36 minggu dan setiap minggu sampai bersalin.


INGAT : Wanita hamil seyogyanya melakukan kunjungan antenatal sebanyak 4 kali selama kehamilan.


Kunjungan antenatal pertama : riwayat ibu dan pemeriksaan fisik.


Kunjungan antenatal ulang : pendektesian komplikasi-komplikasi ibu dan janin, mempersiapkan kelahiran dan kegawatan, pemeriksaan fisik yang terfokus dan pengajaran.


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan kunjungan ulang:



  1. Pihak Ibu

  2. Pihak Bayi

  3. Pemeriksaan Laboratorium/ Penunjang


Pihak Ibu


Riwayat kehamilan sekarang



  • Setiap masalah atau tanda-tanda bahaya : perdarahan vagina, sakit kepala yang hebat, perubahan visual secara tiba-tiba, nyeri abdomen yang hebat, bengkak pada muka/ tangan, gerak janin berkurang.

  • Keluhan-keluhan lazim kehamilan : pegel-pegel, kram pada kaki, sering kencing, pigmentasi kulit, sembelit.

  • Kekhawatiran-kekhawatiran lain : apakah bayi yang dikandungnya sehat, melahirkan itu sakit.

  • Perasaan ibu pada kunjungan sekarang.
http://askep-askeb.cz.cc/

Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tekanan darah; berat badan; tinggi fundus uteri (tafsiran berat janin); auskultasi (mengetahui denyut jantung janin); palpasi abdominal untuk mendeteksi kehamilan ganda (setelah UK 28 minggu); manuver Leopold untuk mendeteksi kedudukan abnormal (setelah 36 minggu).


Pemeriksaan keadaan umum


Pemeriksaan keadaan umum meliputi penampilan; sikap tubuh dan emosi ibu.


Pihak Bayi


Pada bayi yang perlu dikaji adalah gerakan janin; denyut jantung janin (DJJ), dilakukan setelah UK 12 minggu; tafsiran berat janin (TBJ); letak dan presentasi, engagement (masuknya kepala ke panggul); kehamilan kembar/ tunggal.


Laboratorium


Pemeriksaan penunjang laboratorium yang dapat dilakukan pada kunjungan ulang antenatal adalah : Hemoglobin (Hb), hematokrit (Hmt); STS (Serologic test for syphilis) pada trimester III diulang; Kultur untuk gonokokus; Protein urin; Gula dalam darah; VDRL


Pendidikan Kesehatan dan Persiapan Kelahiran serta Kegawatdaruratan



  1. Memberitahu ibu mengenai ketidaknyamanan normal yang dialami.

  2. Menanyakan pada ibu mengenai kondisi nutrisi, tambahan zat besi dan anti tetanus.

  3. Ajarkan ibu mengenai (sesuai umur kehamilan), yaitu pemberian ASI, KB, latihan/ olahraga ringan, istirahat, nutrisi.

  4. Diskusikan mengenai rencana persalinan kelahiran/ kegawatdaruratan.

  5. Ajari ibu tanda bahaya, pastikan ibu memahami apa yang akan dilaksanakan jika menemukan tanda bahaya.

  6. Jadwalkan kunjungan berikutnya.

  7. Mencatat kunjungan dengan SOAP.


Referensi

Pusdiknakes, 2001. Buku 2 Asuhan Antenatal.

Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

http://askep-askeb.cz.cc/
BACA SELENGKAPNYA - Kunjungan Ulang Antenatal

Deteksi Dini Komplikasi Ibu dan Janin

Selama pemeriksaan antenatal, bidan akan memberitahu pasien jika ia mengalami tanda-tanda bahaya dan akan mendeteksinya. Hal ini, penting bagi bidan untuk memeriksa tanda-tanda bahaya yang kemungkinan akan dialami ibu dan janin.

Deteksi dini komplikasi ibu dan janin meliputi :



  1. Tanda-tanda dini bahaya/ komplikasi ibu dan janin masa kehamilan muda

  2. Tanda-tanda dini bahaya/ komplikasi ibu dan janin masa kehamilan lanjut


Tanda-tanda dini bahaya/ komplikasi ibu dan janin masa kehamilan muda

Perdarahan pervaginam



  1. Abortus

  2. Kehamilan Mola

  3. Kehamilan Ektopik

http://askep-askeb.cz.cc/

Abortus

Abortus adalah berakhirnya kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan.



  • Abortus spontan, abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar untuk mengakhiri kehamilan tersebut.

  • Abortus buatan, terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan (abortus provokatus).

  • Abortus infeksius, abortus yang disertai komplikasi infeksi. Penanganan dengan pengosongan uterus.

  • Missed abortion, perdarahan disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Penanganannya dengan tindakan dilatasi.


Tabel 1. Tanda dan Penanganan Abortus Sesuai Jenisnya

































Jenis AbortusTandaPenanganan
IminenFlek (darah coklat)Bed rest total
InsipienOstium terbuka, darah +, nyeriDilatasi & kuterase
InkomplitDarah -/+, nyeri, sebagian konsepsi keluarDigital, uterotonika & antibiotika
KomplitHasil konsepsi keluarUterotoni

Kehamilan Mola

Suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi, hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili korealis disertai dengan degenerasi hidropik. Tandanya adanya perdarahan, besar uterus tidak sesuai umur kehamilan, tidak ada tanda pasti hamil, keluar jaringan mola, kadar HCG positif, muka dan badan pucat kekuningan dan saat USG ada gambaran seperti badai salju. Penanganannya adalah evakuasi mola secepatnya dan periksa ulang secara teratur.


Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri, seperti di ovarium, serviks dan tuba fallopi.

Tanda dan gejalanya adalah HCG positif, amenorea, perdarahan vagina, nyeri abdomen bagian bawah, pucat/ anemi, kesadaran menurun dan lemah, syok hipovolemik, nyeri goyang porsio dan perut kembung. Penanganannya dilakukan stabilisasi dengan merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid dan tindakan operatif.


Hipertensi gravidarum

Hipertensi dalam kehamilan berarti bahwa wanita telah menderita hipertensi sebelum hamil atau disebut pre eklamsia tidak murni. Hipertensi dalam kehamilan sering dijumpai dalam klinis, yang terpenting adalah menegakkan diagnosis seawal mungkin.

Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII (2003)

































KlasifikasiSistolikDiastolik
Normal< 120< 180
Pre hipertensi120 – 13980 – 89
Hipertensi stadium I140 – 15990 – 99
Hipertensi stadium II>= 160>= 10


Definisi hipertensi dalam kehamilan menurut WHO :



  • Tekanan sistol ? 140 atau tekanan diastol ? 90 mmHg.

  • Kenaikan tekanan sistolik ? 15 mmHg dibandingkan tekanan darah sebelum hamil atau pada trimester pertama kehamilan.


Klasifikasi



  • Hipertensi Essensial – Hipertensi terjadi sebelum kehamilan atau pada 20 pekan pertama kehamilan yang menetap sampai 12 pekan pasca persalinan.

  • Hipertensi Gestasional – Kenaikan tekanan darah diatas normal pada waktu kehamilan tanpa terjadi proteinuria, dan kembali normal dalam 12 pekan pasca persalinan.

  • Pre-Eklampsia dan Eklampsia – Hipertensi ringan sampai berat dengan proteinuria (>0,3 gr dalam 24 jam). Jika tidak ada proteinuria, tersangka preeklampsia bila terjadi kenaikan tekanan darah dan ada keluhan sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar creatinin serum >1,2 mg/dl, jumlah trombosit < 100.000 sel /mm3, anemia hemolitik dan kenaikan SGOT, SGPT.

  • Pre-Eklampsia dengan Hipertensi Kronik – Pre eklampsia yang terjadi pada penderita hipertensi esensial.


Penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan dengan memberikan obat anti hipertensi antara lain Methyldopa, Labetalol, Nifedipin SR dan Hydralazine.


Nyeri perut bagian bawah

Nyeri perut/ abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah normal. Nyeri abomen yang menunjukkan masalah yang mengancam jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang meskipun telah istirahat. Hal ini bisa terjadi pada apendisitis, kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang pelvik, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, solusio plasenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lain.


Tanda-tanda dini bahaya/ komplikasi ibu dan janin masa kehamilan lanjut

Perdarahan per vaginam

Perdarahan per vaginam pada kehamilan lanjut terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan plasenta (plasenta previa, solusio plasenta atau perdarahan yang belum jelas sebabnya) dan bukan dari kelainan plasenta (erosi, polip, varises yang pecah).



Plasenta Previa

Adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi ostium uteri internal. Tanda dan gejalanya adalah perdarahan tanpa nyeri atau perdarahan dengan awitan mendadak. Penanganannya adalah dengan terapi pasif yaitu jangan melakukan periksa dalam, lakukan USG, evaluasi kesejahteraan janin, rawat inap/ tirah baring atau terapi aktif dengan mengakhiri kehamilan


    Solusio Plasenta

    Adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari pelekatannya sebelum janin lahir, terjadi pada umur kehamilan diatas 22 minggu atau berat janin 500 gram. Tanda dan gejalanya adalah uterus seperti papan, nyeri abdomen yang hebat dan tidak dapat tertahankan, nyeri punggung, kolik, kontraksi hipertonik, nyeri tekan pada uterus, DJJ dapat normal/ tidak normal, gerakan janin tidak stabil, perdarahan tersembunyi dan syok. Penanganannya adalah atasi syok dan anemia, tindakan operatif (SC atau partus pervaginam).

    Keluar cairan per vaginam

    Cairan pervaginam dalam kehamilan normal apabila tidak berupa perdarahan banyak, air ketuban maupun leukhore yang patologis.

    Penyebab terbesar persalinan prematur adalah ketuban pecah sebelum waktunya. Insidensi ketuban pecah dini 10 % mendekati dari semua persalinan dan 4 % pada kehamilan kurang 34 mg.

    Penyebab : serviks inkompeten, ketegangan rahim berlebihan (kehamilan ganda, hidramnion), kelainan bawaan dari selaput ketuban, infeksi. Penatalaksanaan : pertahankan kehamilan sampai matur, pemberian kortikosteroid untuk kematangan paru janin, pada UK 24-32 minggu untuk janin tidak dapat diselamatkan perlu dipertimbangkan melakukan induksi, pada UK aterm dianjurkan terminasi kehamilan dalam waktu 6 jam sampai 24 jam bila tidak ada his spontan.



Gerakan janin berkurang

Gerakan janin berkurang bisa disebabkan oleh aktifitas ibu yang berlebihan sehingga gerak janin tidak dirasakan, kematian janin, perut tegang akibat kontraksi berlebihan ataupun kepala sudah masuk panggul pada kehamilan aterm.


Kematian janin

Merupakan komplikasi kehamilan yang berat.

Penyebab umum : abnormalitas kromosom, malformasi kongenital. Infeksi, penyebab imunologi dan komplikasi penyakit maternal.

Temukan pada saat pengkajian : gerakan janin menghilang, DJJ tidak terdengar, keluar flek disertai nyeri, kontraksi uterus dan penipisan serviks, janin lahir mati dan kurus. Penanganan : akhiri kehamilan dengan induksi bila tidak terjadi persalinan spontan.


Referensi

Manuaba, IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Bidan. EGC. Jakarta.

Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. EGC. Jakarta.

Pusdiknakes, 2001. Buku 2 Asuhan Antenatal.

Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Scott, J. 2002. Buku Saku Obstetri Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.

http://askep-askeb.cz.cc/
BACA SELENGKAPNYA - Deteksi Dini Komplikasi Ibu dan Janin

18 November 2010

MYOMA UTERI

MYOMA UTERI:
A. Definisi
Myoma uteri adalah tumor jinak pada jaringan otot polos uterus. Myoma uteri merupakan jenis tumor yang paling sering pada wanita. Tumor jinak ini berasal dari myometrium uteri atau lebih jarang dari serviks. Tumor ini tak hanya terdiri dari jaringan otot polos namun juga terdiri dari elastin, kolagen, dan matriks protein ekstraselular. Kumpulan tersebut disebut sebagai leiomyomata dan sering juga disebut myoma. Pada beberapa penelitian, ada kaitan antara angka kejadian myoma uteri dengan ras tertentu. Myoma uteri lebih sering muncul pada ras afro-amerikan daripada ras kulit putih, hispanik atau asia. Pada ras afro-amerikan angka kejadian myoma uteri tiga kali lebih besar daripada ras-ras lainnya.

B. Klasifikasi
Secara makroskopik , fibroid atau myoma berbentuk bulat atau oval, dengan konsistensi kenyal dan gambaran khas seperti konde. Myoma ini dapat tunggal, tapi lebih sering berkelompok dalam ukuran dan letak yang berbeda. Ada empat sub grup myoma secara klinis yaitu :
1. Subserosa
Letaknya di bawah tunika serosa. Kadang-kadang vena yang ada di permukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intraabdominal. Myoma subserosa kadang timbul di antara dua ligamen latum, berupa myoma intra ligamenter yang dapat menekan ureter dan A. Iliaca. Ada kalanya tumor ini mendapat vaskularisasi yang lebih banyak dari omentum sehingga lambat laun terlepas dari uterus, disebut sebagai myoma parasitik. Myoma subserosa yang bertangkai dapat mengalami torsi.
2. Intramural
Terletak pada myometrium. Jaringan tumor ini terpisah dari jaringan normal myometrium oleh selapis tipis jaringan ikat yang membentuk pseudokapsul. Pseudokapsul ini berguna dalam operasi myomektomi sebagai penanda untuk enukleasi massa tumor. Bila tumor ini membesar dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
3. Submukosa
Tumor ini lebih jarang dari yang lain, sekitar 5% dari semua leiomyomata. Tumor ini tumbuh di bawah endometrium dan dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan infertilitas, sehingga memerlukan histerektomi. Tumor yang bertangkai dapat menonjol keluar serviks dan dapat menyebabkan perdarahan intermenstrual atau mengalami ulserasi dan infeksi.
4. Servikal
Tumor ini amat jarang terjadi, namun memberikan kesulitan terbesar dalam operasi karena kesulitan dan kedekatannya dengan kandung kemih dan ureter. Pembesaran massa tumor mengakibatkan fibroid mengalami impaksi dan menyebabkan retensi urin dan obstruksi ureter.
C. Etiologi
D. Gejala-gejala
Myoma uteri dan kehamilan
Terapi myoma dengan kehamilan
E. Diagnosa
F. Diagnosa banding : .
G. Terapi .
H. Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
Selngkapnya disini


http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
BACA SELENGKAPNYA - MYOMA UTERI

17 November 2010

Tinjauan efek samping alat kontrasepsi pada akseptor KB PIL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah penduduknya cukup padat. Kepadatan ini dapat dilihat dari jumlah kelahiran sekitar 5.000.000 (lima juta) jiwa pertahun (Manuaba, 1998). Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk dapat menurunkan laju pertumbuhanpenduduk dan angka kelairan yang masih cukup tinggi. Salah satu upaya yang ditempuh yaitu dengan mencanangkan Program Keluarga Berencana. Program ini berkembang pesat sehingga mampu menurunkan laju pertumbuhan penduduk.
Secara umum tujuan KB adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia (Sarwono, 1992)
Salah satu usaha dalam program keluarga berencana adalah membatasi jumlah kelahiran dengan metode kontrasepsi. Sekarang ini tersedia metode kontrasepsi yang dapat diandalkan untukmemilih secara bebas dan relatif mudah seperti : Pil, Suntik, Inplant, IUD. Pada umumnya masyarakat lebih memilih alat kontrasepsi yang sifatnya praktis dan efektifitasnya tinggi seperti pil dan suntik (Hartanto, 2002). Kontrasepsi hormonal seperti pil sejak pertama kali digunakan pada tahun 1955, jumlah wanita yang meminum pil setiap waktu meningkat menjadi 65 juta, pil yang digunakan dewasa ini berbeda dari pil yang digunakan 20 tahun silam, pil sekarang berisi hormon estrogen dan progesteron lebih rendah dari pil yang dahulu dan jauh lebih aman (Jones, 1997). Setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping seperti gangguan haid, perubahan berat badan, pusing/sakit kepala dan kenaikan tekanan darah, mual-mual dan muntah, keputihan (Hartanto, 2002).
Kejadian efek samping KB Pil :
a. Nasional 34,57 % dari 652.562 akseptor KB Pil ( www.Google.com,2004)
b. Propinsi 25,07 % dari 702 akseptor KB Pil ( BKKBN Kota, 2004. Rek. Kab. F/II/KB/00/BL)
c. Kodya 23,31 % dari 502 akseptor KB Pil ( BKKBN Kota, 2004. Rek. Kab. F/II/KB/00/BL)
d. Kecamatan 41,34 % dari 208 akseptor KB Pil ( BKKBN Kota, 2004. Rek. Kab. F/II/KB/00/BL)
Berdasarkan hasil pra survey di daerah Tulung Salak Kelurahan Langkapura Kemiling Bandar Lampung dengan jumlah PUS sebesar 392 dan jumlah akseptor KB secara keseluruhan 274 orang yang terdiri dari 120 akseptor KB suntik, akseptor KB Pil 100 orang, Akseptor KB IUD 20, akseptor KB Implant 25 orang, akseptor MOW 5 orang, dan akseptor MOP 4 orang.
Sedangkan kejadian efek samping KB Pil di desa Tulung Salak Langkapura adalah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 1. Efek Samping KB Pil di Tulung Salak Kelurahan Langkapura pada Bulan Mei 2004.
No. Efek Samping Jumlah Prosentase (%)
1
2
3
4
5
6 Gangguan Haid
Sakit Kepala
Kenaikan Tensi Darah
Perubahan Berat Badan
Mual
Keputihan 5
6
4
9
10
5 5
6
4
9
10
5
Jumlah 49 100
Sumber : Puskesmas Pembantu Tulung Salak Kelurahan Langkapura 2004.
Dari uraian pada latar belakang di atas maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang “ Gambaran mengenai efek samping yang dialami oleh akseptor KB Pil di Tulung Salak Kelurahan Langkapura Kecamatan Kemiling Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang, penulis membuat rumusan masalah adalah “Bagaimanakah gambaran efek samping pada akseptor KB Pil di Tulung Salak Kelurahan Langkapura Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung?”

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini meliputi :
1. Sifat Penelitian : Penelitian Deskriptif
2. Objek Penelitian : Efek samping KB Pil
3. Subjek Penelitian : Ibu-ibu akseptor KB Pil
4. Lokasi Penelitian : Tulung Salak Kelurahan Langkapura
5. Waktu Penelitian : Juni 2004.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang efek samping yang terjadi pada ibu-ibu yang menggunakan alat kontrasepsi pil.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya gambaran tentang akseptor KB Pil yang mengalami gangguan haid.
b. Diperolehnya gambaran tentang akseptor KB Pil yang mengalami Sakit Kepala
c. Diperolehnya gambaran tentang akseptor KB Pil yang mengalami kenaikan tekanan darah
d. Diperolehnya gambaran tentang akseptor KB Pil yang mengalami perubahan Berat Badan.
e. Diperolehnya gambaran tentang akseptor KB Pil yang mengalami Mual
f. Diperolehnya gambaran tentang akseptor KB Pil yang mengalami Keputihan

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Puskesmas Kemiling
Agar dapat dimanfaatkan sebagai asuhan dalam pembinaan akseptor KB, mencegah timbulnya drop out.
2. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang efek samping KB Pil sehingga dapat sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah di dapat khususnya pada mata kuliah asuhan kebidanan KB dan Metode penelitian.
3. Instansi Pendidikan Kebidanan
Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di Institusi Pendidikan khususnya bagi para pembaca
4. Akseptor KB Pil
Dapat menambah wawasan pemahaman pada akseptor KB Pil dan mau menerima, serta mampu mengatasi bila terjadi efek samping pada dirinya.

BACA SELENGKAPNYA - Tinjauan efek samping alat kontrasepsi pada akseptor KB PIL

Studi tentang motivasi mahasiswi memilih profesi bidan di program studi kebidanan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampai saat ini bisa dikatakan bahwa bidanmerupakan salah satu profesi primadona, khususnya di bidang kesehatan. Hal ini dapat dilihat dimana profesi ini telah mendudukkan peran dan posisi seorang bidan menjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang diembannya dalam upaya memberikan pelayanan pada ibu hamil, bersalin, ibu nifas dan juga bayi/anak (IBI. 2001).
Sebagai konsekwensi dari perkembangan tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu terhadap pelayanan kebidanan. Perubahan-perubahan yang cepat di masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta persainan ketat di era globalisasi, diperlukan tenaga kesehatan khususnya bidan yang berkualitas, baik pengetahuan, sikap dan keterampilan profesionalisme (IBI., 2001).
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga bidan profesional perkembangan pendidikan kebidanan sebaiknya dipandang secara kesinambungan, berjenjang dan berkelanjutan sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi bidan yang mengabdi di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu jalur, pendidikan formal kebidanan telah dimulai dengan berdirinya pendidikan Diploma III Kebidanan baik milik pemerintah, swasta, Pemda, dari jalur informal juga dicantumkan melalui pelatihan-pelatihan (Depkes., RI., 1997).
Program Studi Kebidanan Metro adalah salah satu lembaga pendidikan milik departemen kesehatan yang menyelenggarakan Program Diploma III Kebidanan dijalur formal yang berada di Kota Metro yang mempunyai tugas utama menghasilkan tenaga-tenaga bidan profesional ditingkat ahli madya (Depkes., RI., 2004).
Dari data perkembangan pendidikan diketahui bahwa peminat untuk mengikuti pendidikan kebidanan setiap tahunnya cenderung meningkat, sedang daya tampung sangat terbatas. Hal ini tentu memberikan gambaran kepada kita bahwa ada peningkatan motivasi terhadap profesi bidan (Depkes. RI., 2004).
Motivasi adalah dorongan individu atau seseorang untuk berbuat/ mengerjakan sesuatu dengan tujuan memenuhi kebutuhannya (Mc. Mahon, 1982). Motivasi merupakan faktor pendorong manusia untuk bertingkah laku di dalam mencapai kebutuhan atau sesuatu yang dicita-citakan (Sunarto, 1995). Pendapat ini diperkuat oleh Rogers dan Erikson, yang menyatakan bahwa perilaku manusia disebabkan oleh dorongan-dorongan atau motivasi (Notoatmodjo, S. 1993).
Hasil prastudi yang dilakukan di Perpustakaan Pendidikan Kebidanan Metro belum pernah dilakukan penelitian mengenai motivasi mahasiswi kebidanan memilih profesi bidan di Program Studi kebidanan Metro.
Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis tertarik untuk mengetahui tentang motivasi mahasiswi kebidanan memilih profesi di Program Studi kebidanan Metro.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimana gambaran motivasi mahasiswi memilih profesi bidan di Program Studi Kebidanan Metro”.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang motivasi mahasiswi memilih profesi di Program Studi Kebidanan Metro.

D. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Mahasiswi Tingkat I Program Studi Kebidanan Metro Tahun AJAran 2003/2004.
3. Objek Penelitian : Motivasi Mahasiswi Memilih Profesi Bidan
4. Lokasi Penelitian : Program Studi Kebidanan Metro
5. Waktu Penelitian : 12 Mei sampai dengan 10 Juni 2004.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Penelitian ini diharapkan tidak hanya untuk bahan bacaan tentang motivasi mahasiswi memilih profesi di Pendidikan Kebidanan Metro, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan khususnya dalam penerimaan mahasiswa baru pada tahun ajaran yang akan datang. Dan memberikan masukan kepada dosen khususnya kepada pembimbing akademik.
2. Bagi peneliti
Peneliti ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam penulisan karya ilmiah sebagai penerapan ilmu yang didapat dengan proses pembelajaran secara nyata membuat suatu karya tulis ilmiah.
3. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat membuka wawasan pada mahasiswi lain yang akan meneliti mengenai motivasi mahasiswi menjadi bidan profesional dengan variabel-variabel penelitian yang lebih kompleks.

BACA SELENGKAPNYA - Studi tentang motivasi mahasiswi memilih profesi bidan di program studi kebidanan

Pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan di kelurahan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang tua selalu menginginkan agar anak mereka menjadi lebih cerdas, gembira dan pandai menyesuaikan emosi dan fisiknya. Sayangnya tak semua orang tahu bagaimana caranya memberikan pengetahuan sejak dini kepada anak-anaknya. (Djatmiko, 2004). Kebanyakan orang tua memiliki mitos bahwa bayi hanya makan, tidur dan mengompol, tidak dapat melihat dengan baik, tidak dapat mendengar sama sekali dan pada dasarnya tidak tahu apa yang terjadi di sekitarnya sebelum umur 3 bulan. (Ludington, 1985)
Bayi memerlukan cinta ibu tanpa syarat dan memerlukan pengasuhan baik secara lahiriah maupun kejiwaan. Salah satu perwujudannya adalah ”kasih sayang” yang dapat dinyatakan dengan ciuman, sentuhan tangan, sikap ibu pada saat menyusui melalui pelukan hangat memberikan perasaan yang aman pada bayi.
Tertuang pada pokok-pokok pikiran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 1991 bahwa ibu merupakan penentu bagi pola asuhan bayi/anak termasuk dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI). Bukan hanya Ibu, ayahpun perlu terlibat dan menjalin kelekatan dengan bayi sehingga mampu menumbuhkan cara pandang terhadap dirinya sendiri yang positif (self esteem), kompetensi, rasa percaya diri sebagai bekal hidupnya kelak.
Bayi memiliki kebutuhan biologis untuk “belajar”. Metode pengajaran yang tepat bagi janin maupun bayi, yakni merangsangnya agar gemar membaca. (Djatmiko, 2004). Hal ini merupakan suatu stimulasi. Menurut Kobayashi (dalam Sodjatmiko, 2002) bahwa “Stimulasi yang diberikan secara dini, terarah dan lama, maka semakin besar dan lama manfaatnya dalam hal kecerdasan, kemampuan berbahasa dan kecerdasan emosional.
Bayi yang diberi stimulasi menunjukkan respon yang positif. Antusiasme dan dedikasi mereka menghasilkan pembentukan Assosiasi Edukasi Stimulasi Janin (Infant Stimulation Education Association). Bayi-bayi tersebut lebih sering tersenyum, lebih pandai menjangkau benda, bisa mengoceh lebih cepat, berat badan bertambah lebih cepat dan keingintahuannya lebih besar. (Ludington, 1985). Hal ini terjadi karena tahun pertama kehidupan merupakan “Masa/tahun-tahun keemasan dan dengan demikian sudah selayaknya dimanfaatkan secara maksimal, ia memberikan peluang untuk optimalisasi tumbuh kembang serta memberi peluang untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi sebelumnya.” (Sularyo, 1996)
Tenaga kesehatan/orang tua pada tahun pertama kehidupan anaknya seringkali hanya memfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja, sedangkan kurang diberikan pada perkembangan motorik halus yang merupakan indikator kemampuan intelektual anak. (Soetjiningsih, 1998). Jika saja orang tua memahami dan menggunakan stimulasi bayi, tujuan-tujuan untuk mendapatkan bayi cerdas tidak hanya mungkin, tetapi juga dapat diraih. Pemberian stimulasi yang terarah dan terus menerus dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) yang sesuai dengan tumbuh kembang anak akan sangat bermanfaat.
Setiap anak mempunyai hak-hak menurut Islam, yaitu : (Samil, 1999)
1. Hak untuk hidup.
2. Hak mendapat nama baik.
3. Hak mendapat penyusuan dan pengasuhan
4. Hak mendapat kasih sayang.
5. Hak mendapat perlindungan dan nafkah dalam keluarga.
6. Hak mendapat pendidikan dalam keluarga
7. Hak mendapat kebutuhan pokok sebagai warga negara.
Pemeliharaan orang tua yang memadai merupakan hal yang menunjang bagi peningkatan kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi. Tetapi pemeliharaan yang kurang memadai dapat mengakibatkan gagal tumbuh (failure to thrive), anak merasa kehilangan kasih sayang, gangguan kejiwaan dan keterlambatan perkembangan. (Soetjiningsih, 1998). Menurut Van Den Boomm, 1995 (dalam Monks, 1999) bahwa pada umumnya anak yang mengalami kesulitan hubungan ibu-anak agak mudah marah dan sensitif
Pengetahuan orang tua, khususnya ibu dalam menstimulasi/merangsang perkembangan anak dengan dasar “Pendekatan kasih sayang” sangat dibutuhkan dan perlu ditingkatkan. Langkah ini untuk meraih anak yang cerdas dan bila memang ditemukan adanya penyimpangan maka dapat segera dilakukan intervensi agar tidak berlanjut dan anak dapat mencapai potensial perkembangannya secara optimal.
Hasil prasurvey bulan Maret 2004 yang didapatkan penulis di Kecamatan Metro Timur, bahwa jumlah anak balita sebagai berikut :
Tabel 1. Data Jumlah Anak Balita (0-4 th) Tahun 2003 di Kec. Metro Timur.
No Desa/ Kelurahan Usia 0-4 tahun
1
2
3
4
5 Iring Mulyo
Yosodadi
Yosorejo
Tejosari
Tejoagung 353
502
418
161
280
Jumlah 1714
Sumber : Dokumentasi Kecamatan Metro Timur Tahun 2003.
Berdasarkan data di atas ternyata kelurahan Yosodadi mempunyai jumlah anak balita terbanyak, yaitu 502 balita dibandingkan empat kelurahan lainnya.
Kelurahan Yosodadi memiliki 7 Posyandu, dimana dari 502 jumlah balita tersebut diantaranya terdapat 107 bayi berusia 0-12 bulan. Adapun data yang didapatkan sebagai berikut :
Tabel 2. Data Jumlah Bayi (0-12 Bulan) Bulan Maret 2004 di Puskesmas Iring Mulyo
No Nama Posyandu Jumlah
1
2
3
4
5
6
7 Melati 3B
Melati 1
Melati 4A
Melati 2B
Melati 3A
Melati 2A
Melati 4B 25
17
20
12
11
12
10
Jumlah 107
Sumber : Dokumentasi Puskesmas Iring Mulyo Bulan Maret 2004.
Pada tiap posyandu di kelurahan tersebut, kegiatan pembinaan keluarga balita (BKB) telah terlaksana, dimana daftar kehadiran bayi dan balita bersifat kontinyu.
Hasil wawancara yang penulis lakukan, bahwa masih banyak ibu yang mempunyai kebiasaan untuk membandingkan kemampuan/keterampilan anaknya dengan kemampuan/keterampilan anak lain baik yang sebaya maupun tidak. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang stimulasi yang tepat kepada anaknya masih kurang.
Mengantisipasi hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi 0 – 12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.

B. Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Bagaimana pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 - 12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.”

C. Ruang Lingkup penelitian
Jenis : Penelitian Deskriptif
Subjek : Ibu yang mempunyai bayi usia 0 -12 bulan.
Objek : Pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi.
Lokasi : Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.
Waktu : 8 Mei - 01 Juni 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 –12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia 0 - 3 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur
b. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia  3 -  6 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur
c. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia  6 -  9 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur
d. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia  9 - 12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Prodi Kebidanan Metro
Sebagai bahan referensi tentang tumbuh kembang dan stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan bagi petugas puskesmas untuk penyuluhan tentang tumbuh kembang dan stimulasi bayi usia 0 – 12 bulan.
3. Bagi Kader Posyandu
Dapat menambah pengetahuan/masukan tentang stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan.
4. Bagi Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia 0-12 Bulan
Dapat menambah pengetahuan pentingnya stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.

BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan di kelurahan

Pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik pada balita usia 3-5 tahun di posyandu … wilayah kerja puskesmas ….

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya pembangunan manusia seutuhnya. Melakukan pembinaan kesehatan anak sejak dini melalui kesehatan ibu dan anak pembinaan kesehatan ibu dalam perkawinan, semasa hamil, dan melahirkan ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan berpotensi tangguh pembinaan kesehatan anak usia dini sejak masih dalam kandungan hingga usia balita ditujukan untuk melindungi anak dari ancaman kematian dan sakit yang dapat membawa anak cacat serta untuk meningkatkan kualitas hidup agar anak mencapai tumbuh kembang optimal (Dep.Kes RI, 1996)
Upaya pembinaan kesehatan anak mencakup pemenuhan kebutuhan primer anak sejak didalam kandungan sampai remaja dengan mengkaji pertumbuhan dan perkembangan anak (Dep.Kes RI, 1992).
Periode yang penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Bahkan ada sarjana yang mengatakan “The Child Is The Father of The Man” sehingga setiap kelainan / penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari (Soetjiningsih, 1995).
Kemampuan motorik halus diharapkan sudah muncul pada usia 3 tahun, sejak bayi orang tua bisa memantau perkembangan motorik halus tersebut pada usia 2 tahun anak bisa membuka baju sendiri, usia 3 tahun membuka kancing baju, usia 5 tahun memasang tali sepatu. Kemampuan motorik kasar pada anak usia 3 tahun dapat berdiri 1 kaki, melompat dan perkembangan ini berlangsung pesat sejak bayi sampai usia 3-5 tahun, yang disebut Fase Sensori Motor hal ini yang tidak banyak dipahami orang tua anak (Http;//www.tabloid.nova.com).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan April 2007 di Posyandu Melati wilayah Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat terdapat 38 ibu yang mempunyai balita usia 3-5 tahun. Peneliti melakukan penjajakan masalah terhadap 10 ibu yang mempunyai anak balita, didapatkan hasil pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik yang kurang (kemampuan menjawab soal dengan nilai 51%).
Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah yaitu “Bagaimanakah Pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat ?

C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian : Study deskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu yang mempunyai balita usia 3-5 tahun di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat
3. Objek Penelitian : Perkembangan motorik kasar dan halus balita usia 3-5 tahun.
4. Lokasi : Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat
5. Waktu : Mei – Juni 2007

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana pengetahun ibu tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bagaimana pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik kasar balita usia 3-5 tahun di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat.
b. Mengetahui bagaimana pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik halus balita usia 3-5 tahun di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Yosomulyo
Sebagai bahan bagi petugas Puskesmas untuk penyuluhan tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun
2. Bagi Institusi Prodi Kebidanan Metro
Sebagai bahan bacaan tentang perkembangan motorik pada balita usia 3-5 tahun.
3. Bagi Peneliti
Sebagai hasil bahan informasi untuk peneliti tentang pengetahuan ibu dan masukan tentang perkembangan motorik balita usia 3-5 tahun.

BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik pada balita usia 3-5 tahun di posyandu … wilayah kerja puskesmas ….
INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS, KETIK EMAIL ANDA DISINI:
setelah mendaftar segera buka emailnya untuk verifikasi pendaftaran. Petunjuknya DILIHAT DISINI