kolom pencarian

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan | Testimoni | Perkakas
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

19 October 2010

Pedoman Asuhan Persalinan Normal

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.

Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:

a) Keluarga Berencana untuk membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan

b) Asuhan Antenatal Terfokus untuk memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi

c) Asuhan Pascakeguguran untuk menatalaksana gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

d) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi

Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian

e) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.

Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya

Pergeseran Paradigma

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:

=C2=B7 Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri

Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.

=C2=B7 Laserasi/episiotomi

Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.

=C2=B7 Retensio plasenta

Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali.

=C2=B7 Partus Lama

Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien.

=C2=B7 Asfiksia Bayi Baru Lahir

Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.

Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

Pelatihan Asuhan Persalinan Normal

Kajian kinerja petugas pelaksana pertolongan persalinan di jenjang pelayanan dasar yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, bekerjasama dengan Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR) dengan bantuan teknis dari JHPIEGO dan PRIME menunjukkan adanya kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin. Temuan ini berlanjut menjadi kerjasama untuk merancang pelatihan klinik yang diharapkan mampu untuk memperbaiki kinerja penolong persalinan. Dasar pelatihan klinik asuhan persalinan normal ini adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan dan hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir.

Asuhan Persalinan Normal

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal). Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa:

Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan

Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas atau rumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang akan diberikan, dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir.

Praktik-praktik pencegahan yang akan dijelaskan dalam buku acuan ini adalah:

a. Secara konsisten dan sistematis menggunaka= n praktik pencegahan infeksi seperti cuci tangan, penggunaan sarung tang= an, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses persalinan, kebutuhan bayi dan proses ulang peralatan bekas pakai.

b. Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan dan menolong proses persalinan serta kelahiran bayi. Menggunakan partograf untuk membuat keputusan klinik, sebagai upaya pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau komplikasi dini agar dapat memberikan tindakan yang paling tepat dan memadai.

c. Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi dan masa nifas, termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarganya tentang proses persalinan dan kelahiran bayi serta menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.

d. Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu di setiap tahapan persalinan dan tahapan waktu bayi baru lahir.

e. Menghindarkan berbagai tindakan yang tidak perlu dan/atau berbahaya seperti misalnya kateterisasi urin atau episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum terjadi pembukaan lengkap, meminta ibu meneran secara terus-menerus, penghisapan lendir secara rutin pada bayi baru lahir.

f. Melaksanakan penatalaksanaan aktif kala tiga untuk mencegah perdarahan pascapersalinan.

g. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif, mengenali tanda-tanda komplikasi dan mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.

h. Memberikan asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk memastikan kesehatan, keamanan dan kenyamana ibu dan bayi baru lahir, mengenali secara dini gejala dan tanda bahaya atau komplikasi pascapersalinan/bayi baru lahir dan mengambil tindakan yang sesuai.

i. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda bahaya pada masa nifas pada ibu dan bayi baru lahir

j. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

Pada akhir pelatihan, peserta latih harus menguasai pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan sehingga mampu untuk memberikan asuhan persalinan yang aman dan bersih serta mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir, baik di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi maupun pada awal masa nifas. Peserta latih adalah petugas kesehatan yang akan menjadi pelaksana pertolongan persalinan, juga harus mampu untuk mengenali (sejak dini) setiap komplikasi yang mungkin terjadi dan mengambil tindakan yang diperlukan dan sesuai dengan standar yang diinginkan. Praktik terbaik asuhan persalinan normal terbukti mampu mencegah terjadinya berbagai penyulit atau komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayi baru lahir sehingga upaya perbaikan status kesehatan dan kualitas hidup kelompok rentan risiko ini dapat diwujudkan.

UNTUK LEBIH JELASKAN SILAHKAN DOWNLOAD MATERI BERIKUT

1. PENDAHULUAN

2. DAFTAR ISI

3. BAB I, BAB 2, BAB3, BAB4, BAB5, BAB6, DAN BAB6B
BACA SELENGKAPNYA - Pedoman Asuhan Persalinan Normal

Menyiapkan Kelahiran

Menyiapkan Kelahiran

Tujuan menyiapkan kelahiran :

- Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kkelahiran bayi.

- Menyiapkan semua perlengkapan, bahan-bahaan dan obat-obatan esensial.

- Menyiapkan rujukan.

- Memberikan asuhan sayang ibu selama persaalinan.

- Melakukan upaya pencegahan infeksi yang ddirekomendasikan

Menyiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi

________________________________________________________

Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan :

- Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan

terlindung dari tiupan angin.

- Sumber air bersih yang mengalir untuk cucci tangan dan mandi ibu sebelum dan

sesudah melahirkan.

- Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang ddididihkan dan didinginkan) untuk

membersihkan vulva dan perineum sebelum periksa dalam selama persalinan

dan membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.

- Air bersih dalam jumlah yang cukup, kloriin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan

sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan,

dekontaminasi dan proses peralatan.

- Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan.

Pastikan bahwa kamar kecil dan kamar mandi telah didekontaminasi dengan

larutan klorin 0,5%, dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum persalinan

dimulai (untuk melindungi ibu dari dari resiko infeksi) dan setelah bayi lahir

(melindungi keluarga terhadap resiko infeksi dari darah dan sekret tubuh ibu).

- Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jallan selama persalinan, melahirkan bayi

dan memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan bahwa

ibu mendapatkan privasi.

- Penerangan yang cukup, baik siang maupun malam.

- Tempat tidur yang bersih untuk ibu. Tutuppi kasur dengan plastik atau lembaran

yang mudah dibersihkan jika terkontaminasi selama persalinan atau kelahiran

bayi.

- Tempat yang bersih untuk memberikan asuhaan bayi baru lahir.

- Meja yang bersih atau tempat tertentu unttuk menaruh peralatan persalinan.

Menyiapkan Perlengkapan, Bahan-Bahan dan Obat-Obatan Esensial

_______________________________________________________________

Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi :

- Periksa semua peralatan sebelum dan setellah memberikan asuhan. Ganti

peralatan yang rusak atau hilang dengan segera.

- Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahann sebelum dan sesudah menolong

ibu bersalin dan melahirkan. Segera ganti obat apapun yang telah digunakan

atau hilang.

- Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahhan sudah bersih dan siap pakai.

Partus set, set jahit dan peralatan resusitasi bayi baru lahir sudah dalam kondisi

disinfeksi tingkat tinggi atau steril.

Menyiapkan Rujukan

____________________

Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu dan/atau bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

Jika ibu datang untuk asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia tidak siap dengan rencana rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang keperluan rencana rujukan. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan.

Memberikan Asuhan Sayang Ibu selama Persalinan

________________________________________________

Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu :

- Sapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikapp dan bertindak dengan tenang dan

berikan dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.

- Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleeh ibu atau anggota keluarganya.

- Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu uuntuk hadir dan memberikan

dukungannya.

- Waspadai tanda-tanda penyulit selama perssalinan dan lakukan tindakan yang

sesuai jika diperlukan.

- Siap dengan rencana rujukan.

Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk :

- Memberikan dukungan emosional.

- Membantu pengaturan posisi.

- Memberikan cairan dan nutrisi.

- Keleluasaan untuk ke kamar mandi secara tteratur.

- Pencegahan infeksi.

Dukungan Emosional

————————

Bekerjasama dengan anggota keluarga untuk :

- Mengucapkan kata-kata yang membesarkan haati.

- Membantu ibu bernapas pada saat kontraksii.

- Memijat punggung, kaki atau kepala ibu daan tindakan-tindakan bermanfaat

lainnya.

- Menyeka muka ibu dengan lembut, menggunakkan kain yang dibasahi air hangat

atau dingin.

- Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasaa aman.

Mengatur Posisi

——————

Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan pula suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali mempersingkat waktu persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan. Jangan membuat ibu dalam posisi terlentang, beritahukan agar ia tidak mengambil posisi tersebut.

Alasan : Jika ibu berbaring terlentang, berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dll) akan menekan vena kava inferior. Hal ini menyebabkan turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini akan menyebabkan hipoksia / kekurangan oksigen pada janin. Posisi terlentang juga akan memperlambat kemajuan persalinan (Enkin, et. al, 2000).

Pemberian Cairan & Nutrisi

—————————–

Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minun air) selama persalinan dan kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan tetapi setelah memasuki fase aktif mereka hanya menginginkan cairan saja. Anjurkan anggota keluarga menawarkan ibu minum sesering mungkin dan makanan ringan selama persalinan.

Alasan : Makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan akan memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.

Kamar Mandi

————–

Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan. Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih sering jika terasa ingin berkemih atau jika kandung kemih dirasakan penuh. Periksa kandung kemih pada saat akan memeriksa denyut jantung janin (lihat/palpasi tepat di atas simfisi pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh). Anjurkan dan antarkan ibu untuk berkemih di kamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi, berikan wadah penampung urin.

Alasan : Kandung kemih yang penuh akan :

- Memperlambat turunnya bagian terbawah jannin dan mungkin menyebabkan partus macet.

- Menyebabkan ibu tidak nyaman

- Meningkatkan resiko perdarahan pasca perssalinan yang disebabkan atonia uteri.

- Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu..

- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemihh pasca persalinan.

Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin.

Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung kemih penuh dan ibu tidak dapat berkemih sendiri.

Alasan : Kateterisasi menimbulkan rasa sakit, meningkatkan resiko infeksi dan perlukaan saluran kemih ibu.

Anjurkan ibu untuk buang air besar jika perlu jika ibu merasa ingin buang air besar saat persalinan aktif, lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan kepala bayi pada rektum. Jika ibu belum siap melahirkan, perbolehkan ibu untuk ke kamar mandi.

Jangan melakukan klisma secara rutin selama persalinan. Klisma tidak akan memperpendek waktu persalinan, menurunkan angka infeksi bayi baru lahir atau infeksi luka pasca persalinan, malahan akan meningkatkan jumlah tinja yang keluar selama kala dua persalinan (Enkin, et al, 2000)

Pencegahan Infeksi

———————

Anjurkan ibu untuk mandi pada awaal persalinan dan pastikan bahwa ibu memakai pakaian yang bersih. Mencuci tangan sesering mungkin, menggunakan peralatan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan sarung tangan pada saat diperlukan. Anjurkan anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka sebelum dan setelah melakukan kontak dengan ibu dan/atau bayi baru lahir.

Alasan : Pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan dalam melaksanakan prosedur pencegahan infeksi yang baik, akan melindungi penolong persalinan terhadap resiko infeksi.
BACA SELENGKAPNYA - Menyiapkan Kelahiran

Kardiotokografi dalam Persalinan

Kardiotokografi Persalinan

Kardiotokografi. Adalah suatu metoda elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam persalinan.

Pemeriksaan KTG biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya terdiri dari :

1. IBU

a. Pre-eklampsia-eklampsia

b. Ketuban pecah

c. Diabetes melitus

d. Kehamilan ³ 40 minggu

e. Vitium cordis

f. Asthma bronkhiale

g. Inkompatibilitas Rhesus atau ABO

h. Infeksi TORCH

i. Bekas SC

j. Induksi atau akselerasi persalinan

k. Persalinan preterm

l. Hipotensi

m. Perdarahan antepartum

n. Ibu perokok

o. Ibu berusia lanjut

p. Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.

2. JANIN

a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)

b. Gerakan janin berkurang

c. Suspek lilitan tali pusat

d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin

e. Hidrops fetalis

f. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.

g. Mekoneum dalam cairan ketuban

h. Riwayat lahir mati

i. Kehamilan ganda

j. Dan lain-lain

SYARAT PEMERIKSAAN KTG

1. Usia kehamilan ³ 28 minggu.

2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).

3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.

4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada KTG terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.

INDIKASI KONTRA KTG

Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan KTG terhadap ibu maupun janin.


PERSIAPAN PASIEN1

a. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).

b. Kosongkan kandung kencing.

c. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.

d. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.

e. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum maksimum DJJ

f. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir..

g. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum.

h. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman KTG.

i. Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.

j. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).

k. Lakukan pencetakkan hasil rekaman KTG.

l. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).

m. Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali alat pada tempatnya.

n. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.

o. Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter. PARAMEDIK (BIDAN) DILARANG MEMBERIKAN INTERPRETASI HASIL CTG KEPADA PASIEN
BACA SELENGKAPNYA - Kardiotokografi dalam Persalinan

18 October 2010

Gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis di desa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa adalah tingginya angka harapan hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai suatu negara berkembang, dengan perkembangannya yang cukup baik, makin tinggi usia harapan hidup pada waktu lahir orang Indonesia akan mencapai 70 tahun atau lebih pada tahun 2015-2020 (FKUI, 1999 : iv). Usia harapan hidup untuk pria 76 tahun dan wanita 82 tahun (WHO, 1995:15). Di Lampung usia harapan hidup penduduknya pada tahun 2004 mencapai 67,6 tahun, sedangkan Lampung Timur adalah 69,3 tahun (Dinkes Propinsi, 2004).
Meningkatnya usia harapan hidup bagi masyarakat mempunyai beberapa konsekuensi yaitu antara lain akan timbulnya berbagai masalah kesehatan. Khususnya bagi wanita didalam daur hidupnya akan mengalami berbagai masalah kesehatan terutama pada masa menopause dan pasca menopause (Baziad, 2000:35). Salah satu masalah kesehatan yang bisa terjadi pada masa menopause adalah osteoporosis.
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang paling banyak menyerang wanita yang telah menopause (Irawati, 2002:47).Akibat yang biasa terjadi dari osteoporosis adalah ketika tulang punggung menjadi lemah, maka akan mudah jatuh dan retak, apalagi jika disertai dengan patah tulang (fraktur).
Waktu menopause produksi estrogen dalam tubuh wanita mengalami penurunan yang drastis. Diantara banyak fungsinya estrogen memainkan peranan utama dalam melestarikan kekuatan tulang melalui kalsifikasi atau pemberian kalsium yang terus menerus. Dengan turunnya kadar estrogen, hormon yang berperan dalam proses ini yaitu vitamin D dan PTH (Parathyroid Hormone) menurun sehingga proses pematangan sel tulang (osteoblast) terhambat. Apabila ini berlanjut terus, maka penyerapan tulang dalam tubuh akan lebih cepat daripada pembentukan dalam tulang sehingga tulang menjadi lebih lunak, lebih lemah dan lebih mudah patah (Rachman, 2000:13).
Osteoporosis dapat terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, mengkonsumsi alkohol dan kurangnya aktifitas yang dilakukan sehari-hari mulai anak-anak sampai dewasa, serta minimnya pengetahuan masyarakat mengenai cara pencegahan osteoporosis terbukti dengan rendahnya konsumsi kalsium rata-rata di Indonesia yang hanya 254 mg perhari dari 1000-1200 mg perhari menurut standar internasional. Hal ini ditambah kenyataan bahwa gejala osteoporosis sering kali tidak menimbulkan gejala (silent desease), namun seringkali menunjukkan gejala klasik berupa nyeri punggung akibat fraktur kompresi dari satu atau lebih vertebrata (www.@promokes.go.id, 2006).
Berdasarkan data terbaru dari IOF (International Osteoporosis Foundation) menyebutkan sampai tahun 2000 ini diperkirakan 200 juta wanita mengalami osteoporosis (Hartono, 2000:2). Wanita 2-3 kali lebih banyak menderita osteoporosis dibandingkan laki-laki dengan prevalensi lebih kurang 35% wanita pasca menopause menderita osteoporosis dan 50% ostopenia (Baziad, 2003:75). Berdasarkan analisa data Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada 14 propinsi menunjukkan masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7 %. (www.Depkes.go.id, 2005).
Menurut laporan SP2TP tahun 2004 di Propinsi Lampung osteoporosis yang merupakan salah satu penyakit tulang dan jaringan pengikat menempati urutan ke-5 dari 10 (sepuluh) besar penyakit pada tahun 2004 dengan jumlah kasus 126.304 (9,32%) (Dinkes Propinsi, 2004). Dari beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung, kasus penyakit osteoporosis lama dan baru yang ada di daerah Lampung Timur pada triwulan IV tahun 2005 menempati urutan ke-3 dari jumlah penyakit terbanyak yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur sebanyak 4059 kasus (8,25%) (LB1 Dinkes Lampung Timur). Untuk wilayah Puskesmas Purbolinggo, penyakit tulang menempati urutan ke-2 sebanyak 143 kasus (8,1%) dari penyakit terbanyak pada bulan Januari 2006. Sedangkan pada bulan Februari 2006 menempati urutan ke-3 sebanyak 109 kasus (7,1%) (Seksi Puskesmas Lampung Timur).
Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur terdapat jumlah wanita berdasarkan golongan umur 46-50 tahun yaitu 151 orang (7,6%) (data desa Taman Bogo tahun 2005). Dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap 10 orang wanita pramenopause, ternyata ada 6 orang (60%) tidak tahu tentang osteoporosis yang mungkin akan terjadi pada masa menopause. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis yang terjadi pada masa menopause di Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis di Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur tahun 2006?”.

C. Tujuan Penelitian
D. 1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis.
E. 2. Tujuan Khusus
F. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis pada domain kognitif tingkat tahu.
G. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis pada domain kognitif tingkat paham.
H. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis pada domain kognitif tingkat aplikasi.

J. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti adalah sebagai berikut :
Jenis Penelitian : Studi Deskriptif
Obyek Penelitian : Tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis.
Subyek penelitian : Wanita yang berusia 46-50 tahun di Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.
Lokasi penelitian : Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.
Waktu Penelitian : Bulan April – Mei 2006.

K. Manfaat Penelitian
Bagi Petugas Pelaksana Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penyuluhan kepada wanita pramenopause tentang osteoporosis pada masa menopause.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan informasi untuk penelitian berikutnya.

BACA SELENGKAPNYA - Gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis di desa

Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia di SMA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia merupakan suatu gejala yang ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah dibandingkan dengan nilai normal pada usia tertentu (Rouli, 2005 : 176). Dampak anemia pada remaja putri yaitu pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi, mengakibatkan kebugaran/kesegaran tubuh berkurang, semangat belajar atau prestasi menurun, sehingga pada saat akan menjadi calon ibu dengan keadaan beresiko tinggi (www.gizi.net, 2004), Anemia juga berakibat gangguan konsentrasi, daya ingat rendah , kecerdasan intelektual yang rendah yang tentunya berdampak pada prestasi mereka disekolah, jika mayoritas anak perempuan menderita anemia, dampaknya akan berlanjut. Mengingat, mereka adalah para calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus, jika tidak ditanggulangi, dikhawatirkan akan meningkatkan resiko perdarahan pada saat persalinan yang dapat menimbulkan kematian ibu. Calon ibu yang menderita anemia bisa melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. (www.cyberwoman.cbn.net.id, 2007).
Sebagian besar anemia disebabkan kurangnya zat besi atau fe dalam tubuh, hal ini karena masyarakat Indonesia khususnya wanita kurang menkonsumsi sumber makanan hewani yang merupakan sumber zat besi yang mudah diserap. Sebagian bahan makanan nabati merupakan sumber zat besi tinggi tetapi sulit diserap, sehingga dibutuhkan porsi yang besar untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam sehari, jumlah tersebut tidak mungkin terkonsumsi. Kebutuhan zat besi pada wanita tiga kali lebih besar dari pada kebutuhan pria. Hal ini antara lain karena wanita mengalami haid setiap bulan yang berarti kehilangan darah secara rutin dalam jumlah yang cukup banyak. Hal lain yang memperberat terjadinya anemia pada wanita adalah sering melakukan diet pengurangan berat badan karena faktor ingin langsing. Sehingga sering kali wanita memasuki masa kehamilannya dengan kondisi dimana cadangan besi dalam tubuhnya kurang atau terbatas (Depkes, 2002). Menurut Lubis (www.infosehat.com,diakses pada april 2008) faktor ketidaktahuan dan faktor kebiasaan atau budaya juga mempengaruhi terjadinya anemia.
Menurut Conrad (2003) prevalensi anemia sekitar 10 – 30% dimana sebagian besar berada dinegara sedang berkembang, termasuk Indonesia (www.bluefame.com). Prevalensi anemia di Indonesia masih tinggi. Survei kesehatan rumah tangga tahun 2001 menunjukkan angka kejadian anemia pada anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5% dan wanita usia subur berkisar 40% kemudian jenis dan besaran masalah gizi di Indonesia 2001 hingga 2003 menunjukkan 8,1 juta anak dan 3,5 juta remaja dan wanita subur menderita anemia gizi besi, 11 juta anak pendek, dan 30 juta kelompok usia produktif kurang energi kronis (www.kesrepro.info, 2005). Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 menunjukkan tingginya kejadian anemia pada kelompok umur tertentu yaitu usia sekolah dan lebih sering terjadi pada wanita (www.mediscatore.com, 2007). Menurut supari Jumlah penderita anemia di Indonesia yang berasal dari kelompok anak usia sekolah (6-18 tahun) mencapai 65 juta jiwa (www.seputar-indonesia.com, 2007). Hasil Penelitian yang dilakukan PT. Merck Tbk. di Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatra Utara angka kejadian anemia cukup tinggi. Di Jawa Timur melibatkan 5959 perserta tes darah ternyata 33% diantaranya anemia di Jawa Barat yang melibatkan 7439 peserta ternyata 41% anemia, sedangkan di Sumatra Utara dari 9377 peserta ternyata 33% diantaranya anemia (www. dkk-bpp.com, 2008). Propinsi lampung tercatat sebagai peringkat pertama wilayah Sumatra untuk jumlah penderita anemia dan peringkat kedua untuk cacingan. Menurut survei yang dilakukan Mercy Corps Amerika dari sampel 641 siswa ternyata 56,25% anak menderita anemia dan 46,64% menderita cacingan (www.lampung¬post.com, 2006).
Pemerintah sejak tahun 1997 telah merintis langkah-langkah baru dalam upaya mencegah dan menanggulangi anemia gizi WUS dengan mengintervensi WUS lebih dini lagi sejak usianya masih remaja. Strategi baru program penanggulangan anemia gizi WUS tersebut dikembangkan dalam upaya mempersiapkan kondisi fisik perempuan sebagai calon ibu sebaik mungkin sejak usianya remaja, agar pada saat mereka hamil sudah tidak lagi menderita anemia. (Depkes, 2002)
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa anemia mempunyai dampak yang buruk, oleh karena itu perlu dilakukan permasyarakatan tentang anemia sejak awal yaitu pada masa pertumbuhan terutama pada remaja putri mengingat remaja putri merupakan calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus dan untuk meminimalkan resiko perdarahan akibat anemia pada saat persalinan disebabkan kurangnya pengetahuan tentang anemia. Berdasarkan data pra survey yang dilakukan penulis di SMA Kartikatama Metro terdapat 197 remaja putri kelas I dan 183 remaja putri kelas II. Saat dibagikan kuesioner prasurvey kepada 10 orang remaja putri ternyata 4 orang (40%) pengetahuannya tentang anemia tidak baik, 5 orang (50%) kurang, dan 1 orang (10%) pengetahuannya cukup. Berdasarkan latar belakang di atas penulis berminat untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan sikap remaja putri kelas I dan kelas II tentang anemia di SMA Kartikatama Metro.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut ”Bagaimanakah gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Anemia di SMA Kartikatama Metro tahun 2008?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian : Deskriptif.
2. Subjek Penelitian : Remaja putri Kelas I dan II SMA Kartikatama Metro.
3. Objek Penelitian : Tingkat Pengetahuan dan Sikap remaja putri kelas I dan II SMA Kartikatama Metro tentang Anemia.
4. Lokasi Penelitian : di SMA Kartikatama Metro.
5. Waktu Penelitian : Tanggal 3-4 juni 2008

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri kelas I dan II tentang anemia di SMA Kartikatama Metro.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas I dan II tentang pengertian anemia
b. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas I dan II tentang gejala anemia.
c. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas I dan II tentang penyebab anemia
d. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri kelas I dan II tentang dampak anemia.
e. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri kelas I dan II tentang pencegahan dan penanggulangan anemia

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan SMA Kartikatama Metro
Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dan sebagai masukan informasi bagi pihak sekolah tentang anemia terhadap remaja (Peserta didik) saat ini sehingga pihak sekolah dapat membantu kualitas dan kuantitas pendidikan dalam bidang kesehatan.
2. Bagi Institusi Kesehatan Prodi Kebidanan Metro
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menambah pengetahuan mahasiswi prodi Kebidanan Metro, khususnya tentang anemia.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman serta mendapat gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

BACA SELENGKAPNYA - Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia di SMA

Gambaran teknik menyusui minggu pertama pada ibu primipara di BPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehadiran bayi yang baru saja lahir merupakan saat paling membahagiakan buat pasangan suami istri, tentu banyak hal harus disiapkan, dan salah satu terpenting adalah memberinya Air Susu Ibu (ASI)/menyusui. Menurut pernyataan bersama World Heald Organization (WHO)/United Nations International Children Emergency Fund (UNICEF) menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan unik terhadap kesehatan ibu dan bayi (Perinasea, 1994). Memberikan ASI pada bayi harus didukung pula dengan teknik menyusui yang benar agar manfaat dari ASI tersebut juga lebih maksimal.
Pengalaman Roesli sebagai dokter spesialis anak menunjukkan, dari 100 orang ibu yang tidak bisa menyusui, hanya dua memiliki kesalahan hormonal atau fisik, sedangkan yang lain karena kesalahan manajemen laktasi. Perlu diingat jika bayi kekurangan ASI umumnya bukan karena ibu tidak dapat memproduksi ASI cukup untuk si bayi, namun karena bayi tidak dapat mengambil ASI sebanyak yang ia perlukan. Hal ini pada umumnya disebabkan posisi menyusui kurang tepat. Posisi menyusui disini adalah posisi mulut bayi dengan puting susu ibu (Gunawan, 1999).
Ibu - ibu terlihat dapat menyusukan/menetekkan, tetapi cara bagaimana menyusukan dengan teknik sebaik-baiknya sehingga banyak susu keluar dari buah dada dan tidak meyebabkan puting susu lecet, atau menyebabkan bayi menelan hawa terlalu banyak sehingga muntah, belum banyak diketahui oleh ibu muda atau calon ibu. Tidak jarang bayi di beri susu buatan karena disangka ibunya kurang mengeluarkan susu, namun sebenarnya kurangnya pengeluaran air susu ibu disebabkan kesalahan teknik menyusui (Oswari, 1999).
Keluhan dan kesulitan saat menyusui sering muncul, apalagi jika ibu adalah pengalaman pertama. Mulai dari ASI tidak keluar dengan lancar, puting payudara luka, hingga si kecil rewel karena belum bisa menyusu dengan benar. Kesulitan menyusui biasanya terjadi ketika ibu baru melahirkan anak pertama. Selain ini merupakan pengalaman baru, biasanya ibu juga masih canggung dalam menggendong si kecil, atau bahkan mudah panik jika dia menangis keras karena sesuatu hal. Sebaliknya bayi baru lahir harus belajar cara menyusui yang benar (Supriyadi, 2002).
Minggu pertama setelah persalinan seorang ibu lebih peka dalam emosi, maka seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui (Soetjiningsih, 1997). Minggu pertama juga merupakan masa adaptasi ibu, dimana dalam teory rubbin dibagi menjadi beberapa tahap yaitu taking in, taking on/hold, letting go. Terutama pada periode taking on/hold ibu berusaha keras untuk menguasai tentang keterampilan merawat bayi misal: menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok (Depkes RI, 1999).
Kurangnya asupan ASI pada minggu pertama akan berdampak ikterik pada bayi. Kebanyakan ikterik adalah keadaan fisiologis yang merupakan tindakan penyesuaian protektif terhadap lingkungan di luar uterus. Ikterik fisiologis biasanya terjadi pada 2 – 3 hari setelah kelahiran, biasanya hilang dalam 7 – 10 hari, meskipun kadar bilirubin tetap meningkat untuk beberapa minggu. Biasanya mencapai puncak 3 – 5 hari setelah kelahiran yaitu <>

BACA SELENGKAPNYA - Gambaran teknik menyusui minggu pertama pada ibu primipara di BPS

Gambaran puskesmas mampu pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (PONED) di Puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, merupakan suatu masalah yang sejak tahun 1990-an mendapat perhatian besar dari berbagai pihak. AKI di Indonesia tahun 2003 adalah 307/100.000 kelahiran hidup dan penurunan AKI pada tahun tersebut mencapai 32% dari kondisi tahun 1990. Keadaan ini masih jauh dari target harapan yaitu 75% atau 125/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 35/1000 kelahiran hidup pada tahun 2010 (Dinas kesehatan Provinsi Lampung, 2006 : 1).
Penyebab kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. Menurut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 sebab kematian ibu karena perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi 11%, komplikasi puerperium 8%, emboli Obstetri 3% dan lain-lain 11%. Sedangkan penyebab kematian neonatal karena BBLR 29%, asfiksia 27%, masalah pemberian minum 10%, tetanus 10%, gangguan hematologi 6%, infeksi 5% dan lain-lain 13% (Rachmawaty, 2006 : 1)
Upaya menurunkan AKI dan AKB beberapa upaya telah dilakukan. Upaya tersebut diantaranya adalah mulai tahun 1987 telah dimulai program safe motherhood dan mulai tahun 2001 telah dilancarkan Rencana Strategi Nasional making pregnancy safer (MPS). Adapun pesan kunci MPS adalah : (1) Setiap persalinan, ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih; (2) Setiap komplikasi Obstetri dan neonatal mendapatkan pelayanan yang adekuat; (3) Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Realisasi dari MPS tersebut di tingkat Puskesmas yang mempunyai dokter umum dan bidan, khususnya puskesmas dengan rawat inap dikembangkan menjadi Puskesmas mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) (Koesno, 2004 : 3).
Puskesmas mampu PONED menjadi tempat rujukan terdekat dari desa sebagai pembina bidan dan mendekatkan akses pelayanan kegawatdaruratan pada ibu hamil dan bersalin karena komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak dapat diduga atau diramalkan sebelumnya (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2006 : 1). Pengembangan Puskesmas mampu PONED dengan melatih tenaga dokter, perawat dan bidan serta melengkapi sarana dan prasarana sesuai syarat-syarat yang telah ditetapkan diharapkan dapat mencegah dan menangani komplikasi kehamilan dan persalinan sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB. Puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung dengan cakupan ibu hamil resiko tinggi 228 orang dari 1140 ibu hamil pada tahun 2006, (Laporan Puskesmas Rawat Inap KP Kotamadya Bandar Lampung 2007 : 1). Maka dari hasil evaluasi tahun 2006 Puskesmas Panjang ditunjuk untuk dikembangkan menjadi Puskesmas mampu PONED sejak bulan Oktober 2006 (Laporan Puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung, 2006 : 1).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : ”Gambaran Puskesmas mampu Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Perawatan panjang Kota Bandar Lampung tahun 2007”.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Gambaran Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2007?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui gambaran Puskesmas mampu Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2007.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini meliputi :
a. Untuk mengetahui gambaran langkah-langkah persiapan pengembangan menjadi Puskesmas Mampu PONED di Puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2007.
b. Untuk mengetahui gambaran ketenagaan Puskesmas Mampu PONED di Puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2007.
c. Untuk mengetahui gambaran jenis pelayanan yang diberkan puskesmas mampu PONED di puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2007.
d. Untuk mengetahui gambaran cakupan pelayanan dasar Ibu puskesmas mampu PONED di puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2007.
e. Untuk mengetahui gambaran sarana yang dimiliki sebagai puskesmas mampu PONED di puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2007.
f. Untuk mengetahui gambaran kompetensi bidan Puskesmas Mampu PONED di Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2007
g. Untuk mengetahui tugas bidan yang diperlukan Puskesmas Mampu PONED di Puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2007.
h. Untuk mengetahui gambaran evaluasi Puskesmas Mampu PONED di Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2007
i. Untuk mengetahui pemantauan Puskesmas Mampu PONED di Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2007.
j. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan Puskesmas Mampu PONED di Puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2007.

D. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini antara lain:
1. Lokasi dan waktu penelitian : penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung pada tanggal 8 Juni 2007.
2. Variabel penelitian : variabel bebas penelitian ini adalah langkah-langkah persiapan pengembangan, ketenagaan, jenis pelayanan, cakupan pelayanan, sarana, kompetensi bidan, tugas bidan, pemantauan, evaluasi dan pembinaan.
3. Jenis penelitian : deskriptif.
4. Subjek dan objek penelitian : subjek penelitian ini adalah Tenaga Kesehatan di Instalasi PONED Puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung, sedangkan objek penelitian ini adalah Puskesmas Perawatan mampu PONED Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung.

E. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan atau gambaran informasi dan evaluasi tentang perkembangan puskesmas mampu PONED di Puskesmas Perawatan Panjang dan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung khususnya
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk evaluasi dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya ibu hamil dan bersalin.
3. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan tentang program puskesmas mampu PONED dalam silabus pembelajaran bagi Institusi Program Studi Kebidanan Metro Poltekes Tanjung Karang.
4. Sebagai bahan perbandingan dan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang Puskesmas Mampu PONED bagi Penelitian lainnya,


BACA SELENGKAPNYA - Gambaran puskesmas mampu pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (PONED) di Puskesmas

17 October 2010

Manajemen Laktasi

MANAGEMEN LAKTASI

Pendahuluan

Perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak sangat dipengaruhi oleh ibu. Sejak masa kehamilan janin menerima nutrisi dari ibu melalui plasenta.pada masa bayi didalam tubuh ibu secara alami telah disediakan makanan yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya berupa ASI.

Banyak ahli sepakat ASI lebih unggul daripada susu formula atau susu sapi. Pada abad ke-19 beberapa studi kedokteran yang dilakukan di Eropa menunjukkan angka kematian dan kesakitan bayi – bayi yang diberikan ASI ternyata lebih rendah daripada yg diberi susu formula.

4.Payudara bengkak

Kadang payudara bengkak atau penuh,oedema ringan oleh hambatan vena atau saluran limfe akibat ASI yang menumpuk.Faktor2 yang penyebab payudara bengkak:bayi tidak menyusu dengan kuat,posisi bayi pada payudara salah sehingga proses menyusui tidak benar,putting susu datar atau terbenam.

5.Saluran susu tersumbat.

Keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu /duktus laktiferus.

6.Mastitis dan abses payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara ,bagian yang terkena menjadi merah,bengkak,nyeri dan panas,suhu tinggi kadang2 menggigil,terjadi pada minggu 1-3 setelah melahirkankarena lanjutan dari sumbatan saluran susu.

Cara mengatasinya:

* Memberikan antibiotika dan simtomatik terhadap nyeri
* Kompres air hangat
* Ibu cukup istirahat dan banyak minum
* Sebelum terbentuk abses ,menyusui tetap di berikan.
* Apabila terjadi abses ,rujuk ke dokter bedah untuk di insisi
* Pemberian antibiotika dosis tinggi,analgesik/anti piretik
* Ibu harus cukup istirahat
* Bayi dihentikan menyusu

penutup

Menyusui adalah proses alami manusia tetapi tidak sederhana seperti yang di bayangkan khalayak umum.Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan ini. Agar menyusui berhasil, setiap ibu harus percaya dapat melakukannya dengan didukung petunjuk pengetahuan dan manajemen praktek menyusui yang benar dan tepat. Persiapan dini sejak masa kehamilan hingga menyusui sangat membantu kelancaran proses menyusui secara keseluruhan.

Penggunaan ASI telah dideklarasikan sebagai gerakan nasional yang merupakan upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.Untuk mencapai keberhasilan gerakan nasional perlu didukung oleh peran serta seluruh anggota masyarakat para ibu sebagai pelopor peningkatan kualitas sumberdaya indonesia.praktek menyusui yg baik dan benar setiap ibu perlu mempelajarinya.bukan pada ibu yang pertama kali hamil dan melahirkan tetapi juga ibu – ibu yang melahirkan anak yang ke 2 dan seterusnya.

peranan petugas kesehatan sangat penting dalam melindungi,meningkatkan, dan mendukung usaha menyusui baik sebelum, selama maupun setelah kehamilan dan persalinan.Petugas kesehatan harus mampu memotivasi , memberikan bimbingan dan penyuluhan manajemen menyusui dikalangan ibu.Dukungan tenaga kesehatan ini akan sangat menentukan suksesnya kampaye ASI disamping dukungan keluarga dan lingkungan.

Dengan mengikuti dan mempelajari pengetahuan mengenai menyusui atau laktasi diharapkans etiap ibu hamil,bersalin dan menyusui dapat memberikan ASI secara optimal sehingga bayi dapat tumbuh kembang normal sebagai calon sumberdaya manusia yang berkualitas.

A. ASI LEBIH BAIK DARIPADA SUSU FORMULA

ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 – 6 bulan pertama kehidupan.

keunggulan ASI dibanding susu formula adalah :

1. ASI praktis,ekonomis,dan hygienis.

2.Mengandung semua bahan / zat gizi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.

3.Dapat diberikan dimana aja dan kapan s aja dalam keadaan segar, bebas bakteri dan suhu yang sesuai,tanpa penggunaan alat bantu.

4.Bebas dari kesalahan dalam penyediaan / takaran.

5.Problem kesulitan pemberian makanan pada bayi jauh lebih sedikit daripadea bayi yang mendapat susu formula buatan.

6.Mengandung imunoglobulin

7.Mencegah terjadinya keadaan gizi salah.

Sedangakan menyusui bayi mempuyai keuntungan keuntungan sebagai berikut :

1.Menyusui membantu menghentikan perdarahan setelah melahirkan.

2.Menyusui berdasarkan permintaan membantu mencegah kehamilan.

3.Menyusui baik secara kejiwaan atau psikologi bagi ibu dan bayi menimbulkan kedekatan secara emosional yang baik.

B.PRODUKSI ASI

Hari pertama setelah persalinan seringkali payudara ibu terasa kosong.air susu yang pertama kali dikeluarkan terasa sedikit disebut susu jolong/ kolostrum berwarna kekuningan.kolostrum mengandung sel darah putih dan protein imunoglobulin pembunuh kuman.kolostrum dianggap sebagai imunisasi pertama yang diterima bayi baru lahir.

1.Hormon dan Refleks yang berperan menghasilkan ASI

ASI dihasilkan oleh ekrja gabungan hormon dan refleks.Pada kehamilan terjadi perubahan hormon untuk mempersiapkan produksi ASI.setelah persalinan perubahan hormon membuat payudara menghasilkan ASI.

2hormon tersebut adalah

* Hormon prolaktin /hormon produksi ASI dihasilkan oleh eklenjar hipofise didasar otak yang membuat sel kelenjar payudara menghasilkan ASI.Hormon ini mempunyai efek penting dalam menekan fungsi indung telur sehingga memperlambat kesuburan atau haid.
* Hormon oksitosin/ hormon pengeluaran ASI dihasilkan dari bagian belakang hipofise hormon ini membuat otot – otot mengkerut dan memeras ASI keluar.

REFLEKS-REFLEKS MENYUSUI PADA IBU DAN BAYI

Pada saat menyusui akan terjadibeberapa refleks pada ibu an bayi yang penting pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui.

Refelks yang terjadi pada ibu yaitu rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap putting susu diantaranya:

1. Refleks Prolaktin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin), hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. makin sering bayi menghisap, makinbanyak prolaktin yang lepas makin banyak pula ASI yang diproduksi. maka cara yang terbaik mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalh menyusui bayi sesering mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu ibu pada mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.
2. Refleks Oksitosin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar susu dan saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar menuju putting susu. ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak.

Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadang-kadang juga menghambatnya. perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu. refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan menghentikan perdarahan persalinan.

Refleks yang terjadi pada bayi diantaranya:

* Rooting Refleks, bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah sentuhan. bila bibirnya dirangsang atau disentuh dia akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.
* Sucking Refleks, atau refleks menghisap. refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut bayi. jika putting susu menyentuh langit-langit belakang mulut bayi terjadi refleks menghisap dan terjadi tekanan terhadap daerah aerola oleh gusi, lidah, serta langit-langit, sehingga isi sinus laktiferus (tempat penampungan ASI pada payudara) diperas keluar kedalam rongga mulut bayi.
* Refleks Menelan, bila ada cairan didalam rongga mulut terjadi refleks menelan.

2. PEMASOKAN DAN KEBUTUHAN PENGELUARAN ASI

Payudara memasok ASI sebanyak kebutuhan bayi, bila bayi menghisap lebih sering, payudara akan membuat ASI lebih banyak. bila bayi berhenti menghisap sama sekali atau tidak pernah memulainya payudara akan berhenti membuat ASI.

Bila ASI tidak dikeluarkan payudara akan menghasilkan ASI lebih sedikit. agar ASi dapat dibuat terus maka penting untuk mengeluarkan ASI dari payudara.

3. PERSIAPAN LAKTASI SEJAK DINI

Persiapan menyusui perlu dilakukan seawal mungkin pada setiap wanita hamil dan para ibu hendaknya mengetahui upaya-upaya yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI/ menyusui.

KLINIK ANTENATAL

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam klinik Antenatal bagi ibu hamil adalah :

1. Gizi ibu hamil, dari konsumsi zat gizi yang masuk kedalam tubuh serta cadangan yang ada pada wanita hamil dan menyusui akan digunakan untuk aktivitas dan metabolisme tubuh ibu, dan proses pembentukan ASI, nilai kalori serta zat gizi dari ASI itu sendiri.
2. Perilaku ibu hamil
a.kecukupan istirahat
Wanita hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam sehari, kegiatan dan gerakannya sehari-hari harus memperhatikan perubahan fisik dan mental yang terjadi pada dirinya .Diantara waktu tersebut harus adawaktu untuk istirahat (santai) guna melemaskan otot-otot.
b.Tidak merokok,minum alkohol,kopi,soda.
Termasuk menjauhi asap rokok dari orang lain.minuman kopi dan minuman soda dapat mengurangi kemampuan usus untuk menyerap kalsium dan zat besi.
3. obat-obatan

Pemakaian obat-obatan selama hamil hanya atas petunjuk bidan atau dokter, terutama menjelang persalinan perlu diperhatikan, agar tidak berpengaruh terhadap laktasi.

4. keluhan lain

A danya keluhan lain, misalnta sakit gigi /mulut,infeksi lainya.

5.Hygiene personal dan lingkungan.

Kebersihan diri dan pakaian yang nyaman perlu mendapat perhatian untuk menjaga kesehatan .pilihlah pakaian yang longgar ,ringan dan mudah menyerap keringat.

6. Pendukung

Sebaiknya selama 3bulan terakhir kehamilan,seorang ibu telah menentukan dokter yang akan mengawasinya persalinan anaknya.Kerjasama antara tenaga penolong persalinan dan dokter anak juga harus di bina.

PERAWATAN PAYUDARA

Demi keberhasilan menyusui ,payudara memerlukan perawatan sejak dini secara teratur .Perwatan selama kehamilan bertujuan agar selama menyusui kelak produksi asi cukup.tidak terjadi kelainan pada payudara dan payudara tetap baik setelah menyusui.

Pada umumnya wanita dalam kehamilan 6-8 minggu akan mengalami pembesaran payudara,akan lebih padat,kenyal,kencang,sakit dan tampak jelas di permukaan kulit adanya gambaran pembuluh darah yang bertambah serta melebar. kelenjar Montgomery pada daerah areola tampak lebih nyata dan menonjol.

Guna menunjang perkembangan payudar dalam kehamilan perlu di lakukan sbb:

1.Pemakaian BH yang tepat,sebaiknya ibu hamil harus memakai bra yang tepat dan ukuran yang sesuai dapat menopang perkembangan payudara.

2.Latihan otot-otot yang menopang payudara.

3.Hygiene payudara

Kebersihan/hygiene payudara juga harus di perhatikan ,khususnya daerah papila dan aerola .pada saat mandi sebaiknya papila dan areola tidak di sabuni.untuk menghindari keadan kering dan kaku akibat hilangnya lendir pelumas yang dihasilkan kelenjar Montgomery.Areola dan papila yang kering akan memudahkan terjadinya lecet dan infeksi.

D. HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PRAKTEK LAKTASI

Untuk mencapai keberhasilan menyusui,para ibu perlu mengetahui sedikit banyak pengetahuan tentang menyusui yang benar.

Hal-hal berikut ini merupakan beberapa hal yang perlu di perhatikan setiap ibu demi kelancaran menyusui antara lain :

1.Nutrisi ibu menyusui

Meskipun umumnya keadaan gizi pada ibu hanya akan mempengaruhi kuantitas dan bukan kualitas asinya, ibu menyusui sebaiknya tidak membatasi konsumsi makananya. Penurunan berat badan sesudah melahirkan sebaiknya tidak melebihi 0,5 kg/minggu.Pada bulan pertama menyusui, yaitu saat bayi hanya mendapatkan ASI saja (”exlusive breastfeeding period”), ibu membutuhkan tambahan kalori sebanyak 700 kkl/hari, pada 6 bulan berikutnya 500 kkal/hari dan pada tahun kedua 400 kkal/hari.

Jumlah cairan yang dibutuhkan ibu menyusui dianjurkan minum 8 – 12 gelas perhari.

2. Istirahat

Bila laktasi tidak berlangsung baik biasanya penyabab utamanya adalah kelelahan pada ibu.Oleh karena itu, istirahat dan tidur yang cukup merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi.

3. Obat – obatan

Pemakaian obat – obatan dalam masa menyusui perlu mendapat perhatian, apakah mempunyai efek samping yang positif atau negatif terhadap laktasi. Contoh obat yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu pil KB yang mengandung hormon estrogen.

4.Posisi ibu-bayi yang benar saat menyusui

Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui dengan benar, bayi menempel betul pada ibu mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara, mulut bati membuka lebar, sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi menghisap ASI pelan-pelan dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit dan puting terhadap lengan bayi berada pada satu garis lurus.

5. Penilaian kecukupan ASI pada bayi

Bayi usia 0 – 4 bulan atau 6 bulan dapt dinilai cukup pemberian ASInya bila tercapai keadaan sebagai berikut:

a. Berat badan lahir telah pulih kembali setelah bayi berusia 2 minggu

b. Kenaikan berat badan dan tinggi badan sesuai dengan kurve pertumbuhan normal

c. Bayi banyak ngompol sampai 6 kali atau lebih dalam sehari

d. Tiap menyusui, bayi menyusu kuat (rakus).

e. Payudara ibu terasa lunak setelah disusukan dibanding sebelumnya

6. Diluar waktu menyusui

Jangan membiasakan bayi menggunakan dot atau kempeng. Berikan ASI dengan sendok bila ibu tidak dapat menyusui bayinya.

7. Ibu bekerja

Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus. Jangan juga membiasakan bayi menyusu dengan botol bila masa cuti telah habis dan ibu harus bekerja kembali.

8. Pemberian makanan pendamping ASI

Makanan pendamping ASI hendaknya diberikan mulai usia bayi 4 – 6 bulan. BIla ibu bekerja sebaiknya makanan pendamping ASI diberikan pada jam kerja, sehingga ASI tetap diberikan setelah ibu berada di rumah.

9. Penyapihan

Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secara bertahap dengan jalan meningkatkan frekuensi pemberian makanan anak dan menurunkan frekuensi pemberian ASI secara bertahap dalam kurun waktu 2 – 3 bulan.

10. Klinik laktasi

Pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak harus memiliki pelayanan yang dapat meyakinkan setiap ibu dalam masa menyusui bahwa ia selalu dapat berkonsultasi untuk setiap masalah laktasi yang dialaminy. Untuk itu perlu diadakan klinik laktasi atau tenaga terlatih untuk membantunya pada sarana pelayanan kesehatan yang terdekat.

11. Kelompok pendukung ASI

Perlu dibina adanya kelompok pendukung ASI DI lingkungan masyarakat, yang dapat merupakan sarana untuk mendukung ibu-ibu di lingkungan tersebut agar berhasil menyusui bayinya, dibantu oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan tersebut. Melalui kelompok ini, ibu-ibu menyusui dapat mengadakan diskusi dan mendapat bantuan bila mengalami masalah dalam menyusui bayinya.

E. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUI YANG BAIK DAN BENAR

LANGKAH-LANGKAH MENYUSUI

Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar meliputi hal-hal berikut :

1. Persiapan mental dan fisik ibu menyusui

Ibu yang akan menyusui harus dalam keadaan tenang. Bila perlu minum segelas air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam keadaan lapar dan haus. Sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan, seperti kursi dengan sandaran punggung dan sandaran tangan, bantal untuk menopang tangan yang menggendong bayi.

2. Hygiene personal ibu menyusui

Sebelum menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus dicuci bersih. Sebelum menyusui, tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian dioleskan ke seluruh puting dan areola. Cara menyusui yang terbaikadalah bila ibu melepaskan BH dari kedua payudara.

3. Menyusui bayi sesuai dengan permintaan bayi

Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya (”on demand“), jangan dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua payudara kiri dan kanan secara bergantian, masing-masing sekitar 10 menit. Mulailah dengan payudara sisi terakhir yang disusui sebelumnya. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.

4. Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui tadi. Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai BH. Langkah ini berguna untuk mencegah lecet.

5. Membuat bayi bersendawa setelah menyusui harus selalu dilakukan, untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak kembung dan muntah.

Bila terjadi keadaad lecet pada puting dan atau sekitarnya, sebaiknya ibu tetep menyusui dengan mendahului pada puting yang tidak lecet. Sebelum diisap, puting yang lecet dapat diolesi es untuk mengurangi rasa sakit. Yang lebih penting dari kejadian ini adalah mencari penyebab lecet tersebut yang tentunya harus dihindari.

Keadaan engorgement (payudara bengkak) yang sering terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang. Untuk mengatasinya, kompres payudara dengan handuk hangat kira-kira 4-5 menit, kemudian dilakukan masase dari tepi ke arah puting hingga ASI keluar. Setelah itu baru bayi disusukan. Jangan
BACA SELENGKAPNYA - Manajemen Laktasi

Inisiasi Menyusui Dini

Contoh Inisiasi yang salah :

Tidak Perlu Memaksakan bayi yang belum siap untuk inisiasi

bayi yang sama menunjukan kesiapan untuk minum 30-40 menit setelah dilahirkan

TATALAKSANA INISIASI MENYUSU DINI

  1. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat melahirkan
  2. Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan.
  3. Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisan lemak putih (verniks).
  4. Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju, tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi dan kemudian selimuti kedua agar tidak kedinginan.
  5. Anjurkan ibu memberikan sentuhan kepada bayi untuk merangsang bayi mendekati puting.
  6. Biarkan bayi bergerak sendiri mencari puting susu ibunya.
  7. Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu selama minimal satu jam walaupun proses menyusu telah terjadi. Bila belum terjadi proses menyusu hingga 1 jam, biarkan bayi berada di dada ibu sampai proses menyusu pertama selesai
  8. Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur, dan memberikan suntikan vitamin K1 sampai proses menyusu pertama selesai.
  9. Proses menyusu dini dan kontak kulit ibu dan bayi harus diupayakan meskipun ibu melahirkan dengan cara operasi atau tindakan lain.
  10. Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain, kecuali ada indikasi medis yang jelas.
BACA SELENGKAPNYA - Inisiasi Menyusui Dini

Agar ASI Lancar di Awal Masa Menyusui

Idealnya proses menyusui dapat segera dilakukan begitu bayi lahir. Bayi yang lahir cukup bulan akan memiliki naluri utk menyusu pada ibunya di 20 – 30 menit setelah ia lahir. Itupun jika ia tidak mengantuk akibat pengaruh obat ataupun anastesi yang diberikan ke ibu saat proses melahirkan.

Di jam-jam pertama, bayi akan relatif tenang, terjaga dan memiliki kemampuan bawaan utk melakukan proses latch-on (proses masuknya sebagian besar ke dalam mulut bayi hingga ia dapat "mengunci" dan menyusu dg baik) dan menyusu dengan baik. Riset menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang diletakkan di perut ibu sesaat setelah ia lahir, akan mampu mencari payudara ibu dan menyusu dengan baik dalam kurun waktu kurang dari 50 menit. Memisahkan bayi dari ibunya sebelum hal tsb dilakukan akan membuat bayi kehilangan kesempatan besar. Bayi akan mengantuk dan kehilangan minatnya utk menyusu pada ibunya. Akibatnya proses inisiasi menyusui mengalami hambatan (Righard and Alade 1990; Widstrom et al. 1990; Wang and Wu 1994). Oleh karena itu, pastikan bahwa bayi mendapatkan kesempatan utk melakukan proses inisiasi menyusui paling tidak satu jam pertama setelah ia lahir. Hal ini akan menunjang proses lancarnya ASI di kemudian hari.

Meskipun proses menyusui dapat segera ibu lakukan setelah bayi lahir, beberapa bayi nampak tidak dapat latch on dengan baik setelah ia lahir. Hal ini disebabkan pengaruh epidural atau anastesi lainnya yang diberikan ibu selama masa melahirkan. Beberapa jenis anastesi mengurangi refleks bayi mencari payudara ibu dan menyusu pada ibunya, juga meningkatnya temperatur tubuh bayi dan tangisan bayi (Ransjo-Arvidson et al. 2001).

Namun perlu dipahami bahwa jika bayi tidak dapat menyusu setelah ia lahir bukan akhir dari segalanya. Segera minta bantuan dari ahli laktasi jika bayi sulit menyusui atau melakukan latch on. Sehingga problem tersebut dapat segera diatasi. Selanjutnya, semakin seringnya bayi disusui makin meningkatkan reseptor hormon prolaktin (Lihat kolom di halaman 144.)

Jika menyusui di jam-jam pertama kelahiran tidak dapat dilakukan, alternatif terbaik berikutnya adalah memerah ASI atau pompa ASI selama 10-20 menit tiap 2 hingga 3 jam sekali, hingga bayi dapat menyusu. Tindakan tsb dapat membantu memaksimalkan reseptor prolaktin dan meminimalkan efek samping dari tertundanya proses menyusui oleh bayi. Jika ibu melahirkan di RS atau di klinik melahirkan, biasanya disediakan breastpump elektrik dan ibu butuh bantuan menggunakannya. Perawat, konsultan laktasi ataupun bidan dapat membantu ibu dalam menggunakan alat tsb.

Suasana yang menyenangkan, tenang dan nyaman akan membantu saat-saat berduaan dan terciptanya bonding antara ibu dan bayi. Meskpun tidak mudah membuat suasana spt it di RS, namun adanya dukungan, support dan kenyamanan akan membantu ibu dalam proses makin lancarnya produksi ASI.

Menyusui Pasca Melahirkan dengan Operasi Cesar

Ibu yang melahirkan dengan cara operasi cesar (c-sections) seringkali sulit menyusui bayinya segera setelah ia lahir. Terutama jika ibu diberikan anastesi umu. Ibu relatif tidak sadar untuk dapat mengurus bayinya di jam pertama setelah bayi lahir. Meskipun ibu mendapat epidural yang membuatnya tetap sadar, kondisi luka operasi di bagian perut relatif membuat proses menyusui sedikit terhambat. Sementara itu, bayi mungkin mengantuk dan tidak responsif untuk menyusu, terutama jika ibu mendapatkan obat-obatan penghilang sakit sebelum operasi. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa proses melahirkan dengan cesar akan menghambat terbentuknya produksi ASI (Dewey et al. 2003; Grajeda and Perez-Escamilla 2002; Rowe-Murray Fisher 2002; Hartmann 1987). Meskipun demikian, menyusui sesering mungkin setelah proses kelahiran dg cesar akan meminimalisasi masalah-masalah tsb. Bahkan beberapa ibu yang melahirkan dg cesar memiliki produksi ASI yang berlimpah.

Kehebatan Kolostrum

Tiap ibu perlu mengetahui dan menghargai betul betapa berharganya kolostrum. Kolostrum, cairan bening kekuningan yang sering disebut "Pre-milk", akan diproduksi di hari-hari pertama menyusui. Kolostrum, kemudian disusul dengan ASI "matang", akan menjaga dan melindungi bayi seperti plasenta saat ia dalam kandungan ibu. Kolostrum relatif rendah lemak dan karbohidrat, tetapi kaya akan protein. Kandungan tsb sangat tepat sesuai dengan kebutuhan bayi di hari-hari pertama. Kolostrum mudah dicerna dan mengandung sel-sel hidup yang memberikan proteksi terhadap berbagai bakteri, virus dan alergen. Kolostrum ini akan melindungi bagian dalam usus bayi dan menjaganya dari absorpsi substansi-substansi yang dapat menyebabkan terjadinya alergi. Faktor imun seperti IgG dan IgA sangat banyak jumlahnya dalam kolostrum dibandingkan dengan ASI matang.

Kedua zat imun tsb akan menstimulasi dan meningkatkan sistem imun bayi. Dan penelitian menunjukkan bahwa manfaat tsb akan terus didapatkan bayi selama hidupnya. Lebih jauh lagi, kolstrum beraksi sebagai laxative ("obat pencuci perut") yg efektif, mulai dari membuang meconium dari usus, hingga memecahkan bilirubin (substansi yg dapat membuat bayi menjadi kuning). Dua minggu kemudian, kolostrum akan berubah komposisi menjadi ASI matang. Namun kondisi tsb tidak terjadi secara sekaligus. Kolostrum akan secara perlahan berubah menjadi ASI matang. Karena itu ASI yang dihasilkan di saat-saat tsb terlihat lebih kekuningan dibandingkan ASI yg dihasilkan kemudian.

Terkadang kita jumpai beberapa ibu yang belum dapat menghasilkan ASI di awal setelah kelahiran bayinya. Ibu-ibu yang tidak melihat kolostrum saat menyusui bayinya akan merasa khawatir jika dirinya tidak dapat memproduksi ASI. Namun, kenyataan bahwa tidak terlihatnya ASI saat bayi menyusu, bukan berarti ASI (kolostrum) tidak keluar.

Kolostrum yang dihasilkan ibu umumnya diproduksi dalam jumlah yang sangat kecil, yaitu sekitar 7.4 sendok teh (36.23 ml) per harinya. Atau sekitar 1.4 hingga 2.8 sendok teh (6.86-13.72 ml) sekali menyusu. Dan jumlah yang sangat sedikit tsb akan segera diminum dan ditelan oleh bayi (Hartmann 1987; Hartmann and Prosser 1984; Houston et al. 1983). Kenyataan bahwa warna dari kolostrum yang bening kekuningan dan tampak spt air liur menyebabkan kolostrum sulit untuk diidentifikasi. Sehingga tak jarang ibu yang merasa ASInya belum keluar, padahal ASI (kolostrum) nya sudah keluar. Memerah ASI di awal-awal pasca melahirkan akan terasa sulit, karena payudara terasa bengkak. Disini ibu membutuhkan bantuan dari konsultan laktasi. Selanjutnya seiring dengan waktu dan makin seringnya ibu memerah ASI, maka ibu akan lebih terampil dalam memerah ASI.

Karena sedemikian berharganya kolostrum, maka pastikan ibu memberikannya ke bayi meskipun hanya dalam jumlah yg amat sangat sedikit. Kolostrum ini akan menjadi hadiah yang tak ternilai harganya utk anak. Karena manfaatnya yang demikian hebat, maka segala macam upaya dalam memberikan kolostrum akan menjadi hal yang patut diperjuangkan.

Rooming-In (Rawat Gabung)

Banyak RS yang menawarkan pilihan agar bayi dapat terus bersama ibunya selama 24 jam. Kondisi ini dinamakan rawat gabung. Meskipun selama ini banyak RS yang masih menerapkan ruangan khusus untuk bayi, terpisah dari ibunya. Namun riset terakhir menunjukkan bahwa jika tidak ada masalah medis, tidak ada alasan untuk memisahkan ibu dari bayinya, meskipun sesaat (Yamauchi and Yamanouchi 1990; Buranasin 1991; Oslislo and Kaminski 2000). Bahkan makin seringnya ibu melakukan kontak fisik langsung (skin-to-skin contact) dengan bayi akan membantu menstimulasi hormon prolaktin dalam memproduksi ASI (Hurst 1997). Karena itu pada tahun 2005, American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan kebijakan agar ibu dapat terus bersama bayinya di ruangan yang sama dan mendorong ibu untuk segera menyusui bayinya kapanpun sang bayi menginginkannya. Semua kondisi tsb akan membantu kelancaran dari produksi ASI.

Susui bayi sesering mungkin

Seperti yang telah diketahui bersama, ibu harus menyusui sesering mungkin kapanpun bayi menginginkannya. Ini berarti, paling tidak tiap 2 hingga 3 jam sekali dan tiap 4 hingga 5 jam di malam hari dari 8 hingga 12 kali menyusui selama 24 jam. Coba kalkulasikan berapa lama bayi menyusu, mulai dari awal hari menyusu hingga akhir hari. Umumnya bayi menyusu kira-kira 20-40 menit sekali menyusu, tapi bukan berarti ibu harus melihat jam dan mengukur lamanya bayi menyusui. Di minggu-minggu pertama menyusui, terutama saat bayi baru lahir, hari-hari ibu terasa hanya diisi dengan kegiatan menyusui saja. Saat bayi baru selesai menyusui, ibu harus menyusu kembali. Ini sangat lumrah terjadi. Sebelum ASI matang keluar, bayi akan terasa begitu rakus menyusu. Hal ini disebabkan lambung bayi yang begitu kecil, sehingga mereka mudah lapar.

Makin sering bayi menyusui akan memperbanyak ASI yang diproduksi. Hal ini disebabkan oleh stimulasi maksimum dari reseptor-reseptor prolaktin yang akan memicu produksi ASI dalam jumlah sebanyak mungkin. Bulan pertama menyusui adalah masa pembelajaran utk bayi. Di bulan tsb, ia berusaha menguasai betul bagaimana teknik menyusui yang tepat. Hingga masuk ke bulan berikutnya, ia dapat menyusu dengan baik dalam waktu yang singkat. Dengan selalu berada di dekatnya, Ibu dapat memastikan tanda-tanda awal bayi lapar (mimik muka tanda haus, dsbnya). Jadi ibu dapat segera menyusuinya sebelum bayi kelaparan dan menangis karena stres. Jika hal ini dilakukan, ibu dan orang sekitar ibu akan terhindar relatif jauh dari stres.

Seiring waktu, ibu tidak selalu menghabiskan waktu dengan menyusui sepanjang hari. Ingatlah bahwa ibu dalam masa pemulihan pasca melahirkan, sehingga ibu butuh banyak istirahat. Menyusui adalah cara alami untuk memastikan ibu dapat berisitrahat dengan baik. Terutama di sela waktu menyusui. Ibu dapat beristirahat saat bayi sedang tidak menyusu. Semakin bertambahnya waktu juga, bayi akan memiliki pola menyusui. Sehingga ibu dapat mengatur waktunya dengn baik. Pola menyusui yang bayi atur akan sangat spesifik sesuai dengan kebutuhannya. Mulai dari kebutuhan emosinya hingga kebutuhan fisiologisnya. Dan pola menyusui tsb akan terus berubah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

Lindungi diri dengan lingkungan yang supportif

Masa menyusui adalah masa yang paling sensitif dalam kehidupan ibu. Baik secara fisik ataupun emosional. Begitu ibu mulai menyusui, ibu butuh lingkungan yang supportif, yang mendukung ibu dari berbagai keraguan dan kritikan. Menyusui memang hal biologis yang wajar. Namun di dalam masyarakat, kita masih sering menjumpai orang-orang yang tidak nyaman dengan keberadaan ibu menyusui. Dan orang-orang ini akan banyak melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sinis seputar produksi ASI ibu. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan yang mereka ketahui tentang menyusui dan kadang dipengaruhi oleh anggapan yang salah tentang payudara dari segi sexual. Disini lah ibu butuh banyak dorongan dan dukungan positif. Jangan pedulikan tanggapan negatif yang dapat mengganggu kenyamanan dan rasa percaya diri ibu akan ASI dan menyusui.

Memang tidak mudah menjaga jarak dari orang-orang yang tidak mendukung ibu dalam hal menyusui. Namun ingatlah bahwa ibu butuh suasana dan lingkungan yg kondusif demi keberhasilan ASI eksklusif. Ingatlah selalu bahwa bayi ibu butuh air susu ibu. Ingatlah selalu akan hal ini diatas segala kritikan dan tekanan. Jika ibu sulit menghadapi berbagai kritikan dan tekanan, mintalah bantuan suami ataupun orang lain yang dapat membantu ibu untuk menghadapi hal tsb.

Mungkin ibu berpikir, "Bagaimana jika orang yg tidak mendukung saya adalah ibu saya atau ibu mertua saya ? Bagaimana cara utk menghadapinya ?". Banyak eyang baru yang tidak berhasil menyusui anaknya saat ia bayi. Beberapa eyang yang sedih akan berupaya sedemikian rupa membantu agar anaknya ataupun menantunya sukses menyusui bayinya. Namun ada juga eyang yang justru menjadi defensif. Mereka akan berupaya mempertahankan pendapatnya agar diberikan susu formula dan menganggap menyusui adalah hal yang menyebalkan.

Nah tahukah anda pengalaman ibu anda ataupun ibu mertua anda dalam hal menyusui ?! Tanyakan hal ini kepada mereka. Dengarkan cerita dan pengalaman mereka saat menyusui dulu. Dengan demikian, anda mendapatkan informasi, dukungan ataupun masalah teknis yang mungkin anda belum dapatkan. Hal ini akan mengetahui bagaimana perjuangan mereka dahulu dan bagaimana anda mengetahui betul bahwa mereka adalah orang tua yang baik. Dengan menunjukkan empati dan mendengarkan pengalaman mereka, anda akan mendapatkan dukungan ataupun masukan yang baik dalam menyusui.

Kewajiban lainnya

Di minggu-minggu pertama menyusui, ibu akan terfokus pada perawatan anak, menyusui dan merawat diri sendiri. Tanggung jawab lainnya tidak akan terlalu menjadi perhatian. Jika anda memiliki anak yang lebih besar (akak dari bayi), anda perlu memperhatikan mereka juga. Padahal anda harus membagi perhatian utama ke bayi dan anda sendiri. Mintalah bantuan kepada suami ataupun pengasuh yang akan membantu anda dalam memenuhi kebutuhan utama sang kakak.

Biasanya teman ataupun kerabat akan mengunjungi ibu di awal-awal pasca ibu melahirkan. Di saat spt ini ibu seringkali merasa tidak dapat leluasa menyusui bai ataupun utk beristirahat. Jika hal ini terjadi, katakanlah secara perlahan dan sopan kepada tamu bahwa ibu butuh waktu untuk menyusui ataupun istirahat. Jika tamu tsb tetap memaksa utk tinggal, maka cara terbaik adalah membatasi waktu berkunjung. Atau ibu dapat menjelaskan secara perlahan bahwa ibu butuh istirahat.

Istirahat di tempat tidur

Tahukah anda bahwa istrihat di tempat tidur di hari-hari pertama menyusui adalah kunci awal keberhasilan menyusui. Ibu dapat membawa buku atau majalah ataupun tv untuk dibawa ke kamar ibu. Siapkan juga snack dan minuman di dekat tempat tidur. Jadi ibu hanya berdiri jika ke kamar mandi. Meluangkan waktu untuk memanjakan diri sendiri dan menyusui bayi kapanpun ia inginkan, akan membantu kelancaran ASI. Jika perlu jelaskan ke tiap orang bahwa ini adalah "perintah dokter" jika ibu butuh justifikasi. Pasca melahirkan, banyak dokter yang menginstruksikan kepada ibu utk melakukan hal diatas. Karena meskipun ibu merasa senang dan segar, tubuh ibu tetap butuh istirahat banyak utk memulihkan diri pasca melahirkan. Jika ibu tidak istirahat di awal-awal pasca melahirkan, maka beberapa bulan berikutnya akan terasa lebih sulit. Dan hal ini jelas akan mempengaruhi produksi dari ASI.

Masak dan pekerjaan rumah

Dari sekian banyak tanggung jawab, ada 2 hal yang sebaiknya tidak ibu lakukan sendiri, yaitu masak dan pekerjaan rumah. Mintalah bantuan teman ataupun keluarga utk dapat membantu ibu menyiapkan makanan. Jadi jika ada banyak tamu yang datang membawakan banyak makanan, simpanlah dalam kulkas utk cadangan makanan ibu nanti. Biasanya banyak tamu yang berpikir jika mereka membawa makanan akan jauh lebih bermanfaat utk ibu pasca melahirkan.

Pekerjaan rumah, terutama di hari-hari saat ibu melahirkan, akan terasa sangat menumpuk. Ini bukan waktunya utk ibu memikirkan hal-hal resik spt ini. Meskipun banyak yang sudah membantu membersihkan rumah dsbnya. Jangan pedulikan hal-hal yang detail, terutama menyangkut urusan keapikan rumah, selama masa awal menyusui. Jangan paksakan diri utk membereskan pekerjaan rumah, terutama di awal pasca melahirkan. Mintalah bantuan orang lain. Beritahukan mereka dimana letak piring akan menghemat energi ibu daripada mengerjakannya sendiri. Ingat dan ingatlah selalu bahwa urusan rumah bukanlah tanggung jawab anda saat ini. Tiap orang yang bertamu akan mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang ibu. Sehingga mereka tidak akan menuntut rumah selalu terlihat rapi. Seorang ibu menyusui yang mengatakan:

"Memang melakukan sesuatu tidak semudah mengatakan sesuatu. Semua orang bilang saya hanya boleh menyusui saja. Santai dan jangan memikirkan urusan rumah. Jangan hiraukan. Konsentrasi menyusui saja. Lupakan urusan lain. Saya pikir saya tidak akan menghiraukan nasehat itu, Ini sama saja saya membiarkan diri saya sendiri bermalas-malasan. Padahal saya dapat melakukannya meski saya harus mengurus dan menyusui bayi saya. Saya tidak mengerti kenapa tiap orang menyarankan hal tsb".

Jawabannya hanya satu : Jangan biarkan energi ibu habis untuk hal yang tidak perlu, meski itu sekecil apapun. Simpan energi ibu untuk menyusui bayi.

Pengasuh pasca melahirkan (Postpartum Doula Care )

Banyak ibu yang memilki suami ataupun keluarga yang begitu mendukung dan membantu semua urusan ibu. Namun ada hal lain yg ibu butuhkan selain hal tsb.Selain merawat bayi, ibu juga perlu merawat dan memanjakan diri sendiri. Terkadang ibu juga merasa kebingungan dalam merawat bayi baru lahir. Disinilah ibu butuh bantuan dari doula. Doula adalah orang (biasanya wanita) profesional yg membantu ibu dalam merawat bayi dan memberikan dukungan dalam menyusui. Banyak juga doula yg ikut membantu ibu dalam proses persalinan, meski banyak juga yg membantu ibu pasca melahirkan. Doula juga dapat membantu ibu dalam mengurus rumah, mengasuh sang kakak dari bayi, ataupun merawat anda. Kehadiran doula bukan hanya utk membantu hal-hal tsb diatas, tetapi juga membantu memastikan ibu agar tetap percaya diri selama proses menyusui dengan bayinya.

Saat ibu memilih menyewa doula, tanyakan betul bagaimana filosofinya tentang perawatan bayi. Apakah ia percaya bahwa bayi disusui kapanpun bayi menginginkan atau ia lebih meyakini agar proses menyusui dilakukan berdasarkan jam? Apakah dia lebih suka bayi tinggal sekamar bersama ibu, atau ia lebih suka bayi dirawat olehnya ? Apakah ia mengerti betul tentang masalah-masalah menyusui ? Apalah dia menyarankan ibu untuk menemui konsultan laktasi jika dibutuhkan ? Dengan mengetahui betul filosofi dari doula yg akan ibu sewa, maka ibu dapat memastikan kelancaran berbagai urusan di rumah dan proses menyusui. Dan apabila ibu memiliki berbagai pertanyaan atau sekedar ingin mengetahui berbagai hal seputar menyusui, ibu dapat menghubungi ahli laktasi.

Makan, minum dan tidur nyenyak

Agar anda memiliki tenaga utk menyusui dan merawat bayi, anda butuh makanan yang bergizi, banyak cairan dan tidur yang banyak. Jangan melewatkan saat makan. Bahkan, ibu perlu makan snack bergizi di sela-sela waktu makan. Secara umum, jumlah dan kualitas makanan sangat perlu diperhatikan bagi ibu menyusui. Meski tubuh ibu akan membuat ASI yang bagus (berkualitas) meskipun ibu makan makanan yg kurang gizi. Makan makanan yang bergizi akan mengembalikan tubuh ibu ke kondisi prima. Karena itu nikmatilah waktu makan dengan baik.

Minuman juga perlu diperhatikan. Minumlah saat ibu merasa haus. Ingatlah, minum dalam volume yang banyak tidak akan memperbanyak ASI. Air adalah cairan terbaik. Meskipun ibu dapat minum the yg tidak berkafein jika ibu menginginkannya. Buah dan jus jeruk juga sangat bermanfaat karena gizinya yg baik. Tapi jika anda minum jus yang ada dalam kemasan, pastikan anda membaca label kemasan. Pastikan tidak ada gula di dalamnya. Gula dalam jus kemasan hanya akan menambah kalori yang tidak diperlukan tubuh. Beberapa ibu merasa jika ia minum banyak jus jeruk, maka bayinya menjadi rewel. Demikian juga dengan susu sapi. Beberapa bayi sensitif thd protein dari susu sapi yg ada di dalam ASI. Meski hanya sedikit ibu yg mengalaminya.

Ada anggapan bahwa ibu harus minum susu agar dapat membuat ASI. Anggapan ini tidak benar. ASI dibuat dari berbagai nutrien yg ada dari berbagai sumber. Jadi bukan hanya dari susu. Banyak ibu yang tidak minum susu dan tidak ada masalah dalam produksi ASInya.

Selain urusan makan dan minum, hal lain yg perlu ibu perhatikan adalah masa tidur. Tidurlah kapanpun ibu bisa. Tidurlah saat bayi sedang tidur. Di awal kehidupannya, bayi masih belum memiliki pola tidur yg teratur. Sehingga waktu malam ia masih memungkinkan sering bangun dan memotong waktu tidur ibu di malam hari. Karena itu tidurlah saat bayi sedang tidur. Saat bayi tidur, biasanya ibu memanfaatkannya utk menelpon, menulis, mengerjakan pekerjaan rumah dsbnya. Padahal inilah waktu yg tepat utk ibu banyak beristirahat. Mungkin tidak mudah utk ibu tidur saat bayi tidur. Terutama jika tidak alma kemudian bayi bangun. Namun seiring waktu ibu akan terbiasa beristirahat dan mengikuti ritme bayi. Percayalah ibu akan mendapatkan banyak manfaat dengan istirahat banyak. Apalagi tubuh ibu butuh memulihkan kondisi pasca melahirkan.

Agar produksi ASI selalu optimal

Menyeimbangkan urusan menjaga produksi ASI agar terus optimal, menyusui dan mengurus keluarga adalah hal yg tidak mudah. Setiap hari ibu harus memenuhi kebutuhan bayi, keluarga dan diri sendiri. Terkadang sulit sekali bagi ibu utk membagi perhatian dan menyeimbangkan semua urusan. Jika hal ini terjadi, cobalah utk selalu mengingat bahwa ibu telah memberikan yg terbaik utk keluarga ibu sesuai dengan kemampuan ibu. Jangan pernah memaksakan diri sendiri. Anda akan kelelahan jika berusaha memaksakan diri. Akibatnya produksi ASI juga tidak optimal. Bersikap ariflah dalam melalui proses ini. Ingatlah, anda butuh waktu banyak utk mencintai bayi anda, sosok mungil yg baru lahir dan butuh waktu singkat sebelum ia tumbuh besar.

Diterjemahkan dari artikel "How to Get Your Milk Supply Off to a Good Start"
Lisa Marasco, IBCLC
Santa Maria CA USA
Diana West, IBCLC
Long Valley NJ USA
From: NEW BEGINNINGS, Vol. 22 No. 4, July-August 2005, pp. 142-147

BACA SELENGKAPNYA - Agar ASI Lancar di Awal Masa Menyusui

Masa Nifas

Masa nifas atau masa puerpurium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah 6 minggu.

Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis. Ibu dan bayi ditempatkan pada satu kamar. Pada hari kedua, bila perlu dilakukan latihan senam. Pada hari ketiga umumnya sudah dapat duduk, hari keempat berjalan dan hari kelima dapat dipulangkan. Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein dan banyak buah.

Perawatan dan hal-hal yang terjadi selama nifas :
1. Genitalia interna dan eksterna
2. Suhu badan pasca persalinan
3. Nadi
4. Hemokonsentrasi
5. Laktasi
6. Mulas
7. Serviks, uterus dan adneksa
8. Lokia
9. Miksi
10. Defekasi
11. Latihan senam

Genitalia Interna dan Eksterna
_____________________________

Alat-alat genitalia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil, yang disebut involusi.
1. Fundus uteri
- Setinggi pusat setelah janin dilahirkan.
- Setinggi 2 jari bawah pusat segera setelah plasenta lahir.
- Setinggi 7 cm atas simfisis ossis pubis atau setengah simfisis-pusat pada hari
ke-5.
- Tidak dapat diraba diatas simfisis ossis pubis setelah 12 hari.
2. Bekas implantasi plasenta
- Merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri yang berdiameter
7,5 cm.
- Sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal.
- Diameternya menjadi 3,5 cm sesudah 2 minggu
- Diameternya mencapai 2,4 cm pada 6 minggu.
3. Berat uterus
- Berat uterus normal kira-kira 30 gram.
- Berat uterus gravidus aterm kira-kira 1000 gram.
- Beratnya menjadi 500 gram, 1 minggu pasca persalinan.
- Beratnya menjadi 300 gram, 2 minggu pasca persalinan.
- Beratnya menjadi 40-60 gram setelah 6 minggu pasca persalinan.
4. Pembukaan serviks
- Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan konsistensinya
lunak.
- Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri segera
setelah melahirkan.
- 2-3 jari tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri
setelah 2 jam pasca persalinan.
- 1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri
setelah 1 minggu.
5. Endometrium
- Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta.
6. Ligamen, diafragma pelvis, fasia, otot, dan dinding vagina
- Ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan
partus berangsur-angsur kembali seperti semula.
- Ligamentum rotundum dapat mengendor sehingga pada hari kedua pasca
persalinan harus dilakukan latihan senam.
- Otot-otot dinding perut akan berinvolusi pada 6-7 minggu pasca persalinan.
- Dinding vagina yang teregang akan kembali seperti sebelumnya kira-kira
setelah 3 minggu.
7. Luka dan infeksi
- Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina
dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
- Infeksi dapat timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan bila berlanjut dapat
menimbulkan sepsis.

Suhu Badan Pasca Persalinan
___________________________

Suhu badan pasca persalinan :
- Dapat naik lebih dari 0,5 derajat selsiuus dari keadaan normal tetapi tidak lebih
dari 39 derajat selsius.
- Umumnya suhu badan kembali normal sesudaah 12 jam pertama melahirkan.
- Bila suhu lebih dari 38 derajat selsius,, mungkin ada infeksi.

Nadi
____

Nadi :
- Nadi umumnya 60-80 denyut per menit.
- Segera setelah partus dapat terjadi takiikardi.
- Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan
atau ada penyakit jantung.
- Pada masa nifas, umumnya senyut nadi lebbih labil dibanding suhu badan.

Hemokonsentrasi
_______________

Hemokonsentrasi :
- Dapat terjadi pada hari ke 3-15 pasca peersalinan.

Laktasi
_______

Kelenjar mammae telah dipersiapkan semenjak kehamilan. Umumnya produksi ASI baru terjadi pada hari ke-2 atau 3 pasca persalinan. Pada hari pertama keluar kolostrum, cairan kuning yang lebih kental daripada air susu, mengandung banyak protein albumin, globulin dan benda-benda kolostrum. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan membalut kedua mammae hingga tertekan atau memberikan bromokriptin hingga hormon laktogenik tertekan. Kesulitan yang dapat terjadi selama masa laktasi ialah :
1. Puting rata
- Sejak hamil, ibu dapat menarik-narik puting susu.
- Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
2. Puting lecet
- Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara yang
tidak benar dan infeksi monilia.
- Penatalaksanaan dengan melakukan teknik menyusui yang benar, puting harus
kering saat menyusui, puting diberi lanolin, monilia diterapi dan menyusui
pada payudara yang tidak lecet.
- Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan
tangan atau dipompa.
3. Payudara bengkak
- Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar karena bayi tidak
cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
- Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering, kompres hangat, ASI
dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesik.
4. Mastitis
- Payudara tampak edema, kemerahan, dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan.
- Penatalaksanaan dengan kompres hangat / dingin, pemberian antibiotik dan
analgesik, menyusui tidak dihentikan.
5. Abses payudara
- Penatalaksanaan yaitu ASI dipompa, abses diinsisi, diberikan antibiotik dan
analgesik.
6. Bayi tidak suka menyusui
- Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI terlalu kuat sehingga mulut bayi
terlalu penuh, bingung puting pada bayi yang menyusui diselang-seling dengan
susu botol, puting rata dan terlalu kecil atau bayi mengantuk.
- Pancaran ASI terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat
payudara sebelum menyusui dan menyusui dengan posisi terlentang dan bayi
ditaruh diatas payudara.
- Pada bayi dengan bingung puting, hindari pemakaian dot botol dan gunakan
sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI.
- Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi
terbangun.

Mulas
_____

Mulas :
- Perasaan mulas sesudah partus akibat konntraksi uterus kadang sangat
mengganggu selama 2-3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada
multipara dibanding primipara.
- Perasaan mulas lebih terasa saat menyusuui, dapat pula timbul bila masih ada sisa
selaput ketuban, sisa plasenta, atau gumpalan darah dalam kavum uteri.
- Pasien dapat diberikan analgesik atau seedatif.

Serviks, uterus dan adneksa
___________________________

Serviks, uterus dan adneksa :
- Keadaan serviks, uterus, dan adneksa billa ada perdarahan, biasanya karena
involusi uteri, dapat diberikan tablet ergometrin dan tirah baring untuk
menghentikan perdarahan.
- Bila serviks tampak hiperemis, meradang,, ada erosi dan curiga ke arah
keganasan, lakukan pemeriksaan sitologi.
- Bila tidak ada keganasan, lakukan kauterrisasi kimiawi atau elektrik dan dapat
juga dengan bedah beku.

Lokia
_____

Lokia :
- Lokia adalah sekret dari kavum uteri dann vagina dalam masa nifas.
- Hari pertama dan kedua terdapat lokia ruubra atau lokia kruenta, terdiri dari darah
segar bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa verniks kaseosa, lanugo
dan mekonium.
- Hari berikutnya keluar lokia sanguinolennta berupa darah bercampur lendir.
- Setelah 1 minggu, keluar lokia serosa beerwarna kuning dan tidak mengandung
darah.
- Setelah 2 minggu, keluar lokia alba yangg hanya berupa cairan putih.
- Biasanya lokia berbau agak amis, bila beerbau busuk mungkin terjadi lokiostasis
(lokia yang tidak lancar keluar) dan infeksi.

Miksi
_____

Miksi :
- Miksi harus secepatnya dilakukan sendirii.
- Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa miksi sendiri, dilakukan kateterisasi.
- Bila perlu dipasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk mengistirahatkan
otot-otot kandung kencing.
- Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.

Defekasi
________

Defekasi :
- Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca peersalinan.
- Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga skibala tertimbun di rektum,
mungkin terjadi febris.
- Lakukan klisma atau berikan laksan perorral.
- Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkkin, tidak jarang kesulitan defekasi
dapat diatasi.

Latihan senam
_____________

Latihan senam dapat diberikan hari kedua, misalnya :
- Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di atas dan
menekan perut. Lakukan pernapasan dada lalu pernapasan perut.
- Dengan posisi yang sama, angkat bokong llalu taruh kembali.
- Kedua kaki diluruskan dan disilangkan laalu kencangkan otot seperti menahan
miksi dan defekasi.
- Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkann badan sambil tangan berusaha
menyentuh tumit.

Ibu diharap kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca persalinan. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum, keadaan payudara dan putingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung kemih apakah ada rektokel, tonus otot sfingter ani dan adanya fluor albus.

Kelainan yang dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas, perdarahan pasca persalinan dan eklampsia puerpurale.

Update : 29 Januari 2006

Sumber :

Kapita Selekta Kedokteran. Editor Mansjoer Arif (et al.) Ed. III, cet. 2. Jakarta : Media Aesculapius. 1999.

BACA SELENGKAPNYA - Masa Nifas
INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS, KETIK EMAIL ANDA DISINI:
setelah mendaftar segera buka emailnya untuk verifikasi pendaftaran. Petunjuknya DILIHAT DISINI