kolom pencarian

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan | Testimoni | Perkakas
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

02 August 2010

ASKEP KELUARGA DENGAN GASTROENTERITIS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA KLIEN DENGAN GASTROENTERITIS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN

I. Data Umum

1. Nama kk : Tn “B”

2. Usia : 50 Tahun

3. Pendidikan : SD

4. Pekerjaan : Tukang Bangunan

5. Alamat : Jln. A Yani Lrg. Masa Jaya Rt 08 No 45 Kel. 8 Ulu Palembang

6. Komposisi anggota keluarga :

No

Nama (Inisial)

Jenis kelamin

Hub. Dg keluarga

Ttl/ umur

Pendidikan

Pekerjaan

Status imunisasi

1.

2.

3.

4.

Ny “N”

“D”

Nn “I”

“M”

P

P

P

P

Istri

Anak

Anak

Anak

35 th

17 th

15 th

12 th

-

Smu

Smp

SD

Ibu RT

Pelajar

Pelajar

Pelajar

Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Meninggal

: Perempuan

: Serumah

: Klien

7. Tipe keluarga

Tipe keluarga termasuk keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu dan 3 orang anak yang tinggal dalam satu rumah.

8. Suku :

Kepala keluarga berasal dari suku komring, istri pun berasal dari komring sehingga ketiga anaknya pun bersuku komring.

9. Agama

Kepala keluarga dan anggota keluarga menganut agama islam, kegiatan dalam beragama cukup baik.

10. Status ekonomi keluarga

Penghasilan atau pendapatan keluarga Rp.300.000, dengan pendapatan tersebut tidak memenuhi kebutuhan keluarga yang menentukan pengunaan uang adalah kepala keluarga.

11. Aktifitas rekreasi keluarga

Keluarga biasa melakukan rekreasi ringan yaitu pergi kepasar.

II. Riwayat dan tahap perkembangn keluarga

  1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak usia remaja (families with teenager: usia anak pertama : 17 th).

  1. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.

Tahap perkembangan keluarga yang belum diketahui tidak ada.

  1. Riwayat keluarga inti

  1. Riwayat keluarga sebelumnya

Tn “b” pernah menderita penyakit rematik, kedua anak nya pernah menderita diare dan batuk pilek.

III. Lingkungan

16. Karakteristik Rumah

Keluarga tinggal ditempat kontrakan dengan bentuk rumah bangunan kayu mempunyai satu kamar, satu ruang tamu dan dapur, dan ada tempat mandi sama-sama dengan tetangga yang menyewa dan terletak didepan rumah. Luas rumah 4x 6 m, tidak punya perkarangan rumah, ventilasi rumah kurang dengan penerangan ruangan dengan listrik, lantai papan, kebersihan rumah kurang, dan pengaturan perabot rumah tangga kurang.

17. Karakteristik tetangga dan komunitas

Lingkungan tetangga Cukup baik, saling tolong menolong dan sering berkumpul. Lingkungan komunitaspun rapi, bersih, dan aman. Tn’B” selalu ikut bermusyawarah dalam kegiatan masyarakat.Tn “b” dan keluarga dengan tetangga berhubungan akrab, istri Tn ‘B” ikut pengajian di masjid sekali seminggu.

18. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga tidak memiliki kendaraan bermotor untuk beraktivitas dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

19. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Keluarga tidak pernah mengikuti perkumpulan keluarga,tetapi KK aktif dalam perkumpulan dalam masyarakat.

20. Sistem pendukung keluarga

KK memenuhi kebutuhan keluarga dengan usahanya sendiri tanpa bantuan dan dukungan dari orang lain





silahkan download GRATIS dalam bentuk dokumen word

ASKEP KELUARGA DENGAN GASTROENTERITIS

(isi: tinjauan teoritis; PATHWAYS, tinjauan kasus dan daftar kepustakaan)



BACA SELENGKAPNYA - ASKEP KELUARGA DENGAN GASTROENTERITIS

ASKEP KOMUNITAS KELUARGA DENGAN ARTRITIS REMATOID PADA LANSIA

artritis rematoid; artritis pada lansia; artritis rematoid artritis pada lansia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA PADA NY. S.
DENGAN ARTRITIS REMATOID DI DUSUN


BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu tolak ukur kemajuan suatu Bangsa seringkali dilihat dari harapan hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai Negara bekembang dengan perkembangannya yang cukup baik, makin tinggi harapan hidupnya di proyeksikan dapat mencapai lebih dari 70 tahun pada tahun 2000 yang akan datang.
Saat ini, disluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 miliar. Dari data USA, bahkan Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga Lansia terbesar diseluruh dunia, diantara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber, 1993)
Hal ini merupakan gambaran pada seluruh Negara-negara di dunia, berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemajuan dalam kondisi sosio, ekonominya masing-masing.
Namun ilmu pengetahuan dan teknologi masih di tantang dengan menerangkan sebab-sebab orang menjadi tua. Proses menua merupakan suatu misteri kehidupan yang masih belum dapat diungkapkan. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun menjadi proses penuaan secara ilmiah. Hal ini menimbulkan maslah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
DEFENISI
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap kerusakan yang diderita.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses menua sudah berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, mislanya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, jaringan lain, sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.

2.2 Mitos-Mitos Lanjutan Usia dan Kenyataanya.
Menurut Sheiera Saul
1. Mitos kedamaian dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan dewasanya, berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati.
Kenyataan :
 Sering ditemui stress
 Depresi
 Kekhawatiran
 Paranoid
2. Mitos konservatisme dan kemunduran
Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya :
- Konservatif
- Tidak kreatif
- Menolak Inovasi
- Berorientasi ke masa silam
- Merindukan masa lalu
- Kembali ke masa anak-anak
- Susah berubah
- Keras kepala
- Cerewet
Kenyataan :
 Tidak semua lanjut usia bersikap dan berpikiran demikian.
3. Mitos berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat bermacam-macam penyakit yang menyertai proses menua.
Kenyataan :
 Memang proses penuaan disertai dengan menurunya daya tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit.
 Tetapi banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.
4. Mitos Senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak.
5. Mitos Tidak Jatuh Cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan :
 Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa
 Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia
6. Mitos Aseksualitas
ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang.
Kenyataan :
 Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja.
7. Mitos Ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidka produktif.
Kenyataan :
 Banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan dan produktifitas mental dan material.

2.3 Teori-Teori Proses Menua
2.3.1 Teori-teori Biologi
1. Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogramkan oleh molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
2. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sesl-sel tubuh lelah.
3. Teori akumulasi dari produk sisa
Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh.
4. Peningkatan jumlah kalogen dalam jaringan
5. Tidak ada perlindungan terhadap; radiasi, penyakit dan kekurangan gizi
6. Reaksi dari kekebalan sendiri
Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suat zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut. Sehinga jaringan tubuh menjadi lemah.
7. Teori Imunologi Slow virus
Sisitem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
8. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal. Kelebihan usaha dan stres menyebabakan sel-sel tubuh telah dipakai.

9. Teori Radikal Bebas
Radikal dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
10. Teori Rantai Silang
Reaksi kimia sel-sel yang tua dan usang menyebabkan ikatan yang kuat. Ikatan ini menyebabkan kurang elastis fungsi.
11. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel-sel yang membelah setelah sel-sel mati.

2.3.2 Teori kejiwaan Sosial
1. Aktivitas atau kegiatan
2. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
3. Teori pembebasan (Disengagement Theory)
Mengakibatkan interkasi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasi sehingga sering terjadi kehilangan ganda :
 Kehilangan peran
 Hambatan kontak sosial
 Berkurangnya komitmen

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
 Hereditas : keturunan/genetic
 Nutrisi : makanan
 Status kesehatan
 Pengalaman hidup
 Lingkungan
 Stres


2.5 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
2.5.1 Perubahan-perubahan fisik
A. Sel
 Lebih sedikit jumlahnya
 Lebih besar ukurannya
 Berkurang jumlah cairan tubuh dan intraseluler
 Menurun proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
 Jumlah sel otak menurun
 Terganggunya mekanisme perbaikan sel
 Otak menjadi atrofis bertany kurang 5-10%
B. Sistem Persarafan
 Berat otak menurun 10-20%
 Cepatnya menurun hubungan persarafan
 Lambat dalam respond an waktu untuk bereaksi
 Mengecilnya saraf panca indra
 Kurang sensitif terhadap sentuhan
C. Sistem Pendengaran
 Presbiakusis (Gangguan pada pendengaran)
 Membran timpani menjadi atrofi
 Terjadinya pengumpulan cerumen dan mengeras
 Pendengaran bertambah menurun
D. Sistem Pengelihatan
 Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilang respon terhadap sinar
 Kornea berbentuk sferis (bola)
 Lensa lebih suram
 Meningktanya ambang, susah melihat
 Hilangnya daya akomodasi
 Menurunya daya membedakan warna biru atau hijau

E. Sistem Kardiovaskuler
 Elastisitas dingin aorta menurun
 Katup jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah
 Tekanan darah meningkat
F. Sistem Pengaturan Termperatur Tubuh
 Temperatur tubuh menurun
 Keterbatasan refleks menggigil
G. Sistem Respirasi
 Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan
 Menurunnya aktivitas dan silia
 Paru-paru kehilangan elastisitas
H. Sistem Gastrointestinal
 Kehilangan gigi
 Indra pengecap menurun
 Esofagus menurun
 Peristaltik lemah dan timbul konstipasi
 Fungsi absorbsi melemah
 Liver makin mengecil
I. Sistem Genitourinaria
 Ginjal : mengalami pengecilan
 Vesika Urinaria : otot menjadi lemah, kapasitas menurun mengakibatkan frekuensi BAK meningkat
J. Sistem Endokrin
 Produksi Hormon menurun
K. Sistem Integumen
 Mengerut/keriput
 Permukaan kulit kasar dan bersisik
 Menurunya respon terhadap trauma
 Kulit kepala dan rambut menipis
 Rambut dalam hidung dan telinga menebal
 Pertumbuhan kuku lambat
L. Sistem Muskuloskletal
 Tulang kehilangan cairan
 Kefosis
 Discus Invertebralis menipis dan menjadi pendik
 Persendian membesar dan kaku
 Tendon mengerut dan mengalami sclerosis

2.5.2 Perubahan-Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
 Perubahan Fisik
 Kesehatan umum
 Tingkat pendidikan
 Keturunan
 Lingkungan

2.5.3 Perubahan-Perubahan Psikososial
 Pensiun
Mengalami kehilangan : - Kehilangan Finansial
- Kehilangan Status
- Kehilangan teman
- Kehilangan pekerjaan
 Merasakan / sadar akan kematian
 Perubahan dalam cara hidup
 Penyakit kronis dan ketidakmampuan


2.6 Masalah dan Penyakit yang sering kali dihadapi LANSIA
2.6.1 Masalah Fisik Sehari-Hari
 Mudah jatuh
 Mudah lelah
Disebabkan oleh : - Faktor psikologis
- Ganguan organis
- Pengaruh obat-obat
 Kekacauan mental
Disebabkan oleh : - Keracunan
- Penyakit infeksi
- Penyakit metabolisme
- Dehidrasi
 Nyeri dada
Disebabkan oleh : - Penyakit jantung
- Radang selaput jantung
 Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik
 Palpifasi
 Pembengkakan kaki bagian bawah
 Nyeri pinggang atau punggung
 Nyeri pada sendi pinggul
 Berat badan menurun
 Suka menahan buang air seni
 Gangguan pada ketajaman penglihatan
 Gangguan pendengaran
 Gangguan tidur
 Pusing-pusing


2.6.2 Penyakit yang sering dijumpai pada LANSIA
a. Penyakit sistem Paru dan Kardiovaskuler
 Paru-paru
 Jantung dan pembuluh darah
 Penykit jantung koroner
 Hipertensi
b. Penyakit pencernaan makanan
 Gastritis
 Ulcus Peptikum
c. Penyakit sistem Urogenital
 Peradangan kandung kemih
 Peradangan ginjal
d. Penyakit pada persendian dan Tulang
 Osteoporosis
 Gout

2.7 Asuhan Keperawatan pada Lansia
Tujuan
 Lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
 Mempertahankan kesehatan
 Membantu mempertahankan serta membesarkan semangat hidup klien
 Merawat dan menolong klien Lansia
 Merangsang petugas kesehatan menegakkan diagnosa yang tepat

Fokus Asuhan Keperawatan
1. Meningkatkan Kesehatan (Health Promotion)
2. Pencegahan Penyakit (Preventive)
3. mengoptimalkan fungsi mental
4. mengatasi gangguan kesehatan

Pengkajian
a. Fisik : - Head to toe
- Sistem tubuh
b. Psikologis : Mengenal masalah-masalah utama
c. Sosio ekonomi : Mengenai finansial Lansia
d. Spritual : Keyakinan

Pengkajian Dasar
 Temperatur
 Pulse
 Respirasi
 Tekanan Darah
 Berat Badan
 Tingkat Orientasi
 Memory
 Pola Tidur
 Pemeriksaan per sistem

Diagnosa Keperawatan
1. Fisik/Biologis
 Gangguan Nutrisi
 Gangguan persepsi sensori
 Kurang perawatan diri
 Potensial Cedera fisik
 Gangguan pola tidur
 Perubahan pola eliminasi
 Gangguan mobilitas fisik

2. Psikososial
 Isolasi sosial
 Menarik diri dari lingkungan
 Depresi
 Harga diri rendah
 Koping tidak adekuat
3. Spiritual
 Reaksi berkabung atau berduka
 Penolakan terhadap proses penuaan
 Marah
 Perasaan tidak tenang

Rencana Keperawatan
 Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan
 Bekerjasama dengan profesi kesehatan lain
 Cegah timbulnya masalah

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA


silahkan download GRATIS dalam bentuk dokumen word
ASKEP KOMUNITAS KELUARGA DENGAN ARTRITIS REMATOID PADA LANSIA
artritis rematoid; artritis pada lansia; artritis rematoid artritis pada lansia
(isi: tinjauan teoritis; PATHWAYS, tinjauan kasus dan daftar kepustakaan)



DAFTAR KTI LENGKAP KEBIDANAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)
KLIK DISINI
DAFTAR KTI LENGKAP KEPERAWATAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)
KLIK DISINI
BACA SELENGKAPNYA - ASKEP KOMUNITAS KELUARGA DENGAN ARTRITIS REMATOID PADA LANSIA

01 August 2010

PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS

PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS

Pengertian
- Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan seoptimal mungkin.
- Proses keperawatan adalah suatu metode ilmiah dalam keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai cara terbaik dalam memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan.
- Proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau masyarakat.
Dalam penerapan proses keperawatan terjadi proses alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Proses alih peran tersebut digambarkan sebagai lingkaran dinamis seperti berikut:

Berdasarkan uraian diatas, pelayan keperawatan kesehatan komunitas mempunyai cirri sebagai berikut:
Ø Merupakan perpaduan antara pelayanan keperawatan dengan kesehatan komunitas.
Ø Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of care)
Ø Focus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif).
Ø Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan komunitas kepada klien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi kemandirian.
Ø Ada kemitraan perawat kesehatan komunitas dengan masyarakat dalam upaya kemandirian klien.
Ø Memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lain dan masyarakat.

Tujuan proses keperawatan
- Agar diperoleh asuhan keperawatan komunitas yang bermutu, efektif dan efisien sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada masyarakat.
- Agar pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas dapat dilakukan secara sistematis, dinamis, berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sedangkan tujuan dari asuhan keperawatan adalah:
@ Memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada semua orang yang memerlukan pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional.
@ Menjami semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan klien.
@ Melibatkan klien dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan.
@ Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan.
- Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Perawat kesehatan komunitas harus memiliki ketrampilan dasar tentang epidemiologi penelitian, pengajaran, organisasi masyarakat dan hubungan interpersonal yang baik.

Fungsi proses keperawatan komunitas.
- Memberikan pedoman yangsistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
- Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.
- Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
- Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya, sehngga mendapat pelayanan yang cepat agar memepercepat proses penyembuhan.

Langkah – langkah proses keperawatan
1. Pengkajian.
2. Diagnosa keperawatan.
3. Perencanaan.
4. Pelaksanaan.
5. Evaluasi atau penilaian.

Pengkajian
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal komunitas. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi factor positis dan negative yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan.
Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi program perawatan kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama – sama dalam komunitas tersebut. Sasaran dari sosialisasi ini adalah tokoh masyarakat baik formal maupun non formal, kader masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen dimasyarakat (PKK, karang taruna, dan lainnya). Pada tahap pengkajian ini terdapat beberapa kegiatan yaitu mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah prioritas.

Beberapa teori yang membahas tentang pengkajian komunitas:
a. Sanders Interactional Framework
Model ini menekankan pada proses interaksi komunitas
Model ini juga dikenal sebagai model tiga dimensi dengan komponen pengkajian:
(1) Komunitas sebagai system sosial (dimensi system)
(2) Masyarakat sebagai tempat ( dimensi tempat)
(3) Masyarakat sebagai kumpulan/kelompok manusia (dimensi populasi)

b. Kliens interactional framework
a. Masyarakat sebagai system sosial
(1) Pola komunikasi
(2) Pengambilan keputusan
(3) Hubungan dengan system lain
(4) Batas wilayah
b. Penduduk dan lingkungannya
(1) Karakter penduduk (demografi)
(2) Faktor lingkungan, biologi dan sosial
(3) Lingkungan psikis (nilai-2, agama, kepercayaan)

c. Community assessment wheel (community as client model)
Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambah dengan data inti dari masyarakat itu sendiri (community core)
(1) Community core (data inti)
Aspek yang dikaji:
a. Historis dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas
b. Demografi : umur, jenis kelamin, ras, type keluarga, status perkawinan
c. Vital statistik : angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan
d. Sistem nilai/norma/kepercayaan dan agama
(2) Phisical environment pada komunitas
Sebagaimana mengkaji fisik pada individu
Pengkajian lingkungan dilakukan dengan metode winshield survey atau survey dgn mengelilingi wilayah komunitas
(3) Pelayanan kesehatan dan sosial
Pelayanan kesehatan :
- Hospital
- Praktik swasta
- Puskesmas
- Rumah perawatan
- Pelayanan kesehatan khusus
- Perawatan di rumah
- Counseling support services
- Pelayanan khusus (social worker)
Dari tempat pelayanan tsb aspek yg didata:
- Pelayanannya (waktu, ongkos, rencana kerja)
- Sumber daya (tenaga, tempat, dana & perencanaan)
- Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya hidup, sarana transportasi)
- statistik, jumlah pengunjung perhari/ minggu/bulan
- Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian pelayanan
(4) Ekonomi
Aspek/komponen yang perlu dikaji:
a. Karakteristik pendapatan keluarga/RT
@ rata-2 pendapatan keluarga/rumah tangga
% pendapatan kelas bawah
% keluarga mendapat bantuan sosial
% keluarga dengan kepala keluarga wanita
@rata-2 pendapatan perorangan
b. Karakteristik pekerjaan
@ status ketergantungan
JUmlah populasi secara umum (umur > 18 th)
% yg menganggur
% yg bekerja
% yg menganggur terselubung
Jumlah kelompok khusus
@ kategori yang bekerja, jml dan %

(5) Keamanan transportasi
a) Keamanan
- Protection service
- Kwalitas udara, air bersih
b) Transportasi (milik pribadi/umum)
(6) Politik & Government
- Jenjang pemerintahan
- Kebijakan Dep.Kes
(7) Komunikasi
- Formal
- In formal

(8) Pendidikan
a. Status pendidikan (lama sekolah, jenis sekolah, bahasa)
b. Fasilitas pendidikan (SD, SMP dll) baik di dalam maupun di luar komunitas

(9) Recreation
Menyangkut tempat rekreasi

d. Kerangka pengkajian profile masyarakat (modifikasi)
Pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori sebelumnya tentang pengkajian komunitas

1. Pengumpulan data
Cara pengumpulan data:
- Wawancara atau anamesis.
- Pengamatan.
- Pemeriksaan fisik.
Pengolahan data:
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai berikut:
- Klasifikasi data atau kategorisasi data.
- Perhitungan prosentase.
- Tabulasi data.
- Intepretasi data.
2. Analisa data
Tujuan analisa data:
- Menetapkan kebutuhan komunitas.
- Menetapkan kekuatan.
- Mengidentifikasi pola respon komunitas.
- Mengidentfikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
Data focus yang biasanya muncul:
- Keluhan yang paling banyak dirasakan
- Pola/perilaku yang tidak sehat
- Lingkungan yang tidak sehat
- Pemanfaatan layanan kesehatan yg kurang efektif
- Peran serta masyarakat yg kurang mendukung
- Cakupan target kesh. kurang

Beberapa pilihan untuk menentukan etiologi dari masalah:
Faktor budaya masyarakat
Pengetahuan yang kurang
Sikap masyarakat yang kurang mendukung
Dukungan yang kurang dari pemimpin formal maupun informal
Kurangnya kader kesh. Di masy.
Kurangnya fasilitas pendukung di masyarakat
Kurang efektifnya pengorganisasian
Kondisi lingkungan dan geografis yg kurang kondusif
Pelayanan kesehatan yang kurang memadai
Kurangnya ketrampilan thd prosedur pencegahan penyakit
Kurangnya ketrampilan thd prosedur perawatan kesehatan
Faktor finansial
Komunikasi/koordinasi dengan sumber pelayanan kesehatan kurang efektif

http://askep-askeb.cz.cc/
BACA SELENGKAPNYA - PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS

KELOMPOK KHUSUS PEKERJA

KELOMPOK KHUSUS PEKERJA

PENGERTIAN KESEHATAN KERJA :
-Promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental dan social pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik – baiknya.
-Penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan (American Asociation of Occupational Health Nursing). http:// www.geocities.com/prodikeppwt/handout.htm
-Aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu tempat kerja.

TUJUAN UMUM :
Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

TUJUAN KHUSUS :
-Pencegahan dan pemberantasan penyakit – penyakit dan kecelakaan – kecelakaan akibat kerja.
-Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
-Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
-Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja.
-Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya – bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
-Perlindungan masyarakat luas dari bahaya – bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk – produk perusahaan.

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN KERJA
§ Fisika : Kebisingan, getaran, radiasi, suhu, listrik, udara bertekanan, cahaya.
§ Kimia : cairan, debu, asap, gas, uap, kabut, bau.
§ Biologi : serangga, kecoa, tungau, bakteri, virus, jamur, lumut.
§ Mekanik dan ergonomic : sikap tubuh, pergerakan, gerakan berulang.
§ Psiko social : kebimbangan, kebosanan, ketidak harmonisan, bekerja saat liburan.

FUNGSI PERAWAT DALAM KESEHATAN KERJA :
-Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja.
-Melaksanakan program kerja yang telah dilaksanakan.
-Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan.
-Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan.
-Menilai keadaan kesehatan tenaga kerja.
-Menyelenggarakan pendidikan kepada tenaga kerja.
-Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.

UPAYA KESEHATAN KERJA :
Upaya kesehatan kerja merupakan kegiatan pokok puskesmas yang ditujukan terutama pada masyarakat pekerja informal diwilayah kerja puskesmas dalam rangka upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja.

Tujuan Umum :
Meningkatnya kemampuan tenaga kerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan status kesehatan dan akhirnya peningkatan produktivitas kerja melalui upaya kesehatan.

Tujuan khusus :
-Meningkatnya kemampuan masyarakat pekerja dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja.
-Meningkatnya pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja informal dan keluarganya yang belum terjangkau selama ini.
-Meningkatnya keselamatan kerja dengan mencegah penggunaan bahan – bahan yang dapat membahayakan lingkungan kerja dan masyarakat serta penerapan prinsip ergonomic.

Sasaran :
Sasaran upaya kesehatan kerja diutamakan pada pekerja informal yang merupakan lebih separuh dari angkatan kerja, seperti: tenaga kerja lepas, terutama petani, nelayan, penyelam mutiara, perajin industri kecil/industri rumah tangga, pekerja bangunan, kaki lima, usaha angkutan terutama dikota, pekerja wanita khususnya usia muda dsb.

Strategi :
-Upaya kesehatan kerja bagi pekerja dan keluarganya dikembangkan secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pelayanan kesehatan puskesmas dan rujukanya.
-Upaya kesehatan kerja dilakukan melalui pelayanan kesehatan paripurna dengan penekanan pada : pelayanan kesehatan kerja, keselamatan kerja, kesehatan lingkungan.
-Peningkatan upaya kesehatan kerja dilaksanakan melalui peran serta aktif masyarakat dengan menggunakan pendekatan PKMD

UPAYA KESEHATAN KERJA :
Ciri pokok kegiatan kesehatan kerja adalah
1. Identifikasi masalah:
a. Pemeriksaan kesehatan : pemeriksaan kesehatan awal dan berkala perlu untuk pekerja, dengan perhatian khusus terhadap organ tubuh tertentu yang mungkin terkena bahaya akibat kerja, misalnya alat pendengaran untuk pekerja dilingkungan bising, paru – paru untuk pekerja dilingkungan kerja berdebu.
b. Pemeriksaan kasus : pemeriksaan terhadap pekerja yang datang berobat kepuskesmas atau dirujuk oleh kader kesehatan dengan keluhan tertentu.
c. Peninjauan tempat kerja merupakan kegiatan untuk menentukan bahaya akibat kerja atau masalah kesehatan yang dihadapi oleh tempat kerjanya. Bahaya dapat berupa fisik, kimiawi, bologis maupun fisiologis

2. Kegiatan peningkatan (promotif) :
Kegiatan peningkatan bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh hingga lebih tahan terhadap bahaya akibat kerja dan bahaya kesehatan lainnya. Kegiatan ini dapat berupa kegiatan perbaikan gizi pekerja sesuai dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan jenis pekerjaanya. Kegiatan promotif dapat juga berupa perbaikan lingkungan kerja dan kegiatan peningkatan kesejahteraan lainnya yang dapat diorganisir melalui dana sehat dikelompok pekerja informal.

3. Kegiatan pencegahan (preventif)
Kegiatan pencegahan dapat meliputi berbagai kegiatan antara lain:
a. Penyuluhan / latihan
Penyuluhan tentang bahaya akibat kerja dan latihan tentang cara kerja yang benar untuk menghindari dari bahaya akibat kerja misalnya cara penanganan bahaya kimia dan zat berbahaya (terutama industri kecil)
b. Kegiatan ergonomic.
Kegiatan ini terutama ditujukan untuk mencapai kesesuian antara alat kerja dan pekerjaan agar tidak terjadi stress fisik terhadap pekerja. Kegiatan terutama diarahkan pada adopsi ergonomic ini oleh masyarakat.
c. Kegiatan monitoring.
Kegiatan monitoring bahaya akibat kerja, sebaiknya dilakukan oleh anggota kelompok kerja yang terlatih untuk mendeteksi adanya pencemaran terutama zat kimiawi seperti pestisida.
d. Perbaikan mesin / alat kerja.
Kegiatan ini penting terutama pada industri kecil dan ditujukan untuk mengurangi pemaparan terhadap bahan – bahan produksi dan bahaya kecelakaan akibat kerja dengan perbaikan mesin / alat mekanik.
e. Pemakaian pelindung
Pemakaian alat pelindung harus diusahakan untuk melengkapi usaha pencegahan yang telah disebutkan diatas.
f. Administrasi
Pemberian cuti setelah 40 jam bekerja, pemberian waktu istirahat setelah 3 jam bekerja secara terus menerus dan juga rotasi tempet kerja untuk mencegah kebosanan.

http://askep-askeb.cz.cc/
BACA SELENGKAPNYA - KELOMPOK KHUSUS PEKERJA

KONSEP KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS

KONSEP KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS

Kelompok khusus
Sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan fisik, mental maupun social budaya dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri.

Perawatan kelompok khusus
Upaya di bidang keperawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada kelompok – kelompok individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan kesehatan dan kesehatan serta rawan terhadap masalah tersebut yang dilaksanakan secara terorganisir dengan tujuan meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat kesehatannya, mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitative yang ditujukan kepada mereka yang tinggal dipanti dan kepada kelompok – kelompok yang ada dimasyarakat, diberikan oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah melalui proses keperawatan.

Tujuan
Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat menolong diri mereka sendiri (self care) dan tidak terlalu tergantung kepada pihak lain.
Tujuan khusus
Agar kelompok khusus dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam hal:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus sesuai dengan macam, jenis dan tipe kelompok.
2. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan/kesehatan yang mereka hadapi berdasarkan permasalahan yang terdapat pada kelompok.
3. Penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi berdasarkan rencana yang telah mereka susun bersama.
4. Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam memelihara kesehatan mereka sendiri.
5. Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam pemeliharaan dan perawatan diri sendiri.
6. Meningkatkan produktivitas kelompok khusus untuk lebih banyak berbuat dalam rangka meningkatkan kemampuan diri mereka sendiri.
7. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan dalam menunjang fungsi puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan kesehatan mayarakat.

Sasaran
Ada dua sasaran pokok pembinaan yaitu melalui institusi – institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap kelompok khusus dan pelayanan kelompok khusus dimasyarakat yang telah terorganisir secara baik atau melalui melalui posyandu yang ditujukan untuk ibu hamil, bayi dan anak balita atau terhadap kelompok – kelompok khusus dengan cirri khas tertentu misalnya kelompok usila, kelompok penderita berpenyakit kusta dan sebagainya.

Pelayanan kelompok khusus di institusi
Pelayanan terhadap lembaga – lembaga social kemasyarakatan yang menyelenggarakan pemeliharaan dan pembinaan kelompok – kelompok khusus tertentu, diantaranya:
*Panti wreda
*Panti asuhan
*Pusat rehabilitasi anak cacat (fisik, mental, social)
*Penitipan balita

Yang menjadi sasaran pembinaan dan pelayanan kelompok khusus di institusi meliputi:

Penghuni panti
Merupakan prioritas utama karena mereka yang rawan terhadap masalah kesehatan dan umumnya merekalah yang bermasalah baik secara individu maupun kelompok. Dalam mengatasi permasalahan perlu kolaborasi dengan profesi kesehatan lain maupun dengan petugas – petugas terkait.
Petugas panti
Merupakan orang yang setiap berhubungan langsung dengan pelayanan penghuni panti dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dan merekalah yang paling mengetahui.
Lingkungan panti
Merupakan salah satu mata rantai penyebaran penyakit


Pelayanan kelompok khusus di masyarakat
Dilakukan melalui kelompok – kelompok yang terorganisir dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat, melalui pembentukan kader kesehatan diantara kelompok tersebut yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan oleh puskesmas, selain itu lahan pembinaan kelompok khusus masyarakat dapat dilakukan melalui posyandu terhadap kelompok ibu hamil, bayi dan anak balita serta kelompok lainnya yang mungkin dapat dilakukan.

Klasifikasi
Kelompok khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan permasalahan dan kebutuhan yang mereka hadapi, diantaranya:
Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus yang memerlukan pengawasan akibat pertumbuhan dan perkembangannya misal:
Kelp. Ibu hamil
Kelp. Ibu bersalin.
Kelp. Ibu nifas.
Kelp. Bayi dan anak balita.
Kelp. Anak usia sekolah.
Kelp. Usia lanjut.

Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan, diantaranya:
Kelp. penderita penyakit menular (kusta, TBC, AIDS, Peny. Kelamin)
Kelp. Penderita penyakit tidak menular (DM, Jantung, Stroke)
Kelp. Cacat yang memerlukan rehabilitasi (Fisik, mental, social)
Kelp. Khusus yang mempunyai resika terserang penyakit (WTS, penyalahgunaan obat & narkotika, pekerja tertentu).


Ruang lingkup kegiatan.
Kegiatan perawatan kelompok khusus mencakup upaya – upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative dan resosialitatif melalui kegiatan – kegiatan yang terorganisasi sebagai berikut:
*Pelayanan kesehatan dan keperawatan.
*Penyuluhan kesehatan.
*Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota kelompok, kader kesehatan dan petugas panti.
*Penemuan kasus secara dini.
*Melakukan rujukan medic dan kesehatan.
*Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan masyarakat, kader dan petugas panti atau pusat – pusat rehabilitasi kelompok khusus.
*Alih tegnologi dalam bidang kesehatan dan keperawatan kepada petugas panti, kader kesehatan.


Prinsip dasar
Yang menjadi prinsip dasar dalam perawatan kelompok khusus adalah:
*Meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelompok khusus dalam meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
*Menekankan kepada upaya preventif dan promotif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitative.
*Pendekatan yang menyeluruh menggunakan proses keperawatan secara konsisten dan berkesinambungan.
*Melibatkan peran serta aktif petugas panti, kader kesehatan dan kelompok sebagai subyek maupun obyek pelayanan.
*Dilakukan diinstitusi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kelompok khusus dimasyarakat terhadap kelompok khusus yang mempunyai masalah yang sama.
*Ditekankan pada pembinaan perilaku penghuni panti,petugas panti, lingkungan panti bagi yang diinstitusi dan masyarakat yang mempunyai masalah yang sama kearah perilaku sehat.

Tahap – tahap perawatan kelompok khusus

Tahap persiapan
*Mengidentifikasi jumlah kelompok khusus yang ada dimasyarakat dan jumlah panti atau pusat – pusat rehabilitasi yang ada disuatu wilayah binaan.
*Mengadakan pendekatan sebagai penjajagan awal pembinaan kelompok khusus terhdap institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap kelompok khusus dan kelompok khusus yang ada di masyarakat.
*Identifikasi masalah kelompok khusus di masyarakat dan di panti /institusi melalui pengumpulan data.
*Menganalisa data kelompok khusus dimasyarakat dan diinstitusi
*Merumuskan masalah dan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus di masyarakat dan institusi.
*Mulai dari tahap mengidentifikasi masalah, analisa data, perumusan masalah dan prioritas masalah kesehatan/keperawatan kelompok khusus melibatkan kader kesehatan dan petugas panti

Tahap perencanaan
Menyusun perencanaan penanggunangan masalah kesehatan /keperawatan bersama petugas panti (bagi yang diinstitusi) dan kader kesehatan (yang dimasyarakat). Yang manyangkut:
Ø Jadwal kegiatan (Tujuan, sasaran, jenis pelayanan, biaya, kriteria hasil).
Ø Jadwal kunjungan.
Ø Tenaga pelaksana pengorganisasian kegiatan.
Ø Dsb.

Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan didasarkan atas rencana kerja yang telah disepakati bersama, yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Pelaksanaan kegiatan dapat berupa:
Ø Pendidikan dan pelatihan kader dan petugas panti.
Ø Pelayanan kesehatan dan keperawatan.
Ø Penyuluhan kesehatan.
Ø Imunisasi.
Ø Penemuan khasus dini.
Ø Rujukan bila dianggap perlu.
Ø Pencatatan dan pelaporan kegiatan.


Tahap penilaian.
Penilaian atas keberhasilan kegiatan didasarkan atas criteria yang telah disusun. Penilaian dapat dilakukan selama kegiatan berlangsung dan setelah kegiatan dilaksanakan secara keseluruhan.

http://askep-askeb.cz.cc/
BACA SELENGKAPNYA - KONSEP KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK KHUSUS ANAK USIA SEKOLAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK KHUSUS ANAK USIA SEKOLAH

Usia sekolah merupakan waktu yang tepat untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkalitas sebagai sumber daya pembangunan bangsa. Hal tersebut yang melatarbelakangi terbentuknya UKS. Dasar hukum pembentukan UKS undang – undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan sekolah. Pada BAB V pasal 45 ayat 1 dinyatakan bahwa: kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat, sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

MASALAH KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH DI INDONESIA
Keadaan malnutrisi
Alkoholoisme.
Narkoba.
Seks bebas.
Kecanduan rokok.
Penyakit fisik dan mental.
Untuk mengatasi itu pemerintah pemerintah mencanangkan program UKS.

PENGERTIAN UKS
· Usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat sekolah, yaitu: anak didik, guru dan karyawan sekolah lainnya. Yang dimaksud dengan sekolah adalah SD – SLTA. Prioritas pelaksanaan UKS diberikan pada SD mengingat SD merupakan dasar dari sekolah – sekolah lanjutan.( Endang, 1993)
· Upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah.(Sumijatun, 2006)
· Wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat anak usia sekolah yang berada disekolah. (Dep.Kes, 2001).

DASAR TITIK TOLAK MENGAPA UKS PERLU DIJALANKAN
· Golongan masyarakat usia sekolah (6-18 th) merupakan bagian yang besar dari penduduk Indonesia (+ 29%), diperkirakan 50% dari jumlah tersebut adalah anak – anak sekolah.
· Masyarakat sekolah yang terdiri atas murid, guru serta orang tua murid merupakan masyarakat yang paling peka (sensitive) terhadap pengaruh modernisasi dan tersebar merata diseluruh Indonesia.
· Anak – anak dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan sehingga masih mudah dibina dan dibimbing.
· Pendidikan kesehatan melalui masyarakat sekolah ternyata paling efektif diantara usaha – usaha yang ada untuk mencapai kebiasaan hidup sehat dari masyarakat pada umumnya, karena masyarakat sekolah:
-prosentasenya tinggi.
-terorganisir sehingga lebih mudah dicapai.
-peka terhadap pendidikan dan pembaharuan.
-dapat menyebarkan modernisasi.
· Masyarakat sehat yang akan datang adalah merupakan wujud dari sikap kebiasaan hidup sehat serta keadaan kesehatan yang dimiliki anak – anak masa kini.
· pembinaan kesehatan anak – anak sekolah (jasmani, rohani dan social) merupakan investasi bagi bangsa dan Negara.

PROGRAM PEMBINAAN ANAK USIA SEKOLAH
1. melalui sekolah: UKS
2. Di luar sekolah: dasa wisma, karang taruna, lembaga swadaya masyarakat.

SASARAN UKS
Anak – anak usia sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat menengah.
Untuk sekolah dasar, diprioritaskan pada kelas I, III, VI. Alasannya adalah:
Kelas I: merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyakit lebih besar karena ketidaktahuan dan ketidak mengertian tentang kesehatan.
Kelas III: untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS di kelas satu dahulu dan langkah – langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam program pembinaan UKS.
Kelas VI: dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup.

SASARAN PEMBINAAN
1. Peserta didik
2. Pembina UKS
3. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan
4. Lingkungan sekolah.


RUANG LINGKUP
Kegiatan utama UKS dikenal dengan “TRIAS UKS” yang meliputi:
pendidikan kesehatan.
Pelayanan kesehatan.
Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah.

PENDEKATAN
• Komunikasi informasi & motivasi (KIM)
• Pendekatan edukatif dalam rangkah alih kelola & alih teknologi

PELAKSANA UKS
Yang terlibat dalam pelaksanaan UKS;
· Guru UKS
· Peserta didik (siswa)
· Petugas puskesmas dari puskesmas
· Masyarakat sekolah

PERAN PERAWAT SEKOLAH
*Manajer.
*Konsultan.
*Pendidik.
*Pelaksana.

FUNGSI PERAWAT SEKOLAH
*Mengajukan atau membuat kebijakan untuk menjamin pelaksanaan program kesehatan secara terintegrasi dan komprehensif.
*Penanganan kasus/manajemen kasus untuk membantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan, terutama yang terkait dengan anak didiknya.
*Manajemen program, sehingga system dan aktivitas kesehatan sekolah dapat berjalan dan berkembang sebagai bagian integral dari system kesehatan masyarakat.
*Bertanggung jawab terhadap upaya proteksi dan promosi kesehatan.


http://askep-askeb.cz.cc/
BACA SELENGKAPNYA - ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK KHUSUS ANAK USIA SEKOLAH

KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

Rata PenuhKONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

Pengertian Keperawatan Kesehatan Komunitas
- Menurut American Nurses Association (ANA) mendefinisikan keperawatan kesehatan komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat.
- Menurut American Public Health Association, yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori keperawatan professional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada keseluruhan komunitas.
- Rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat mendefinisikan keperawatan komunitas sebagai suatu bidang perawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitative secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungus kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan.

Perbedaan Keperawatan Komunitas dengan Disiplin Keperawatan yang lain.
Keperawatan kesehatan komunitas dibedakan dari spesialis keperawatan lainnya berdasarkan delapan prinsip dibawah ini:
- Klien atau unit keperawatan merupakan suatu populasi.
Selain memberikan asuhan pada individu, keluarga dan kelompok tetapi tanggung jawab tetap lebih dominan pada populasi.

- Tugas utama adalah meraih yang terbaik bagi sejumlah orang atau populasi keseluruhan.
Perawat kesehatan komunitas mengidentifikasi kemungkinan menemukan individu yang kebutuhannya tidak sesuai dengan prioritas kesehatan yang menguntungkan bagi populasi secara keseluruhan.

- Proses yang digunakan oleh perawat komunitas termasuk bekerja dengan klien sebagai mitra yang sejajar.
Perawat kesehatan komunitas harus menggambarkan kesadaran mengenai kebutuhan yang komprehensif dari kesehatan dalam kemitraan dengan komunitas.

- Pencegahan primer merupakan hal yang prioritas dalam memilih tindakan yang sesuai.
Pencegahan primer meliputi promosi strategi kesehatan dan proteksi kesehatan.

- Memilih strategi untuk menciptakan lingkungan sehat, kondisi social dan ekonomi pada populasi yang berkembang merupakan focus utama.
Intervensi keperawatan kesehatan komunitas meliputi pendidikan, pengembangan masyarakat, perencanaan social, kebijakan pengembangan serta enforcement. Advokasi pada komunitas untuk menciptakan kondisi sehat merupakan hal yang penting.

- Tanggung jawab mencakup keseluruhan populasi yang memerlukan intervensi atau pelayanan spesifik.
Keperawatan kesehatan komunitas berfokus pada keseluruhan populasi dan tidak hanya pada masyarakat yang dating ke pelayanan.

- Penggunaan sumber – sumber kesehatan yang optimal untuk mendapatkan perbaikan yang terbaik dari populasi merupakan kunci pokok dari kegiatan praktik.
Perawat kesehatan komunitas harus terlibat dalam koordinasi dan organisasi tindakan dalam merespon isu – isu yang berhubungan denagn kesehatan. Perawat komunitas harus memberikan masukan pada pembuat kebijakan berdasarkan bukti – bukti otentik.

- Kolaborasi dengan berbagai jenis profesi, organisasi, dan perkumpulan merupakan cara paling efektif untuk mempromosikan dan melindungi kesehatan populasi.
Perawat kesehatan komunitas diharapkan bekerja sama dengan berbagai professi dan disiplin ilmu dalam upaya peningkatan kesehatan populasi.



Area Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi kesehatan populasi yang menggunakan pengetahuan atau ilmu keperawatan, social dan kesehatan masyarakat (American Publik Health Association, 1996). Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan utama promosi kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan untuk semua melalui kondisi yang diciptakan dimana orang bisa menjadi sehat.

Perawat kesehatan komunitas bisa bekerja sama dengan komunitas dan populasi untuk mengurangi risiko angka kesakitan serta meningkatkan, mempertahankan dan memperbaiki kembali kesehatan.

Perawat kesehatan komunitas melakukan advokasi pada tingkat system untuk mengubah kesehatan serta harus mengaplikasikan konsep pengorganisasian dan pengembangan komunitas, koordinasi perawatan, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan dan ilmu kesehatan masyarakat.

Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan populasi dan berbagai kelompok meliputi:
· Anggota dari tim kesehatan masyarakat seperti epidemiologi, pekerja social, nutrisionis dan pendidik kesehatan.
· Organisasi kesehatan pemerintah.
· Penyedia layanan kesehatan.
· Organisasi dan koalisi masyarakat.
· Unit pelayanan komunitas seperti sekolah, lembaga bantuan hokum dan unit gawat darurat.
· Industry dan bisnis.
· Institusi penelitian dan pendidikan.

Menurut Depkes RI (2006), pelayanan keperawatan komunitas dapat diberkan langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan seperti:
· Unit pelayanan kesehatan yang mempinyai pelayanan rawat jalan dan rawat inap(RS, puskesmas, dll)

· Rumah.
Perawat home care memberikan pelayanan pada keluarga dirumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home care adalah untuk meningkatkan fungsi keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit ataupun yang berisiko.

· Sekolah.
Perawat sekolah dapat melakukan perawat day care, selain itu dapat juga melakukan pemeriksaan secara keseluruhan (screening), mempertahankan kesehatan dan memberikan pendidikan kesehatan.

· Tempat kerja atau industry.
Perawat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus kesakitan atau kecelakaan minimal ditempat kerja dan industry. Selain itu perawat juga memberikan pendidikan kesehatan
· Barak penampungan.
Perawat memberikan tindakan langsung pada kasus prnyakit akut, kronis serta kecacatan fisik ganda dan mental.

· Kegiatan Pusling.
Diberikan kepada individu, kelompok masyarakat dipedesaan dan kelompok terlantar. Bentuk pelayanan seperti pengobatan sedeerhana, screening kesehatan, kasus penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.

· Panti atau kelompok khusus lain seperti panti asuhan anak, panti wreda, panti social,Rutan.

· Pelayanan pada kelompok resiko tinggi:
- Kelompok wanita, anak dan lansia yang mendapat perlakuan kekerasan.
- Pusat pelayanan kesehatan jiwa dan penyalahgunaan obat.
- Tempat penampungan kelompok dengan HIV/AIDS dan Wanita Tuna Susila.

Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (DEPKES, 2006)
· Individu.
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut,penderita penyakit menular (TB paru, kusta, malaria, demam berdarah, diare, ISPA atau pneumonia) dan penderita penyakit degenerative.

· Keluarga.
Keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (highrisk group) dengan prioritas sebagai berikut.
- Keluarga miskin yang belum pernah kontak dengan sarana pelayanan kesehatan dan yang belum punya kartu sehat.
- Keluarga miskin yang sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan serta mempunyai masalah kesehatan terkait dengan TumBang balita, kesehatan reproduksi dan penyakit menular.
- Keluarga yang tidak termasuk miskin dan mempunyai masalah kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.

· Kelompok.
Kelompok yang masyarakat khusus yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam satu institusi.
- Kelompok tidak terikat: posyandu, kelompok balita, ibu hamil, usia lanjut, penderita peyakit tertentu dan pekerja informal.
- Kelompok terikat: sekolah, pesantren, panti asuhan, panti wreda, rutan.

· Masyarakat.
Masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan seperti berikut:
- Masyarakat disuatu wilayah (RT, RW, Kelurahan, desa) yang mempunyai:
Ø Jumlah bayi meninggal lebih tinggi disbanding daerah lain.
Ø Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi disbanding daerah lain.
Ø Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain.
- Masyarakat didaerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam berdarah, dan lainnya.)
- Masyarakat dilokasi atau barak pengungsian akibat bencana atau akibat lainnya.
- Masyarakat didaerah dengan geografis sulit antara lain daerah terpencil dan perbatasan.
- Masyarakat di daerah baru dengan transportasi sulit seperti daerah tranmigrasi.

Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Proses kelompok (Group Proces)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit tertentu setelah belajar dari pengalaman sebelumnya dan jika masyarakat sadar bahwa penanganan masalah yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah maka mereka telah melakukan pendekatan dengan proses berkelompok.

Pendidikan kesehatan (Health Promotion).
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar seseorang mampu:
- Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
- Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya dengan sumber daya yang ada pada mereka dan ditambah dengan dukungan dari luar.
- Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan.

Kerjasama.
Kerjasama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan Askep Komunitas, melalui upaya ini berbagai persoalan didalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

Prinsip Keperawatan Komunitas
1. Kemanfaatan.
2. Otonomi.
Masyarakat diberikan kebebasan untuk melakukan atau memilih alternative yang terbaik yang disediakan.
3. Keadilan.
Tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas.

http://askep-askeb.cz.cc/
BACA SELENGKAPNYA - KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

Sectio Caesarea atas Indikasi Letak Sungsang

Sectio Caesarea atas Indikasi Letak Sungsang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong. Sedangkan definisi sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Rustam M, 1998). Sedangkan Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Pada ibu hamil dengan letak janin sungsang ditambah lagi dengan indikasi belum pernah SC, kehamilan sudah cukup bulan dan taksiran berat janin besar maka untuk ibu dianjurkan agar melakukan operasi Seksio Sesarea.
Ditambah lagi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran makin berkembang terutama di bidang kandungan, banyak penanganan yang mungkin dapat dilakukan pada ibu yang mengalami kelainan letak anak. Salah satunya yaitu melakukan operasi SC.
Untuk itu, penulis ingin mengangkat kasus ibu hamil dengan kelainan letak anak ini agar dapat digunakan dengan semestinya oleh berbagai pihak.

B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah
a. Mengetahui tentang pengertian, penyebab, komplikasi serta penatalaksanaan letak sungsang
b. mengetahui langkah langkah serta manajemen dari pasien yang mengalami letak sungsang





BAB II
PEMBAHASAN

A. SECTIO CAESAREA
1. Definisi Sectio Caesarea
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong. Sedangkan definisi sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Rustam M, 1998).
Beberapa macam teknik operasi sectio caesarea adalah :
a. Sectio caesarea abdominalis
1) Sectio caesarea transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau korporal dengan incisi memanjang pada korpus uteri dan sectio caesarea ismika atau profunda dengan incisi pada segmen bawah rahim.
2) Sectio caesarea ekstraperitonealis
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
b. Sectio caesarea vaginalis

Operasi ini biasanya dilakukan tim yang melibatkan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis anestesi, dan bidan. Dalam Operasi Caesar, ada tujuh lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu lapisan kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Setelah bayi dikeluarkan, lapisan itu kemudian dijahit lagi satu persatu, sehingga jahitannya berlapislapis
Anastesi merupakan upaya untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri pada waktu menjalani operasi. Teknik anastesi yang akan dibahas pada kasus sectio caesarea disini yaitu anastesi regional. Pada pembiusan regional, ibu yang menjalani persalinan tetap dalam keadaan sadar sebab yang mati rasa hanyalah saraf-saraf di bagian perut termasuk rahimnya. Pembiusan regional yang digunakan untuk operasi caesarea pada persalinan diantaranya adalah bius epidural, spinal dan kelamin. Jenis pembiusan ini dilakukan dengan memberi obat pemati rasa ke daerah tulang belakang, mengakibatkan sebatas panggul ke bawah mati rasa, tetapi ibu masih sadar selama proses pembedahan berlangsung (Dini Kasdu, 2003).

2. Etiologi Secsio Caesarea
Pada persalinan normal bayi akan keluar melalui vagina, baik dengan alat maupun dengan kekuatan ibu sendiri. Dalam keadaan patologi kemungkinan dilakukan operasi sectio caesarea. Adapun penyebab dilakukan operasi sectio caesarea adalah :
a. Kelainan dalam bentuk janin
1) Bayi terlalu besar
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayii sulit keluar dari jalan lahir.
2) Ancaman gawat janin
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan.
3) Janin abnormal
Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan diputuskannya dilakukan operasi.
4) Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
b. Kelainan panggul
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan. Terjadinya kelainan panggul ini dapat disebabkan oleh terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rahim (sejak dalam kandungan), mengalami penyakit tulang (terutama tulang belakang), penyakit polio atau mengalami kecelakaan sehingga terjadi kerusakan atau patah panggul.
c. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas (Dini Kasdu, 2003).

3. Tipe insisi uterus
(1) Insisi pada segmen bawah rahim
• Insisi transversal ( trans peritoneal profunda )
• Insisi vertical ( low vertical incisions )
Insisi yang dilakukan pada segmen bawah rahim, seringkali merupakan operasi yang terpilih, dengan keuntungan :
• Kehilangan darah sedikit
• Lebih mudah diperbaiki
• Jarang menimbulkan ruptur uteri pada kehamilan selanjutnya
• Tidak menyebabkan perlengketan pada omentum
Persiapan insisi :
• Rambut pada abdomen dicukur mulai permukaan mons pubis sampai di atas umbilikus
• Kandung kecing dikosongkan
• Lapangan operasi seluruhnya disikat dengan sabun detergen
• Lapangan operasi diperkecil dengan duk steril
 Insisi abdominal :
Insisi vertical pada linea mediana
 Insisi dimulai sedikit diatas margo superior sampai dekat umbilicus dengan ukuran disesuaikan dengan taksiran berat anak
 Insisi dilakukan sampai tampak fasia M. Rektus anterior
 Jaringan lemak dibebaskan sehingga fasia terlihat minimal 2 cm
 Fasia diperlebar keatas dan kebawah dengan gunting sesuai dengan irisan sebelumnya
 M. rektus abdominalis dan M piramidalis dipsahkan secara tumpul dan tajam sehingga tampak fasia transversalis dan peritoneum
 Fasia dan lemak prepetonialis dipisahkan dengan hati hati
 Peritoneum yang terdapat dibagian atas diklem dengan 2 hemostat dengan jarak 2 cm ke samping
 Peritoneum antara 2 klem ditarik dan dilihat serta diraba apakah ada omentum, usus dan vesika urinaria yang terjepit dan setelah itu baru peritoneum dibuka dengan hati hati.
Insisi pada batas atas rambut pubis ( Modified Planenstiel Incision )
 Insisi melengkug pada setinggi garis atas rambut pubis dan diperlebar sampai batas lateral M. rektus
 Jaringan sub kutan dipisahkan sehingge tampak fasia kira kira 1 cm
 Fasia kemudian diinsisi transfersal sesuia insisi sebelumnya
 Tepi superior dan inferior dipegang dengan klem
 Pembuluh darah antara otot dan fasia diklem, diikat dan dipotong
 M. rektus dipisahkan satu sama lain kemudian dibebaskan dari fasia transversalis dibawahnya serta dari peritonium.
 Peritonium di buka dengan membuat insisi vertikal pada garis tengah.
 Insisi uterus pada seksio sesarea trans peritoneal profunda / SCTPP
 Lapisan peritoneum yang secara khas agak longgar ( lapisan serosa ) diatas margo superior vesika urinaria yang menutupi segmen bawah uterus dijepit pada garis tengah di insisi dengan gunting.
 Guntig diselipkan di antara lapisan serosa dan miometrium di dorong ke arah lateral dari garis tengah dengan sebentar sebentar membuka gunting sebagian.
 Lapisan serosa yang lebarnya 2 cm dipisahkan serta kemudian di insisi
 Setelah dekat ke margo lateral pada tiap tiap sisi insisi diarahkan ke kranial
 Lipatan bawah peritonium diangkat dan vesika urinaria secara hati hati dipisahkan dari miometrium secara tumpul ( pemisahan vesika urinaria ini tidak boleh lebih dari 5 cm dan biasanya kurang dari itu oleh karena pada serviks yang sudah tipis bukan saja SBR yang terpotong tapi juga vagina yang dibawahnya dapat terpotong.
 Vesika urinaria ditarik kebawah simpisis dengan refraktor
 Uterus dibuka pada SBR 2 cm di atas vesika urinaria yang telah dibebaskan.
 Dibuat sayatan transversal sepanjang 2 cm atau separuh jarak antara ke dua margo lateralis. Sayatan dilakukan dengan sangat hati hati sehingga potongannya tidak terlalu dalam dan melukai bayi dibawahnya.
 Insisi diperlebar dengan menggunakan kedua telunjuk kea rah lateral
 Apabila pada insisi terdapat plasenta, plasenta harus dilepas atau diiris.
 Persalinan bayi
1. Bayi dalam presentasi kepala
- refrakor dilepas
- satu tangan operator diselpkan dalam kavum uteri, antara simpisisi dan kepala bayi, angkat kepala bayi dengan jari jari.
- Bahu dilahirkan dengan penekanan pada fundus
- Berikan infus oksitosin sampai uterus berkontraksi dengan baik
- Tali pusat segera diklem dan bayi diberikan pada asisiten
2. Bayi tidak dengan presentasi kepala
Dicari tungkai atau kaki lalu dilakukan ekstraksi kaki
3. Plasenta dilahirkan secara manual dengan pemijatan fundus
 Reparasi uterus
• Setelah plasenta lahir, uteru diangkat melalui lubang inisisi pada dinding abdomen yang ditutpi kain duk
• Inspeksi plasenta, cavum uteri di lihat serta digosok bagian dalamnya dengan kassa steril untuk menghilangkan selaput ketuban, verniks dan gumpalan darah
• Tiap tiap sudut insisi dilihat untuk mencari pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahan
• Luka insisi uterus dapat ditutup dengan jahitan kromik kontinue
• Jahitan pertama diletakkan tepat dibelakang slah satu sudut inisisi, tiap jahitan menembus miometrim
• Jahitan bersimpul selanjutnya diteruskan sampai tepat dibelakang sudut insisi yang berlawanan
• Perapatan luka dilakukan dengan satu jahitan
• Jika belum yakin dan perdarahan masih terus berlanjut, maka tempatkan lapisan jahitan sedemikian rupa sehingga tercapai perapatan luka insisi atau dengan jahitan angka delapan

 Penutupan Abdomen
• Jika memakai laparatomi pack, maka diangkat dulu dan isi perut dibersihkan dari sisa darah dan cairan amnion dengan menggunakan suction
• Evaluasi abdomen
• Setelah penghitungan alat alat dengan benar, dinding abdomen ditutup
• Peritoneum ditutup dengan catgut kromik 00 dengan jahitan kontiniu
• M. rektus abdominalis dibiarkan terbuka
• Fasia yang ada diatasnya ditutp dengan jahitan satu satu memakai benang 0
• Subkutis dijahit plain 1/0
• Kulit dijahit dengan silk 3/0
• Luka operasi ditutp dengan kassa steril dan plester
Insisi klasik
Insisi dilakukan pada korpus uteri secara vertical diatas segmen bawah rahim.

4. Komplikasi Seksio Sesarea
1. Pada Ibu
a. Infeksi puerperal
b. Perdarahan jika cabang cabang arteri uterina ikut terbuka, atau karena atonia uteri
c. Komplikasi komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru paru
d. Pada kehamilan selanjutnya dapat terjadi ruptura uteri
2. Pada anak
Kematian perinatal pasca SC berkisar antara 4 – 7 %

B. LETAK SUNGSANG
1. Defenisi Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.

2. Klasifikasi Letak sungsang
a. Letak bokong ( Frank Breech )
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas
b. Letak sungsang sempurna ( Complete Breech )
Letak bokong dimana kedua kaki ada di samping bokong ( letak bokong kaki sempurna ( lipat kejang ).
c. Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech )
Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari :
- kedua kaki = letak kaki sempurna
- satu kaki = letak kaki tidak sempurna
- kedua lutut = letak lutut smpurna
- satu lutut = letak lutut tidak sempurna
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :
(1) Left sacrum anterior ( sakrum kiri depan )
(2) Right sacrum anterior ( sacrum kanan depan )
(3) Left sacrum posterior ( sacrum kiri belakang )
(4) Right sacrum posterior ( sacrum kanan belakang )
3. Etiologi letak sungsang
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai lebih kurang dari 32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga kemungkinan janin bergerak lebih leluasa. Dengan demikian, janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif lebih berkurang. Karena bokong dengan dua tungkai yang terlipat lebih besar dari kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruang yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat di mengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Terdapat beberapa factor yang berperan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, kehamilan kembar, hidramnion, hidrosephalus, anensefalus, plasenta previa, panggul sempit, prematuritas, kelainan genetic, kelainan bentuk uterus, tumor uterus, implantasi plasenta di daerah fundus.

4. Diagnosis letak sungsang
(1) Palpasi
Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong, dan punggung di kiri atau di kanan.
(2) Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
(3) Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam teraba os sacrum, tuber ischii, anus, kadang kadang kaki.
Bedakan antara :
a. Jika teraba lubang kecil, tulang (-), isap (-), mekonium (+) maka artinya teraba anus
b. Jika mengisap, teraba rahang, teraba lidah artinya teraba mulut
c. Jika teraba tumit, sudut 90’, rata jari jari artinya teraba kaki
d. Jika teraba jari jari panjang, tidak rata, patella (-) artinya teraba tangan siku
e. Jika teraba petella dan poplitea artinya teraba lutut
(4) Pemeriksaan foto Rontgent : bayangan kepala di fundus

5. Prognosis Persalinan Sungsang
Zatuchni dan andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan sungsang dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominal, sebagai berikut :
0 1 2
Paritas primi Multi
Umur kehamilan > 39 Minggu 38 Minggu < 37 minggu
Taksiran berat anak >3630 3629 - 3176 < 3176
Pernah letak sungsang Tidak 1X > 2x
Pembukaan serviks < 2 cm 3 cm > 4 cm
station <-3 < -2 -1 atau lbh rendah

Arti nilai :
< 3 : persalinan perabdominal
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam
> 5 : dilahirkan pervaginam

Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan dengan letak kepala. Sebab, kematian perinatal yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan di tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir.











BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun yang dapat penulis simpulkan yaitu :
1. Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.
2. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
3. prognosis letak sungsang

0 1 2
Paritas primi Multi
Umur kehamilan > 39 Minggu 38 Minggu < 37 minggu
Taksiran berat anak >3630 3629 - 3176 < 3176
Pernah letak sungsang Tidak 1X > 2x
Pembukaan serviks < 2 cm 3 cm > 4 cm
station <-3 < -2 -1 atau lbh rendah

Arti nilai :
< 3 : persalinan perabdominal
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam
> 5 : dilahirkan pervaginam

B. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan adalah :
1. kepada masyarakat umumnya dan kepada ibu hamil khususnya agar selalu melakukan antenatal secara teratur agar mudah dideteksi kelainan kelainan yang terjadi misalnya saja seperti kelainan letak pada janin agar tidak terlambat dalam pertolongan.
2. kepada tenaga kesehatan agar selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya


DAFTAR PUSTAKA

Ida, Bagus Gde Manuaba. 1998. ”Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan”. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. ” Sinopsis Obstetri”. Jakarta : EGC.

Mansjoer,arif.dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ” Ilmu Kebidanan”. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Tiran, denise. 2006. “Kamus saku bidan”. Jakarta : EGC
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
BACA SELENGKAPNYA - Sectio Caesarea atas Indikasi Letak Sungsang

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT
COMMUNITY HEALTH NURSING

A. DefenisiWorld Health Organisation (WHO 1959)
Perkesmas : mencakup perawatan kes.klg.meliputi kes.& kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kes. sendiri serta memecahkan masalah kesehatan sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain.

- Rapat kerja kep. Kes. Masyarakat (1990)
Perkesmas : su/ bidang kep. yang merupakan perpaduan antara kep. dengan kes. masyarakat, dengan dukungan dan peran serta aktif masyarakat, serta mengutamakan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan pel.kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan pada individu, klg,klp,masyarakat. sebagai satu kesatuan yang utuh melalui proses kep. untuk ikut f.kehidupan man.sec.optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
- Departemen Kesehatan RI (1986)
Perkesmas : upaya kep. yang merupakan bagian integral dari pel.kes. yang dilaksanakan oleh perawat, dengan mengikut sertakan team kes. lainnya dan masy untuk memperoleh tink.kes. yang dari indiv,klg dan masyarakat
- Ruth B.Freeman (1981)
Perkesmas : kesatuan yang unik dari praktek kep dan kes.masy. yang ditujukan pada pengembangannya maupun secara kolektif sbg klg, klp khusus / masy.pel.ini mencakup pel.kes u/ masy.

B. Tujuan.
1. Tujuan Umum
Dalam kemandirian masy.dalam mengatasi masalah kep.kes masy.u/ mencapai derajat kesehatan yang optimal
2. Tujuan Khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
b. Dalam kemampuan indiv.klg, klp khusus dan masy. untuk melaksanakan kep.dasar dalam rangka mengatasi mas.kes.
c. Tertanganinya klg rawan yang memerlukan pembinaan dan pel. kep.
d. Terlayaninya klp khusus / panti yang memerlukan pembinaan dan pel.kep
e. Terlayaninya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut dan pel.kep.
f. Terlayaninya kasus-kasus resiko tinggi yang memerlukan pel.kep di puskesmas dan rumah

C. Sasaran perkesmas.
1. Individu
individu : bagian dari anggota klg,apabila indiv tsb memp.masalah kes/kep.krn ketidak mampuan merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota klg lainnya, baik secara fisik, mental / sosial.
2. Keluarga.
Keluarga rawan : klg yang rawan terhadap kemungkinan timbulnya mas.kes. dan klg yang memiliki indiv.bermasalah
prioritas pel.perkesmas : klg rawan yang belum memanfaatkan pel .kes.
3. Kelompok Khusus
a. Klp khusus dengan keb.kes. khusus sbg.akibat perkembangan dan pertumbuhannya.ex: bayi baru lahir, anak balita, anak usia sekolah dan usila
b. Klp dengan kes.khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta askep.ex:
- Penderita peny.menular : tbc, lepra, aids dan peny.kelamin
- Penderita peny.menular : dm, jantung coroner, cacat fisik dan g3 mental.
c. Klp yang memp.resiko terserang penyk.ex:wanita tuna susila, klp menyalahgunaan obat dan narkotika
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi
4. Masyarakat.
Masyarakat : Sklp man.yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Prioritas pel.perkesmas pada :
- Masy.didaerah endemis su/peny.ex : endemis malaria, filariasis, dhf, diare dll
- Masy.didaerah dengan keadaan link.kehidupan buruk,ex: didaerah kumuh perkotaan
- Masy.didaerah yang mempunyai masalah kesehatan menonjol dibandingkan dengan daerah sekitarnya, ex : daerah dengan akb.
- Masy.didaerah yang mempunyai kesenjangan pel.kes.lebih tinggi dari daerah sekitarnya ex: anc menurun,imunisasi menurun dll

D. Pelaksanaan Perkesmas.
1. Seluruh tenaga p di puskesmas merupakan pelaksana perawatan kesehatan masyarakat
2. Tenaga kesehatan non kep.terlibat secara aktif dalam bentuk kerjasama tim

E. Ruang Lingkup
Kegiatan yang ditekankan : promotif dan prepentif dan mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
- Upaya promotif (peningkatan kesehatan)
• penyuluhan kes.masy dan tingkat gizi.
• pemeliharaannya kesehatan perseorangannya dan link
• olahraga secara teratur dan rekreasi
• pend.seks.

- Upaya Preventif (pencegahan)
• imunisasi massal pada anak balita dan ibu hamil
• pemeriksaan kesehatan secara berkala di posyandu, puskesmas, maupun dirumah
• pemberian vit.a dan yodium
• pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
- Upaya Kuratif (merawat dan mengobati)
• home nursing
• perawatan orang sakit
• perawatan ibu hamil, bersalin dan nifas
• perawatan buah dada dan tali pusat bayi
- Upaya Rehabilitatif.(pemulihan kesehatan)
• latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik : penderita kusta, patah tulang dan kelainan bawaan.
• latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu ex:tbc, dengan latihan nafas dan batuk, strok mel.fisioterapi manual.

Resosiatif
Upaya untuk mengembalikan individu, klg dan klp khusus di dalam pergaulan masyarakat, klp yang diasingkan oleh masyarakat.ex : kusta, aids, wts dan wanita tuna wisma.

F. Kegiatan
Memberikan askep langsungØ pada individu, klg,klp khusus baik dirumah, disekolah, posyandu dll.
Ø he. untuk merubah perilaku
Konsultasi dan pemecahan masalah yangØ dihadapi
Bimbingan dan pembinaanØ
Sebagai penghubung antaraØ masyarakat dengan unit pel.kes lainnya
Melaksanakan askep komunitasØ
Ø Melaksanakan koordinasi
Kerjasama lintas program dan lintasØ sektoral dengan instansi terkait
Memberikan ketauladananØ
IkutØ serta dalam penelitian untuk pengembangan perkesmas

Kegiatan perkesmas di puskesmas dpt digolongkan:
1. Keg.didalam gedung puskesmas. seperti rawat jalan, rawat inap
2. Kegiatan diluar gedung puskesmas
a. Pembinaan kesehatan. terhadap sasaran perkesmas dalam wil.kerja puskesmas mel.daerah binaan kep.
b. Pembinaan kesehatan klp.khusus
c. Pembinaan kesehatan pada klg rawan
d. Pel. kep.tindak lanjut dirumah termasuk pembinaan terhadap klg.
e. Pel.kep.terhadap kasus resiko tinggi
BACA SELENGKAPNYA - KONSEP PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT
INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS, KETIK EMAIL ANDA DISINI:
setelah mendaftar segera buka emailnya untuk verifikasi pendaftaran. Petunjuknya DILIHAT DISINI