kolom pencarian

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan | Testimoni | Perkakas
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

12 May 2011

Asuhan Keperawatan Gastroenteritis (Askep Gastroenteritis)

GASTROENTERITIS

1. Pengertian

Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).

Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).

Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
Dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Gstroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.


2. Etiologi

Penyebab dari diare akut antara lain :
  1. Faktor Infeksi

    • Infeksi Virus

      • Retavirus
        • Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah.
        • Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
        • Dapat ditemukan demam atau muntah.
        • Di dapatkan penurunan HCC.

      • Enterovirus
        • Biasanya timbul pada musim panas.

      • Adenovirus
        • Timbul sepanjang tahun.
        • Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.

      • Norwalk
        • Epidemik
        • Dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).

    • Bakteri

      • Stigella
        • Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
        • Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
        • Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
        • Muntah yang tidak menonjol
        • Sel polos dalam feses
        • Sel batang dalam darah

      • Salmonella
        • Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
        • Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.
        • Mungkin ada peningkatan temperatur
        • Muntah tidak menonjol
        • Sel polos dalam feses
        • Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
        • Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.

      • Escherichia coli
        • Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan entenoksin.
        • Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.

      • Campylobacter
        • Sifatnya invasis (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
        • Kram abdomen yang hebat.
        • Muntah/dehidrasi jarang terjadi

      • Yersinia Enterecolitica
        • Feses mukosa
        • Sering didapatkan sel polos pada feses.
        • Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
        • Diare selama 1-2 minggu.
        • Sering menyerupai apendicitis.

  2. Faktor Non Infeksiosus

    • Malabsorbsi
      • Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
      • Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
      • Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.

    • Faktor makanan
      Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE).

    • Faktor Psikologis
      Rasa takut,cemas.

3. Patofisiologi

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.

Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.


4. Manifestasi KLinis
  • Nyeri perut (abdominal discomfort)
  • Rasa perih di ulu hati
  • Mual, kadang-kadang sampai muntah
  • Nafsu makan berkurang
  • Rasa lekas kenyang
  • Perut kembung
  • Rasa panas di dada dan perut
  • Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

5. Komplikasi
  • Dehidrasi
  • Renjatan hipovolemik
  • Kejang
  • Bakterimia
  • Mal nutrisi
  • Hipoglikemia
  • Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

6. Tingkat derajat Dehidrasi
  1. Dehidrasi ringan
    Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
  2. Dehidrasi Sedang
    Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
  3. Dehidrasi Berat
    Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
  1. Pemeriksaan Tinja
    • Makroskopis dan mikroskopis.
    • pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
    • Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

  2. Pemeriksaan Darah
    • pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
    • Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

  3. Doudenal Intubation
    Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

8. Penatalaksanaan Medis
  1. Pemberian cairan.
  2. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan : Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
  3. Obat-obatan.


Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diare

A. Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal assessment.

Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :

  1. Identitas klien.

  2. Riwayat keperawatan.

    • Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.

    • Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,tonus dan turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.

  3. Riwayat kesehatan masa lalu.
    Riwayat penyakit yang diderita,riwayat pemberian imunisasi.

  4. Riwayat psikososial keluarga.
    Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari penyakit anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

  5. Kebutuhan dasar.
    • Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang.

    • Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien.

    • Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

    • Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.

    • Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.

  6. Pemerikasaan fisik.
    • Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran composmentis sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat.

    • Pemeriksaan sistematik :

      • Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan.

      • Perkusi : adanya distensi abdomen.

      • Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.

      • Auskultasi : terdengarnya bising usus.

    • Pemeriksaan tinglkat tumbuh kembang.
      Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.

    • Pemeriksaan penunjang.
      Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.


B Diagnosa Keperawatan

  1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.

  2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah.

  3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.

  4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

  5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.

  6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.


C. Intervensi

Diagnosa 1.
Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.

Tujuan :
Devisit cairan dan elektrolit teratasi

Kriteria hasil :
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan cairan seimbang

Intervensi
Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur infut dan output cairan (balance cairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan, pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.


Diagnosa 2.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah.

Tujuan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi

Kriteria hasil :
Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual,muntah tidak ada.

Intervensi :
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.


Diagnosa 3.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.

Tujuan :
Gangguan integritas kulit teratasi

Kriteria hasil :
Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada

Intervensi :
Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol. Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.


Diagnosa 4.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

Tujuan :
Nyeri dapat teratasi

Kriteria hasil :
Nyeri dapat berkurang / hiilang, ekspresi wajah tenang

Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien. Beri kompres hangat pada daerah abdoment. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.


Diagnosa 5.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.

Tujuan :
Pengetahuan keluarga meningkat

Kriteria hasil :
Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.

Intervensi :
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.


Diagnosa 6.
Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.

Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan

Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien. Kaji faktor pencetus cemas. Buat jadwal kontak dengan klien. Kaji hal yang disukai klien. Berikan mainan sesuai kesukaan klien. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan. Anjurkan pada keluarga unrtuk selalu mendampingi klien.

D. Evaluasi
  1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
  2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhantubuh.
  3. Integritas kulit kembali noprmal.
  4. Rasa nyaman terpenuhi.
  5. Pengetahuan kelurga meningkat.
  6. Cemas pada klien teratasi.




Hasil Pencarian Untuk Asuhan Keperawatan Askep Gastroenteritis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Gastroenteritis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Gastroenteritis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Gastroenteritis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Gastroenteritis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Gastroenteritis
BACA SELENGKAPNYA - Asuhan Keperawatan Gastroenteritis (Askep Gastroenteritis)

Asuhan Keperawatan Appendiksitis (Askep Appendiksitis)

APPENDIKSITIS

1. Pengertian

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks (Anonim, Apendisitis, 2007).


2. Klasifikasi

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :
  1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

  2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.


3. Etiologi

Appendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat :

  1. Hiperplasia dari folikel limfoid.
  2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks.
  3. Tumor appendiks.
  4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis.
  5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.

Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan appendiksitis. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.


4. Tanda dan gejala

Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.

Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahuipada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.

Tand Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi klien memburuk.


5. Patofisiologi (pathway Appendiksitis)

Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak adanya fekalit dalam lumen appendik.Adanya benda asing seperti : cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya.Sebab lain misalnya : keganasan (Karsinoma Karsinoid).

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi.

Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).


6. Komplikasi
  • Perforasi dengan pembentukan abses
  • Peritonitis generalisata.
  • Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.

7. Pencegahan

Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan resiko obstuksi dan peradangan pada lumen appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji,sebab obstruksi oleh fekalit dapat terjadi karena tidak ada kuatnya diit tinggi serat.Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda appendiksitis menurunkan resiko terjadinya gangren,perforasi dan peritonitis.


8. Penatalaksanaan

Pada appendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang persitaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain di perut kanan bawah.

  • Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirabaring dan dipuasakan.
  • Tindakan operatif ; appendiktomi.
  • Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.


Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Appendiksitis


A. Pengkajian
  1. Identitas Pasien
    Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.

  2. Riwayat Keperawatan
    • Riwayat Kesehatan saat ini : keluhan nyeri pada luka post operasi apendektomi, mual muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit.

    • Riwayat Kesehatan masa lalu

  3. Pemeriksaan Fisik
    • Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.

    • Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali.

    • Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang.

    • Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.

    • Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.

  4. Pemeriksaan Penunjang
    • Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.

    • Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.

Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

  1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post operasi appenditomi.

  2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri.

  3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi.

  4. Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral.

Intervensi

Diagnosa Keperawatan 1. :
Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada daerah mesial abdomen post operasi appendiktomi

Tujuan
Nyeri berkurang / hilang dengan

Kriteria Hasil :
Tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat.

Intervensi
  • Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
  • Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler.
  • Dorong ambulasi dini.
  • Berikan aktivitas hiburan.
  • Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika.
Rasional
  1. Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri.
  2. Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.
  3. Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.
  4. meningkatkan relaksasi.
  5. Menghilangkan nyeri.

Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri

Tujuan
Toleransi aktivitas

Kriteria Hasil :
  • Klien dapat bergerak tanpa pembatasan
  • Tidak berhati-hati dalam bergerak.

Intervensi
  • catat respon emosi terhadap mobilitas.
  • Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien.
  • Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif.
  • Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan.
Rasional
  1. Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan.
  2. Meningkatkan kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan.
  3. Memperbaiki mekanika tubuh.
  4. Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.

Diagnosa Keperawatan 3. :
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi

Tujuan
Infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil :
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan

Intervensi
  • Ukur tanda-tanda vital
  • Observasi tanda-tanda infeksi
  • Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik
  • Observasi luka insisi
Rasional
  1. Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi
  2. Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah
  3. Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.
  4. Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka.

Diagnosa Keperawatan 4. :
Resiko kekurangan volume cairan berhubungna dengan pembatasan pemasuka n cairan secara oral

Tujuan
Kekurangan volume cairan tidak terjadi

Intervensi
  • Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh
  • Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
  • Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena
Rasional
  1. Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan pengganti.
  2. Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi
  3. Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan meningkatkan fungsi ginjal

Daftar Pustaka
  1. Barbara Engram, Askep Medikal Bedah, Volume 2, EGC, Jakarta.
  2. Carpenito, Linda Jual, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, 2000, Jakarta.
  3. Doenges, Marlynn, E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000, Jakarta.
  4. Elizabeth, J, Corwin, Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.
  5. Ester, Monica, SKp, Keperawatan Medikal Bedah (Pendekatan Gastrointestinal), EGC, Jakarta.
  6. Peter, M, Nowschhenson, Segi Praktis Ilmu Bedah untuk Pemula. Bina Aksara Jakarta


Hasil Pencarian Untuk Asuhan Keperawatan Askep Appendiksitis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Appendiksitis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Appendiksitis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Appendiksitis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Appendiksitis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Appendiksitis
BACA SELENGKAPNYA - Asuhan Keperawatan Appendiksitis (Askep Appendiksitis)

Tinjauan Teoritis: Dispepsia

Dispepsia


1. Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488). Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung J, dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorus. Sebelah atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan yang masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isis usus halus kedalam lambung.
Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :
1. lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.
2. Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan :
a.) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot esophagus.
b.) Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta membentuk otot sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama.
c.) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambunh dan berjalan dari orivisium kardiak, kemudian membelok kebawah melalui kurva tura minor (lengkung kelenjar).
3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan saluran limfe.
4. Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang karena berisi makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan menurut bagian anatomi lambung yang ditempatinya. Kelenjar kardia berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini mensekresikan mukus. Kelenjar fundus atau gastric terletak di fundus dan pada hampir selurus korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tipe-tipe utama sel. Sel-sel zimognik atau chief cells mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. Sel-sel parietal mensekresikan asam hidroklorida dan faktor intrinsik. Faktor intrinsik diperlukan untuk absorpsi vitamin B 12 di dalam usus halus. Kekurangan faktor intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa. Sel-sel mukus (leher) ditemukan dileher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini mensekresikan mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada pylorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresikan oleh lambung adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium, dan klorida.
Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus mempercabangkan ramus gastrik, pilorik, hepatik dan seliaka. Pengetahuan tentang anatomi ini sangat penting, karena vagotomi selektif merupakan tindakan pembedahan primer yang penting dalam mengobati tukak duodenum.
Persarafan simpatis adalah melalui saraf splenikus major dan ganlia seliakum. Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh peregangan, dan dirasakan di daerah epigastrium. Serabut-serabut aferen simpatis menghambat gerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf mesentrikus (auerbach) dan submukosa (meissner) membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan mengkordinasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa lambung.
Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serat hati, empedu, dan limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang mempecabangkan cabang-cabang yang mensuplai kurvatura minor dan mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri gastroduodenalis dan arteri pankreas tikoduodenalis (retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding postrior duodenum dapat mengerosi arteria ini dan menyebabkan perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum, serta berasal dari pankreas, limpa, dan bagian lain saluran cerna, berjalan kehati melalui vena porta.

b. Fisiologi
Fisiologi Lambung :
1. Mencerna makanan secara mekanikal.
2. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 – 3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.
3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein dirobah menjadi polipeptida
4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
5. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung oleh HCL.
6. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.
3. Etiologi
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan
4. Insiden
Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15 – 30 % orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari. Di inggris dan skandinavia dilaporkan angka prevalensinya berkisar 7 – 41 % tetapi hanya 10 – 20 % yang mencari pertolongan medis. Insiden dispepsia pertahun diperkirakan antara 1 – 8 % (Suryono S, et all, 2001 hal 154). Dan dispepsia cukup banyak dijumpai. Menurut Sigi, di negara barat prevalensi yang dilaporkan antara 23 dan 41 %. Sekitar 4 % penderita berkunjung ke dokter umumnya mempunyai keluhan dispepsia. Didaerah asia pasifik, dispepsia juga merupakan keluhan yang banyak dijumpai, prevalensinya sekitar 10 – 20 % (Kusmobroto H, 2003)
5. Manifestasi Klinik
a. nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
6. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
7. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.

8. Penatalaksanaan Medik
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)

9. Test Diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
e. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.
BACA SELENGKAPNYA - Tinjauan Teoritis: Dispepsia

Tinjauan Teoritis: Appendiksitis

Appendiksitis

A. PENGERTIAN
Appendiksitis adalah merupakan peradangan pada appendik periformil. yaitu saluran kecil yang mempunyai diameter sebesar pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi appendik pada daerah illiaka kanan,dibawah katup illiocaecal,tepatnya pada dinding abdomen dibawah titik Mc burney.


B.ETIOLOGI
Appendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh hyperplasia Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi karena adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang memproduksi mukosa mengalami bendungan.Namun elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan intra lumen.Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang akan menyebabkan edema dan ulserasi mukosa.Pada saat inilah terjadi Appendiksitis akut local yang ditandai oleh adanya nyeri epigastrium.
1. Ulserasi pada mukosa.
2. Obstruksi pada kolon oleh Fekalit (feses yang mengeras)
3. Pemberian barium
4. Berbagai macam penyakit cacing.
5. Tumor.
6. Striktur karena Fibrosis pada dinding usus.


C. TANDA DAN GEJALA

 Anoreksia biasanya tanda pertama
 Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian
menjalar ketempat appendics yang meradang (parietal).
 Retrosekal/nyeri punggung/pinggang.
 postekal/nyeri terbuka → diare.
 Muntah, demam → derajat rendah, kecuali ada perforasi.
 Lekositosis → bervariasi, tidak mempengaruhi diagnosa/penatalaksanaan


D. DIAGNOSA BANDING

 Adenisitis Mensentrik.
 Kista ovari
 Koletiasis
 Batu ginjal/uretra.
 Diverkulitis


E. KOMPLIKASI

 Perforasi dengan pembentukan abses
 Peritonitis generalisata
 Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.


F. PENATALAKSANAAN
Tidak ada penataksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di lakukan. Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan appendics dalam 24 jam sampai 48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop. Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda namun karena dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik dan drainase.


G. PATOFISIOLOGI
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak adanya fekalit dalam lumen appendik.Adanya benda asing seperti : cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya.Sebab lain misalnya : keganasan ( Karsinoma Karsinoid ).

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).


INSIDEN
Appendiksitis sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun. Pada wanita dan laki-laki insidennya sama terjadi kecuali pada usia pubertas.Dan usia 25 tahun lebih banyak dari laki-laki dengan perbandingan 3 : 2.


PENCEGAHAN
Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan resiko obstuksi dan peradangan pada lumen appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji,sebab obstruksi oleh fekalit dapat terjadi karena tidak ada kuatnya diit tinggi serat.Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda appendiksitis menurunkan resiko terjadinya gangren,perforasi dan peritonitis.
BACA SELENGKAPNYA - Tinjauan Teoritis: Appendiksitis

Askep Hernia

Hernia

PENGKAJIAN
  1. Data Umum
    • Aktivitas atau istirahat
      Riwayat Pekerjaan
      Mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan matras untuk tidur, penurunanrentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa, atrofi otot gangguan dalam berjalan.
    • Eliminasi
      Kontipasi, obstipasi, adanya inkontinesia atau retensi urin.
    • Neurosensori
      Kesemutan, Kekakuan, kelemahan tangan atau kaki, penurunan refleks tendon dalam, nyeri tekan atau abdomen.
    • Pencernaan
      Bising usus, muntah, nyeri abdomen.
    • Kenyamanan
      Nyeri seperti ditusuk- tusuk, fleksi pada kaki, keterbatasan mobilisasi.
    • Kaji gaya hidup monoton atau hiperaktif.

  2. Pemeriksaan fisik
    • Inspeksi
      Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan adanya bengkak; ada atau tidak adanya benjolan
    • Palpasi
      Tugor kulit, palpasi terhadap nyeri dan massa
    • Auskultasi
      Bising usus, bunyi nafas, bunyijantung
    • Perkusi
      kembung

  3. Pemeriksaanpenunjang
    • Pemeriksaan darah koagulasi
    • Pemeriksaan urine
    • EKG


DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan system pencernaan ; Hernia yaitu :
  1. Pre Operasi
    • Cemas berhubungan dengan tindakan operasi

  2. Post Operasi
    • Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan pembedahan herniatomy
    • Keterbatasan aktifitas barhubungan dengan kelemahan fisik
    • Defisit volume cairan berhubungan dengan pembedahan
    • Resti infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
    • Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
    • Gangguan eliminasi fekal : Konsipasi berhubungan dengan penurunan aktifitas fisik
    • Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi


INTERVENSI
Intervensi pada pre operasi yaitu jelaskan apa yang terjadi selama priode pasca operasi termasuk alasan puasa dan obat-obatan, ajarkan klien untuk nafas dalam dan membebat bagian yang dibedah ketika batuk, biarkan klien dan keluarga mengungkapkan perasaan tentang pengalaman pembedahaan. Sedangkan tahap pasca operasi pantau tanda-tanda vital kaji intensitas nyeri, lokasi dan skala nyeri, berikan analgenik sesuai indikasi, ganti balutan sesuai aturan dengan penggunaan tehnik aseptic dan anti septic, Bantu klien untuk melakukan gerak aktif dan pasif, kaji tanda-tanda infeksi seperti merah, panas, bengkak, nyeri dan penurunan fungsi, jelaskan proses penyakit serta pembatasan aktifitas yang berat-berat.


EVALUASI
Hasil yang diharapkan pada pasien hernia, yaitu:
  1. Cemas teratasi
  2. Nyeri berkurang sampai hilang
  3. Resti infeksi tidak terjadi
  4. Gangguan nutrisi teratasi
  5. Defisit cairan teratasi
  6. Keterbatasan aktifitas teratasi
  7. Kurang pengetahuan teratasi.



Hasil Pencarian Untuk Asuhan Keperawatan Askep Hernia
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hernia
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hernia
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hernia
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hernia
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hernia
BACA SELENGKAPNYA - Askep Hernia

Askep Ileus Obstruksi

Illeus Obstruksi

PENGKAJIAN
  1. Identitas klien
  2. Aktifitas / istirahat
    Lemah, gelisah
  3. Sirkulasi
    Takikardia, berkeringat
  4. Eliminasi
    Perubahan warna urine dan feces, distensi abdomen
  5. Makanan / cairan
    Mual / muntah, nyeri epigastrium
  6. Nyeri / kenyamananAdanya insisi pembedahan
  7. Pernafasan
    Peningkatan frekuensi pernafasan, pernafasan tertekan ditandai oleh nafas pendek, dangkal
  8. Laboratorium
    Antara lain : Hb/Ht, leukosit, trombisit, elektrolit, AGD


DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Pola nafas tidak efektif
  2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
  3. Gangguan integritas kulit


Hasil Pencarian Untuk Asuhan Keperawatan Askep Obstruksi
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Obstruksi

Tag: search result for asuhan keperawatan askep Obstruksi

Tag: search result for asuhan keperawatan askep Obstruksi

Tag: search result for asuhan keperawatan askep Obstruksi

Tag: search result for asuhan keperawatan askep Obstruksi
BACA SELENGKAPNYA - Askep Ileus Obstruksi

Askep Hemoroid

Hemoroid

PENGKAJIAN
  1. Identitas pasien
  2. Keluhan utama
    Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
  3. Riwayat penyakit


    • Riwayat penyakit sekarang
      Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
    • Riwayat penyakit dahulu
      Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali RPD, bisa juga di hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis.
    • Riwayat penyakit keluarga
      Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut
    • Riwayat sosial
      Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.


PEMERIKSAAN FISIK
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada tempat tidur.
  1. Insfeksi


    • Pada insfeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus
    • Apakah ada benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
    • Bagaiman warnaya , apakah kebiruaan, kemerahan, kehitaman.
    • Apakah benjolan tersebut terletak di luar ( Internal / Eksternal ).

  2. Palapasi
    Dapat dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin dengan melakuakn rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Apakah ada benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada perdarahan.


DIAGNOSA KEPERAWATAN

PRE OPERATIF

  1. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena plexus hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu BAB.
  2. TUJUAN : Terpenuhinyan kebutuhan nutrisi ditandai dengan tidak terdapat anemis, perdarahan terhenti dan BB tidak turun. INTERVENSI
    • Observasi tanda-tanda anemis
      Rasionalisasi : Tanda – tanda anemis diduga adanya kekurangan zat besi (Hb turun)
    • Diet rendah sisa atau serat selama terjadinya perdarahan
      Rasionalisasi : Dapat mengurangi perangsangan pada daerah anus sehingga tidak terjadi perdarahan.
    • Berikan penjelasan tentang pentingnya diet kesembuhan penyakitnya.
      Rasionalisasi : Pendidikan tentang diet, membantu keikut sertaan pasien dalam meningkatkan keadaan penyakitnya.
    • Beri kompers es pada daerah terjadinya perdarahan
      Rasionalisasi : Pasien dengan pecahnya vena plexus hemoriodalis perlu obat yang dapat membantu pencegahan terhadap perdarahan yang mememrlukan penilaian terhadap respon secara periodik.
    • Beri obat atau terapi sesuai dengan pesanan dokter
      Rasionalisasi : Pasien dengan pecahnya vena flexus hemmoroidalis perlu obat yang dapat membantu pencegahan terhadap perdarahan yang memerlukan penilayan terhadap respon obat tersebut secara periodik.
  3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus

    TUJUAN :
    Terpenuhinya rasa nyaman dengan kriteria nyeri berkurang rasa gatal berkurang massa mengecil.

    INTERVENSI :


    • Berikan randam duduk
      Rasionalisasi : Menurunkan ketidak nyamanan lokal, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan.
    • Berikan pelicin pada saat mau BAB
      Rasionalisasi : Membantu dalam melancarkan defikasi sehingga tidak perlu mengedan.
    • Beri diet randah sisa
      Rasionalisasi : Mengurangi rangsangan anus dan melemahkan feses.
    • Anjurkan pasien agar jangan bannyak berdiri atau duduk ( harus dalam keadaan seimbang).
      Rasionalisasi : Gaya gravitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid dan duduk dapat meningkatkan tekanan intra abdomen.
    • Observasi keluhan pasien
      Rasionalisasi : Membantu mengevaluasi derajat ketidak nyamanan dan ketidak efektifan tindakan atau menyatakan terjadinya komplikasi.
    • Berikan penjelasan tentang timbulnya rasa nyeri dan jelaskan dengan singkat
      Rasionalisasi : Pendidikan tentang hal tersebut membantu dalam keikut sertaan pasien untuk mencegah / mengurangi rasa nyeri.
    • Beri pasien suppositoria
      Rasionalisasi : Dapat melunakan feces dan dapat mengurangi pasien agar tidak mengejan saat defikasi.


  4. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada daerah eksternal.

    TUJUAN :
    Terjaga kebersihan anus dengan kriteria tidak terjadi infeksi tidak terjadi gatal - gatal.

    INTERVENSI :


    • Berikan sit bath dengan larutan permagan 1 / 1000 % pada pagi dan sore hari. Lakukan digital ( masukan prolaps dalam tempat semula setelah di bersihkan )
      Rasionalisasi : Meningkatkan kebersihan dan memudahkan terjadinya penyembuhan prolaps.
    • Obserpasi keluhan dan adanya tanda- tanda perdarahan anus
      Rasionalisasi : Peradangan pada anus menandakan adanya suatu infeksi pada anus
    • Beri penjelasan cara membersihkan anus dan menjaga kebersihanya
      Rasionalisasi : Pengetahuan tentang cara membersihkan anus membantu keikutsertaan pasien dalam mempercepat kesembuhanya.


POST OPERATIF
  1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.

    TUJUAN :
    Terpenuhinya rasa nyaman dengan kriteria tidak terdapat rasa nyeri, dan pasien dapat melakukan aktivitasd ringan.

    INTERVENSI :


    • Beri posisi tidur yang menyenangkan pasien.
      Rasionalisasi : Dapat menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa kontrol.
    • ganti balutan setiap pagi sesuai tehnik aseptik
      Rasionalisasi : Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah bertindak sebagai penyerap kontaminasi eksternal dan menimbulkan rasa tidak nyaman.
    • Latihan jalan sedini mungkin
      Rasionalisasi : Dapat menurunkan masalah yang terjadi karena imobilisasi.
    • Observasi daerah rektal apakah ada perdarahan
      Rasionalisasi : Perdarahan pada jaringan, imflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat meningkatkan rasa nyeri.
    • Cerobong anus dilepaskan sesuai advice dokter (pesanan)
      Rasionalisasi : Meningkatkan fungsi fisiologis anus dan memberikan rasa nyaman pada daerah anus pasien karena tidak ada sumbatan.
    • Berikan penjelasan tentang tujuan pemasangan cerobong anus (guna cerobong anus untuk mengalirkan sisa-sisa perdarahan yang terjadi didalam agar bisa keluar).
      Rasionalisasi : Pengetahuan tentang manfaat cerobong anus dapat membuat pasien paham guna cerobong anus untuk kesembuhan lukanya.


  2. Resikol terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.

    TUJUAN :
    Tidak terjadinya dengan kriteria tidak terdapat tanda-tanda radang luka mengering

    INTERVENSI :


    • Observasi tanda vital tiap 4 jam
      Rasionalisasi : Respon autonomik meliputi TD, respirasi, nadi yang berhubungan denagan keluhan / penghilang nyeri . Abnormalitas tanda vital perlu di observasi secara lanjut.
    • Obserpasi balutan setiap 2 – 4 jam, periksa terhadap perdarahan dan bau.
      Rasionalisasi : Deteksi dini terjadinya proses infeksi dan / pengawasan penyembuhan luka oprasi yang ada sebelumnya.
    • Ganti balutan dengan teknik aseptik
      Rasionalisasi : Mencegah meluas dan membatasi penyebaran luas infeksi atau kontaminasi silang.
    • Bersihkan area perianal setelah setiap depfikasi
      Rasionalisasi : Untuk mengurangi / mencegah kontaminasi daerah luka.
    • Berikan diet rendah serat/ sisa dan minum yang cukup
      Rasionalisasi : Dapat mengurangi ransangan pada anus dan mencegah mengedan pada waktu defikasi.


  3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.

    TUJUAN :
    Pasien dapat menyatakan atau mengerti tentang perawatan dirumah.

    INTERVENSI :


    • Diskusikan pentingnya penatalaksanaan diet rendah sisa.
      Rasionalisasi: Pengetahuan tentang diet berguna untuk melibatkan pasien dalam merencanakan diet dirumah yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh ahli gizi.
    • Demontrasikan perawatan area anal dan minta pasien menguilanginya
      Rasionalisasi: Pemahaman akan meningkatkan kerja sama pasien dalam program terapi, meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan terhadap penyakitnya.
    • Berikan rendam duduk sesuai pesanan
      Rasiopnalisasi: Meningkatkan kebersihan dan kenyaman pada daerah anus (luka atau polaps).
    • Bersihakan area anus dengan baik dan keringkan seluruhnya setelah defekasi.
      Rasionalisasi: Melindungi area anus terhadap kontaminasi kuman-kuman yang berasal dari sisa defekasi agar tidak terjadi infeksi.
    • Berikan balutan
      Rasionalisasi : Melindungi daerah luka dari kontaminasi luar.
    • Diskusikan gejala infeksi luka untuk dilaporkan kedokter.
      Rasionalisasi : Pengenalan dini dari gejala infeksi dan intervensi segera dapat mencegah progresi situasi serius.
    • Diskusikan mempertahankan difekasi lunak dengan menggunakan pelunak feces dan makanan laksatif alami.
      Rasionalisai : Mencegah mengejan saat difekasi dan melunakkan feces.
    • Jelaskan pentingnya menghindari mengangkat benda berat dan mengejan.
      Rasionalisasi : Menurunkan tekanan intra abdominal yang tidak perlu dan tegangan otot.



DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. M.T. Dardjat, 1987. Kumpulan Kuliah ilmu Bedah Khusus. Penerbit Aksara Medisina, Salemba Jakarta.
2. Syvia Anderson Price, 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
3. Susan Martin Tucker, 1998. Standar Perawatan Pasien, Edisi V Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
4. Dr. Sumitro Arkanda, 1987. Ringkasan Ilmu Bedah, Penerbit Bina Aksara.
5. Purnawan Junadi, 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua, Penerbit Media Aesculavius, Jakarta.
6. Doenges Moorhouse Geissle, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.



Hasil Pencarian Untuk Asuhan Keperawatan Askep Hemoroid
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hemoroid
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hemoroid
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hemoroid
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hemoroid
Tag: search result for asuhan keperawatan askepHemoroid
BACA SELENGKAPNYA - Askep Hemoroid

11 May 2011

Tinjauan Teoritis: Illeus Obstruksi

Illeus Obstruksi

A. DEFINISI

Obstruksi Illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Selvia A Price, Patologi)


B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya Obstruksi Illeus, antara lain :
  • Kondisi traumatic, terutama setelah fraktur iga dan fraktur tulang belakang.
  • Perlekatan karena pembedahan sebelumnya, sekitar 50 % terjadi pada usia pertengahan dan orang tua
  • Tumor ganas
  • Volvulus (usus yang terpelintir), paling sering terjadi pada pria tua dan biasanya mengenai kolon sigmoid
  • Hernia inguinalis atau femoralis
  • Benda asing, sering terjadi pada bayi dan anak
  • Kelainan konginetal.


C. TANDA DAN GEJALA

Gejala – gejala penting dari obstruksi Illeus adalah :
  • Nyeri daerah umbilicus
  • Muntah, sering terjadi bila obstruksi pada usus halus bagian atas
  • Konstipasi absolut dan peregangan abdomen.


D. PATOFISIOLOGI
Volvulus yang menjadi penyebab obstruksi illeus secara progesif akan teregang oleh cairan dan gas akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 literr cairan diekskresi ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi mengakibatkan penimbunan di intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit.

Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang, cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok-hipotensi, penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asiidosis metabolic. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan penurunan absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permebialitas akibat nekrsosis, distensi absorbsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.


E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Laboratorium
    Peningkatan kadar Haemoglobin (indikasi dari dehidrasi), leukositosis, peningkatan PCO2 / asidosis metabolik
  2. Rontgen abdomen
  3. Sigmoidescopy
  4. Colonoscopy
  5. Radiogram barium


F. PENATALAKSANAAN
  1. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit
  2. Intubasi dan dekompresi untuk menghilangkan peregangan dan muntah
  3. Pembedahan
BACA SELENGKAPNYA - Tinjauan Teoritis: Illeus Obstruksi

Tinjauan Teoritis: Hernia

Hernia

DEFINISI

Hernia adalah ketidak normalan tubuh berupa tonjolan yang disebabkan karena kelemahan pada dinding otot abdomen.


ETIOLOGI

Penyebab penyakit hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
  1. Kongenital
    Kelemahan pada otot merupakan salah satu factor resiko yang berhubungan dengan factor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olah raga atau latihan-latihan
  2. Obesitas
    Obesitas salah satu penyebab peningkatan tekanan intra abdomen karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolanberat badan.
  3. Ibu Hamil
    Pada ibu hamil tekanan intra abdomen meningkat terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.
  4. Mengedan
    Mengedan dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen.
  5. Pengangkatan beban berat

TANDA DAN GEJALA
Umumnya penderita mengatakan turun berok dan mengatakan adanya benjolan yang bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang disebabkan oleh keluarnya suatu organ sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri, kadang-kadang disertai mual dan muntah. Bila terjadi stangulasi maka rasa nyeri akan bertambah hebat karena suplay darah kedaerah hernia terhenti, sehingga kulit menjadi merah dan panas.


KOMPLIKASI
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
  1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantung hernia sehingga isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis ireponibins pada keadaan ini belum gangguan penyaluran isi usus, isi hernia yang menyebabkan ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia.
  2. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia, akibat makn benyaknya usus yang masuk cincin hernia relatif semakin sempit dan menimbulkan gangguan isi perut, ini dsebut hernia inguinalis lateralis inkarserata.
  3. Bila hernia inkarserata dibiarkan maka akan timbul edem dan terjadi penekanan pembuluh darah sehingga terjadi nekrosis keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis stranggulasi, terjadi karena usus berputar (melintar) pada keadaan inkarserasi dan stranggulasi maka timbul gejala illeusmuntah, kembung dan obstipasi pada stranggulasi nyeri hebat daerah tonjolan menjadi lebih merah dan penderita sangat gelisah.


PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan invasive pada penderita hernia disebut heniatomy dan herniarapy : Pada pembedahan elektif maka kanalis dibukaisi hernia dimasukan, kantong diikat dan dilakukan bassiniplasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada daerah cito maka prinsipnya seperti elektif cincin hernia langsung dicari dan diseleksi usus dilihat apakah vital atau tidak bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reaksi usus dan ana tomisis “END TO END”.
BACA SELENGKAPNYA - Tinjauan Teoritis: Hernia

Tinjauan Teoritis: Hemoroid

Hemoroid

1. Pengertian

Hemoroid dalah varises dari pleksus hemoroidalis yang menimbulkan keluhan keluhan dan gejala – gejala.
Varises atau perikosa : mekarnya pembuluh darah atau pena ( pleksus hemoroidalis ) sering terjadi pada usia 25 tahun sekitar 15 %.


2. Etiologi

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
  1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organik.
    Kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah :
    • Hepar sirosis hepatis
      Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis .
    • Bendungan vena porta, misalnya karena trombosis
    • Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.

  2. Idiopatik,tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya hemoroid.
    Faktor faktor yang mungkin berperan :
    • Keturunan atau heriditer
      Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan hemoroidnya.
    • Anatomi
      Vena di daerah masentrorium tudak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
    • Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
      • Orang yang pekerjaan nya banyak berdiri atau duduk dimana gaya grapitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid.Misalnya seorang ahli bedah.
      • Gangguan devekasi miksi.
      Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
    • Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.


Pada seseorang wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya hemoroid yitu :
  1. Adanya tomur intra abdpomen
  2. Kelemahan pembuluh darah sewaktu hamil akibat pengaruh perubahan hormonal
  3. Menedan ,sewaktu partus.




Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan . Akan timbul bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi

Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasipikasi, yaitu :
  1. Hemoroid interna
    Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media
  2. Hemoroid eksterna
    merupakan varises vena hemoroidalis inferior.



HEMOROID INTERNA

Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini.

Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
  • Derajat I
    Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya daatdi temukan dengan proktoskopi.
  • Derajat II
    Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi seterlah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
  • Derajat III
    Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di dorong.
  • Derajat IV
    Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul trombus yang di ikuti infeksidan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, padahal pendapat ini salah karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi. Inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid.


HEMOROID EKSTERNA

Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna.
Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
  1. Akut
    Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
    Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
    • Sering rasa sakit dan nyeri
    • Rasa gatal pada daerah hemorid
    Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan reseptor rasa sakit.
  2. Kronik
    Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.


KOMPLIKASI
  • Terjadinya perdarahan
    Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar.
  • Terjadi trombosis
    Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
  • Peradangan
    Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman – kumannya.


PENATA LAKSANAN MEDIS
  1. Operasi herniadektomy
  2. Non operatif
    • Untuk derajat I dan II
        Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.
      • Obat – obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan untuk melunakan feces.
      • Anti biotik bila terjadi infeksi.
      • Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan harapan timbul fibrosis dan hemoroid lalu mengecil ).
      • “ RubberBand Ligation “ yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastis kira – kira I minggu, diharapkan terjadi nekrosis.
    • Untuk derajat III dan IV
      Dapat dilakuakan
      • Pembedahan
      • Dapat dilakukan pengikatan atau ligation
      • Dapat dilakukan rendam duduk
      • Dengan jalan suntikan”Sklerotika” ujntuk mengontrol pendarahan dan kolaps (keluar) hemoroid interna yang kecil sampai sedang.
BACA SELENGKAPNYA - Tinjauan Teoritis: Hemoroid

Tinjauan Teoritis: Gastroentritis ( GE )

Gastroentritis ( GE )


Pengertian
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).

Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).

Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
Dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Gstroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.


Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.

Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.


Gejala Klinis
  • Diare.
  • Muntah.
  • Demam.
  • Nyeri Abdomen
  • Membran mukosa mulut dan bibir kering.
  • Fontanel Cekung.
  • Kehilangan berat badan.
  • Tidak nafsu makan.
  • Lemah.


Komplikasi
  • Dehidrasi
  • Renjatan hipovolemik
  • Kejang
  • Bakterimia
  • Mal nutrisi
  • Hipoglikemia
  • Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.


Tingkatan Dehidrasi
  1. Dehidrasi ringan
    Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
  2. Dehidrasi Sedang
    Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
  3. Dehidrasi Berat
    Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.


Penatalaksanaan Medis
  1. Pemberian cairan.
  2. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
    • Memberikan asi.
    • Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
  3. Obat-obatan.



Penatalaksanaan Medis
  1. Pemeriksaan laboratorium.
    • Pemeriksaan tinja.
    • Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
    • Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
  2. pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.


Tumbuh Kembang Anak
Berdasarkan pengertian yang didapat,penulis menguraikan tentang pengertian dari pertumbuhan adalah berkaitan dengan masa pertumbuhan dalam besar, jumlah, ukuran atau dengan dimensi tentang sel organ individu, sedangkan perkembangan adalah menitik beratkan pada aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ individu termasuk perubahan aspek dan emosional.

Anak adalah merupakan makhluk yang unik dan utuh, bukan merupakan orang dewasa kecil, atau kekayaan orang tua yang nilainya dapat dihitung secara ekonomi.
Tujuan keperawatan anak adalah meningkatkan maturasi yang sehat bagi anak, baik secara fisik, intelektual dan emosional secara sosial dan konteks keluarga dan masyarakat.

Tumbuh kembang pada bayi usia 6 bulan.
  1. Motorik halus.
    • Mulai belajar meraih benda-benda yang ada didalam jangkauan ataupun diluar.
    • Menangkap objek atau benda-benda dan menjatuhkannya
    • Memasukkan benda kedalam mulutnya.
    • Memegang kaki dan mendorong ke arah mulutnya.
    • Mencengkram dengan seluruh telapak tangan.
  2. Motorik kasar.
    • Mengangkat kepala dan dada sambil bertopang tangan.
    • Dapat tengkurap dan berbalik sendiri.
    • Dapat merangkak mendekati benda atau seseorang.
  3. Kognitif.
    • Berusaha memperluas lapangan.
    • Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain.
    • Mulai mencari benda-benda yang hilang.
  4. Bahasa.
    Mengeluarkan suara ma, pa, ba walaupun kita berasumsi ia sudah dapat memanggil kita, tetapi sebenarnya ia sama sekali belum mengerti.

Dampak Hospitalisasi terhadap Anak
  1. Separation ansiety
  2. Tergantung pada orang tua
  3. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti.
  4. Tahap putus asa : berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main, menarik diri, sedih, kesepian dan apatis.
  5. Tahap menolak : Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima hubungan dengan orang lain dan menyukai lingkungan.
BACA SELENGKAPNYA - Tinjauan Teoritis: Gastroentritis ( GE )

Tinjauan Teoritis: Gastritis

Gastritis

Pengertian

Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau lokal (Soepaman, 1998).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).
Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.


Etiologi

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :

* Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.

* Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.



Manifestasi klinik

1. Manifestasi klinik yang biasa muncul pada Gastritis Akut lainnya, yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada Hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.

2. Gastritis Kronik
Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.



Proses Penyakit

Gastritis akut

Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung.
Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :

1. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.

Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.

2. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.


Gastritis kronik

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.


Komplikasi

1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.

2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.



Penatalaksaan Medik

1. Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.

2. Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.
BACA SELENGKAPNYA - Tinjauan Teoritis: Gastritis
INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS, KETIK EMAIL ANDA DISINI:
setelah mendaftar segera buka emailnya untuk verifikasi pendaftaran. Petunjuknya DILIHAT DISINI