kolom pencarian

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan | Testimoni | Perkakas
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

25 November 2010

Askep Mola Hidatidosa

Askep Mola Hidatidosa"

Askep Mola Hidatidosa

  1. Konsep Dasar Mola Hidatidosa



    A. Pengertian

    Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23)

    Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).

    Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).


B. Etiologi


Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :

  1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan.
  2. Imunoselektif dari tropoblast.
  3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.
  4. Paritas tinggie.Kekurangan proteinf.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

(Mochtar, Rustam ,1998 : 23)




C. Patofisiologi


Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :

  1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.


  2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.


Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :

  • Teori missed abortion

    Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.

  • Teori neoplasma dari Park

    Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.


  • Studi dari Hertig

    Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.


    (Silvia, Wilson, 2000 : 467)



D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi mola :

  1. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
  2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
  3. Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
  4. Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).



E. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :

  1. Serum ß-hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan ß-hCG serial (diulang pada interval waktu tertentu).
  2. Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal.
  3. Foto roentgen dada.


F. Penatalaksanaan Medis


Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :

  1. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis.


  2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson.


  3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.


  4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus).


  5. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi.


  1. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Mola Hidatidosa



A. Pengkajian


Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.


Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

  • Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.


  • Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.


  • Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
    • Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
    • Riwayat kesehatan masa lalu
    • Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.


  • Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.


  • Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.


  • Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.


  • Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.


  • Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.


  • Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.


  • Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.


Pemeriksaan Fisik :

  • Inspeksi
    Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.

    Hal yang diinspeksi antara lain :

    Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.

  • Palpasi

    Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
    • Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
    • Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
    • Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.


  • Perkusi

    Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
    • Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
    • Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.


  • Auskultasi

    Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

    (Johnson & Taylor, 2005 : 39)



B. Diagnosa Keperawatan

  1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.


  2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


  3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.


  4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.


  5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan



B. Intervensi


DIAGNOSA I


Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan


Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang


Kriteria Hasil :

  • Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
  • Ekspresi wajah tenang
  • TTV dalam batas normal


Intervensi :

  • Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.

    Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat.


  • Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam

    Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.


  • Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi

    Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.


  • Beri posisi yang nyaman

    Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri.


  • Kolaborasi pemberian analgetik

    Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan.



DIAGNOSA II


Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri


Kriteria Hasil :

  • Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
  • Klien nampak rapi dan bersih.


Intervensi :

  • Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri

    Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya.


  • Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

    Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat.


  • Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya

    Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya.


  • Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien.

    Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri.



DIAGNOSA III


Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri


Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu


Kriteria Hasil :

  • Klien dapat tidur 7-8 jam per hari.
  • Konjungtiva tidak anemis.


Intervensi :

  • Kaji pola tidur

    Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya.

  • Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

    Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.

  • Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur

    Rasional :Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur.

  • Batasi jumlah penjaga klien

    Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.


  • Memberlakukan jam besuk

    Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.

  • Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam

    Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur.



DIAGNOSA IV


Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas


Kriteria Hasil :

  • Tanda-tanda vital dalam batas normal
  • Klien tidak mengalami komplikasi.


Intervensi :

  • Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaphoresis

    Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa.

  • Pantau suhu lingkungan

    Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal.

  • Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak

    Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam.

  • Berikan kompres hangat

    Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh.

  • Kolaborasi pemberian obat antipiretik

    Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus.



DIAGNOSA V


Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang


Kriteria Hasil :

  • Ekspresi wajah tenang
  • Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.


Intervensi :

  • Kaji tingkat kecemasan klien

    Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.

  • Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

    Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan.

  • Mendengarkan keluhan klien dengan empati

    Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan.

  • Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan

    Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya.

  • Beri dorongan spiritual/support

    Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang.



Daftar Pustaka


Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta


Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta


Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta


Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta

Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta


Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta

BACA SELENGKAPNYA - Askep Mola Hidatidosa

24 November 2010

Kistoma Ovari

PENGERTIAN

Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas (Winkjosastro. et.all. 1999).

Dalam kehamilan tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, tumor ovarium yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala kedalam panggul.

Kiste ovarii adalah tumor jinak pada ovarium. Merupakan tumor paling banyak pada wanita usia 20 – 40 th.

Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan (Soemadi, 2006).

Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa, 2000).

Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998).

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong (Agusfarly, 2008).

Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium.

Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.

Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.



JENIS - JENIS

Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu : (Ignativicus, bayne, 1991)
  1. Kista non neoplasma
    Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
    • Kista non fungsional
      Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam korteks

    • Kista fungsional
      • Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
      • Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah ovulasi.
      • Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola hidatidosa.
      • Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.

  2. Kista neoplasma (Winjosastro. et.all 1999)
    • Kistoma ovarii simpleks
      Adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
    • Kistodenoma ovarii musinoum
      Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain
    • Kistadenoma ovarii serosum
      Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium)
    • Kista Endrometreid
      Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan endometroid
    • Kista dermoid
      Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis


PATOFISIOLOGI

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.

Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.

Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.



TANDA DAN GEJALA

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.

Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :
  1. Perut terasa penuh, berat, kembung
  2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
  3. Haid tidak teratur
  4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha.
  5. Nyeri sanggama
  6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera :
  1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
  2. Nyeri bersamaan dengan demam
  3. Rasa ingin muntah


PENATALAKSANAAN

Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.

Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.



PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama dengan yang lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan waktu granulasi jaringan (long. 1996).

Fase-fase penyembuhan luka antara lain :
  1. Fase I
    Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin yang menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik.

  2. Fase II
    Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk mulai kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini, tergantung pada tempat dan liasanya bedah.

  3. Fase III
    Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi pada minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak menggunakan otot yang terkena.

  4. Fase IV
    Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka dan akan terjadi ceruk yang berlapis putih.
BACA SELENGKAPNYA - Kistoma Ovari

Plasenta Previa

Plasenta Previa: "Pengertian

Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum).


Klasifikasi

Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu :
  1. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.

  2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.

  3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir.

  4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir.


Etiologi

Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.


Tanda dan Gejala
  1. Perdarahan tanpa nyeri
  2. Perdarahan berulang
  3. Warna perdarahan merah segar
  4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
  5. Timbulnya perlahan-lahan
  6. Waktu terjadinya saat hamil
  7. His biasanya tidak ada
  8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
  9. Denyut jantung janin ada
  10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
  11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
  12. Presentasi mungkin abnormal.
"
BACA SELENGKAPNYA - Plasenta Previa

Servicitis

Pengertian

Cervicitis ( endo cervicitis ) ialah radang pada selaput lendir canalis cervikalis. Karena epitel selaput canalis cervikalis hanya terdiri dari satu lapisan silindris mana dengan muda terjadi infeksi. Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.


Klasifikasi
  1. Cervicitis Akula
    • Penyebab
      Cervicitis Akula dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali dari endoseviks dan ditemukan dalam gonorhea, dan pada infeksi post abortum atau post partum yang disebabkan oleh streptococcus, stafilococcus dll.

    • Gejala
      Cervis merah dan membengkak dengan mengeluarkan cairan mukupurulen. Akan tetapi gejala-gejala pada cervis biasanya tidak seberapa tampak ditengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.

    • Terapi
      Terapi dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakit ini dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronika.

  2. Cervicitis Kronika
    • Patofisiologi
      Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
      • Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan.
      • Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah.
      • Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian itu mudah kena infeksi dari vagina, karena radang menahun, cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret bertambah banyak.

    • Penyebab
      • Gonorhoe, sediaan harus dari flour cerviks, terutama yang purulen.
      • Sekunder terhadap kolpitis.
      • Tindakan intrauteri dilatasi dll.
      • Alat-alat atau obat kontrasepsi.
      • Robekan cerviks terutama yang menyebabkan extropin.

    • Gejala
      • Flour hebat biasanya kental atau purulen dan kadang-kadang berbau.
      • Sering menimbulkan erosi pada potio yang tampak sebagian daerah yang merah menyala.
      • Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulen keluar dari kanalis cervicalis. Kalau portio normal, tidak ada ektripion maka harus diingat gonorhoe.
      • Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
      • Pada cervicitisyang kronis kadang-kadang dapat dilihal bintik-bintik ini disebut ovula nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar cerviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka cerviks atau karena radang.

    • Terapi
      • Antibiotika terurama kalau dapat ditemukan gonococus dalam sekret.
      • Kalau cerviks tidak spesifik didapat diobati dalam argentetas netrta 10% atau Albotyl yang menyebabkan dengan epitel slindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dan epitel gepeng berlapis banyak.
      • Kauterisasi-radial dengan termokauter, atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi terjadi nekrosis, jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambatlaun oleh jaringan yang sehat. Jika radang menahun mencapai endocerviks jauh kedalam kanalis crevikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa endocerviks. Jika sobekan dan infeksi sangat luas, perlu dilakukan amputasi cerviks.
"
BACA SELENGKAPNYA - Servicitis

SECTIO CAESAREA

SECTIO CAESAREA


BAB IITINJAUAN TEORIA। PENGERTIAN

Section caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi didinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi)। (cuningham, F garry, 2005 ; 592)Operasi Caesar atau sectio caesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi। (www।mikoraharja।wordpress।com)Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan (Mansjoer, Arif, 1999: 310)।Ketuban Pecah Dini didefinisikan sebagai amnioreksis sebelum permulaan pesalinan pada setiap tahapan kehamilan। (Hecker, 2001: 304)।Ketuban Pecah Dini yaitu apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti tanda-tanda persalinan, beberapa jam sebelum inpartu, misalnya 1 jam atau 6 jam sebelum inpartu। Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan servik pada primigravida 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm। (www।medlinux.blogspot.com)Masa nifas adalah periode setelah kelahiran bayi dan plasenta sampai sekitar 6 minggu setelah post partum (Hecker, 2001: 145).Sectio caesarea merupakan tindakan operatif yang bertujuan menyelamatkan janin dan ibu.

ETIOLOGI

1. Etiologi ketuban pecah diniPenyebab dari ketuban pecah dini (KPD) masih belum jelas ada berbagai faktor ikut serta dalam kejadiannya. (Hecker, 2001 ; 304)a. Infeksi vagina dan servikb. Fisiologi selaput ketuban yang abnormalc. Inkompetensi serviksd. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vtaimn C).Menurut Mansjoer Arif, faktor presdisposisi KPD yaitu infeksi genitalia, servik inkompeten, gamelia, hidramnion kehamilan pre term, dan disproporsi sepalo pelvik.2. Indikasi section caesareaIndikasi sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005: 595)a. Riwayat sectio caesareaUterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi untuk melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Resiko ruptur uteri meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan jaringan perut melintang yang terbatas disegmen uterus bawah , kemungknan mengalami robekan jaringan parut simtomatik pada kehamilan berikutnya. Wanita yang mengalami ruptur uteri beresiko mengalami kekambuhan , sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam tetapi dengan beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin, american collage of obstetrician and ginecologistc (1999)b. Distosia persalinanDistosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir, kelainan persalinan terdiri dari :1) Ekspulsi (kelainan gaya dorong)Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik (disfungsi uterus) dan kurangnya upaya utot volunter selama persalinan kala dua.2) Panggul sepit3) Kelainan presentasi, posisi janin4) Kelainna jaringan lemak saluran reproduksi yang menghalangi turunnya janinc. Gawat janinKeadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan janin, jika penentuan waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk sectio caesarea.d. Letak sungsangJanin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali pusat dan terperangkapnya kepala apabila dilahirka pervaginam dibandingkan dengan janin presentasi kepala.

PATOFISIOLOGI

Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya adalah sifat dari kantung amnion adalah bakteriostatik yaitu untuk mencegah karioamnionistis dan infeksi pada janin. Atau disebut juga sawar mekanik terhadap infeksi. Setelah amnion terinfeksi oleh bakteri dan disebut kolonisasi bakteri maka janin akan berpotensi untuk terinfeksi juga pada 25% klien cukup bulan yang terkena infeksi amnion, persalinan kurang bulan terkena indikasi ketuban pecah dini daripada 10% klien persalinan cukup bulan indikasi ketuban pecah dini akan menjadi tahap karioamnionitis (sepsis, infeksi menyeluruh). Keadaan cerviks yang baik pada kontraksi uterus yang baik, maka persalinan per vagina dianjurkan, tetapi apabila terjadi gagal induksi cerviks atau induksi cerviks tidak baik, maka tindakan sectio caesarea tepat dilakukan secepat mungkin untuk menghindari kecacatan atau terinfeksinya janin lebih parah.

MANIFESTASI KLINIK

Adapun tanda-tanda KPD yaitu (Mansjoer, Arif, 1999: 310) :1. Keluar air ketuban warna keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit atau sekaligus banyak2. Dapat disertai demam apabila disertai infeksi3. Janin mudah diraba4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering5. Inspekula tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban sudah kering dan tidak ada.

GAMBARAN KLINIS

1. Tahapan dan Teknik Sectio Caesareaa. Insisi Abdomen1) Insisi vertikalInsisi vertikal garis tengan intra umbilikus, insisi ini harus cukup pajang agar janin dapat lahir tanpa kesulitan. Oleh karena itu, panjang insisi harus sesuai dengan taksiran ukuran janin2) Insisi transversal atau lintangKulit dan jaringan subkutan disayat dengan menggunakan insisi transversal rendah sedikit melengkung. Insisi dibuat setinggi garis rambut pubis dan diperluar sedikit melebihi batas lateral otot rektus.b. Insisi Uterus1) Insisi caesarea klasikInsisi caesarea klasik adalah suatu insisi vertikal ke dalam korpus uterus diatas segmen bawa uterus dan mencapai fundus uterus. Sebagian besar insisi dibuat di segmen bawah uterus secara melintang, insisi melintang disegman bawah memiliki keunggulan yaitu hanya memerlukan sedikit pemisahan kandung kemih dari miometrium dibawahnya. Indikasi untuk dilakukan insisi klasik untuk melahirkan janin :a) Apabila segman bawah uterus tidak bisa dipajankan atau dimasuki dengan aman karena kandung kemih melekat dengan erat akibat pembedahan sebelumnya, atau apabila teardapat karsinoma invasik diservikb) Janin berukuran besar, terletak melintang, selaput ketuban sudah pecah dan bahu terjepit jalan lahirc) Plasenta previra dengan implantasi anteriord) Janian kecil, presentasi bokong, segman bawah uterus tidak menipise) Obesitas berat2) Insisi caesarea transversalInsisi tranversal melalui segman bawah uterus merupakan tindakan untuk presentasi kepala, diantaranya :a) Lebih mudah diperbaikib) Kemungkinan ruptur disrtai keluarnya janin kerongga abdomen pada kehamilan berikutnyac) Tidak mengakibatkan perlekatan ususInsisi uterus harus dibuat cukup lebar agar kepala dan badan janin dapat lahir tanpa merobek atau harus memotong arteri dan vena uterina yang bejalan sepanjang batas lateral uterus.Pelahiran janin :a. Pada presentasi kepala, satu tangan diselipkan kedalam rongga uterus diantara simpisis dan kepala janin kepala diangkat secara hati-hati denga jari da telapak tangan melalui lubanginsisi melalui lubang insisi dibantu oleh penekanan sedang transabdomen pada fundus.b. Hidung dan mulut diaspirasi dengan bola penghisap (bulb syringe) untuk mencegah teraspirasinya cairan amnion dan isis nya oleh janin, dilakukan sebelum thorak dilahirkan.c. Bahu dilahirkan dengan tanpa ringan disertai penekanan pada fundusd. Bagian tubuh lainnya segera menyusul, setelahbahu dilarirkan, ibu atau pasien diberi oksitosin 20 unit/liter dengan kecepatan 10 lml/menit sampai uterus berkontraksi dengan baik.e. Tali pusat diklem, bayi dipegang setinggi dinding abdoment.f. Plasenta dikelurkan dari uterus.g. Penjahitan uterus dan dinding abdoment.h. Macam-macam sectio caesarea yang lain2. Indikasi Dilakukan Section Caesarea yang LainDiantaranya :a. Section Caesarea Ektra PeritoneumDiindikasikan bila terjadi kehamilandengan infeksi isi uterus, tujuan operasi adalah untuk membuka uterus secara ektra peritoneum. Dengan melakukan insisi melalui ruang retziuz dan kemudian disepanjang salah satu sisi dan dibelakang kandung kemih untuk mencapai segman bawah uterus.b. Section Caesarea Post MortumTerkadang section caesarea dilakukan pada seorang wanita yang baru saja meninggal, atau yang diperkirakan tidak lama lagi akan meninggal.3. Anestesia Sectio CaesareaAnalgesia dan anestesia harus diberikan pada ibu yang akan melahirkan dengan cara tidak mengurangi aktifitas rahim, yang dapat mengubah kemajuan persalinan, maupun tidak mengurangi aliran darah rahim, yang akan dapatmengakibatkan gawat darurat janin atau depresi neonatal.a. Jalur nyeri pada proses persalinanNyeri adalah rasa tak enak akibat perangsangan ujung-ujung syaraf khusus. Serat syaraf aferen viseral yang membawa impuls sensorik dari rahim memasuki medula spinalis pada segman torakal kesepuluh, kesebelas, dan keduabelas serta segman lumbal yang pertama (T 10 sampai L 1), adapun nyeri dari perineum melalui segman sakral kedua, ketiga, dan keempat (S 2 sampai S 4).b. Jenis anestesia untuk sectio caesarea1) Anestesia RegionalMemungkinkan ibu hamil dalam keadaan tetap sadar dan mengurangi kehilangan darah, resiko aspirasi paru-paru oleh isi lambung atau hipoksia yang kecil dan mengurangi efek obat pada neonatus.2) Anestesia EpiduralAnesthesia ini lebih dapat dikendalikan oleh kateter epidural, nyeri kepala tidak akan terjadi pasca operasi karena dura tidak ditusuk.3) Anestesia UmumDi indikasikan bila dibutuhkan section caesarea yang mendesak pada perdarahan ibu.4. KomplikasiKomplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan komplikasi setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea (Hecker, 2001 ; 341)a. PerdarahanPerdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis ditempat insisi rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan.b. Sepsis sesudah pembedahanFrekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis selama 24 jam diberikan untuk mengurangi sepsis.c. Cedera pada sekeliling stukturBeberapa organ didalam abdomen seperti usus besar, kandung kemih, pembuluh didalam ligamen yang lebar, dan ureter, terutama cenderung terjadi cedera. Hematuria yang singkat dapat terjadi akibatterlalu antusias dalam menggunakan retraktor didaerah dinding kandung kemih.Komplikasi Pada anakSeperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).Komplikasi dari Ketuban Pecah Dini diantaranya :a. Infeksi intra uterib. Prola tali pusatc. Kelainan presentasi janind. Persalinan per vaginam tidak diindikasikan5. Proses Penyembuhan LukaTubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan dilkukan proses sectio cesrea “proses peradangan”, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase:a. Fase InflamasiFase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.b. Fase ProliferatifProses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka sectio caesare dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan “granulasi”.Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.c. Fase MaturasiFase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan sectio caesarea.Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes mellitus)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk mengetahui ketuban pecah dini dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya (Manjoer, Arif. 1999 : 271)1. Leukosit darah kurang dari 1500 permikro darah liter, bila terjadi nyeri2. Tes lakmus merah mejadi biru3. Amnias sintetis (dengan cara amnion yang cukup diperoleh dari vagina untuk pemeriksaan pematangna paru-paru jain, dan dilakukan pemeriksaan pewarnaan gram dan biakan)4. USG, indeks caira amnion berkurang5. Darah lengkap, (haemoglobin, Hematokrit, leukosit, trombosit, dll)

TATALAKSANA MEDIS

Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005 : 614)1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi dengan kuat3. Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan, pemberian narkotik biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg4. Eriksa aliran darah uterus palingsedikit 30 ml/jam5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam pertama setelah pembedahan6. Ambulasi, satu hari setelahpembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat tidur dengan bantuan orang lain7. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari keempat setelah pembedahan8. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia9. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal, sefalosporin, atau penisilin spekrum luas setelahjanin lahir

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Konsep Dasar Asuhan KeperawatanPelaksanaan asuhan keperawatan masa nifas pada post operasi sectio caesaria melalui pendekatan proses keperawatan dengan melaksanakan :1. PengkajianPada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa. (Tucker, Susan Martin, 1998).2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan post operasi sectio caesaria diantaranya :a. Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.b. Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.c. Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.e. Kurang volume cairan berhubungna dengan perdarahan (Doenges, 2000)f. Kurang pengetahuan perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang informasi (Doenges, 2000)g. Kurang pengetahuan perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang informasi (Doenges, 2000)3. Fokus Intervensia. Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.Tujuan : Nyeri diminimalkan / dikontrol dan pasienmengungkapkan bahwa ia nyaman.Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan bahwa klien nyamanIntervensi :1) Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.2) Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.3) Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.4) Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal.b. Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.Tujuan : Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamananMengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan.Kriteria Hasil : Klien tidk ad permasalahn dengan pola eliminssIntervensi :1) Anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin.2) Berikan tekhnik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan.3) Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit.4) Palpasi abdomen bawah bila pasien melaporkan distensi kandung kemih dan ketidakmampuan untuk berkemih.5) Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi.c. Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.Tujuan : Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejalainfeksi, Involusi uterus berlanjut secara normalKriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda nfeksi, tidak ada eksudat, dansuhu normal 36º C - 37º CIntervensi :1) Pantau terhadap peningkatan suhu atau takikardia sebagai tanda infeksi.2) Observasi insisi terhadap infeksi.3) Penggantian pembalut atau sesuai pesanan4) Kaji fundus, lochia, dan kandung kemih dengan tanda vital sesuai pesanan.5) Massage fundus uteri bila menggembung dan tidak tetap kerasd. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.Tujuan : Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatanmelahirkan sesar.Kriteria Hsil : Klien mengerti kebutuhan nutrisinya, klien mengertitentang lochea, dan klien dapat istiraht dengan cukup.Intervensi :1) Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi.2) Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.3) Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih.4) Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter.5) Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.e. Kurang volume cairan berhubungna dengan perdarahan (Doenges, 2000)Tujuan : memenuhi kebutuhan cairan sesuai kebutuhan tubuhKriteria Hasil : intake dan out put seimbangIntervensi :1) Observasi perdarahan dan kontraksi uterus2) Monitor intake dan out put cairan3) Monitor tanda-tanda vital4) Observasi pengeluaran lochea, warna, bau, karakteristik dan jumlah5) Kolaborasi pemberian cairan elektrolit sesuai programf. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Doenges, 2000)Tujuan : aktivitas kembali sesuai kemampuan klienKriteria hasil : klien bisa beraktivitas seperti biasaIntervensi :1) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal mungkin2) Berikan posisi yang nyaman3) Bantu klien dalam ambulasi dini4) Anjurkan menghemat energi, hindarikegiatan yang melelahkan5) Jelaskan pentingnya mobilisasi dinig. Kurang pengetahuan perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang informasi (Doenges, 2000)Tujuan : Pengetahuan klien meningkatKriteria hasil : klien mampu mengungkapkan pemahaman tentagperawatan setelahoperasi sectio caesareaIntervensi :1) Kaji tingkat pengetahuan klien2) Berikan tentang perawatan diri3) Perlunya perawatan payudara dan ekpresi manual bila menyusui4) Jelaskan pentingnya ASI bagi bayi

http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
BACA SELENGKAPNYA - SECTIO CAESAREA

Askep Mola Hidatidosa (hamil anggur)

Askep Mola Hidatidosa (hamil anggur): "

Askep Mola Hidatidosa


Pengertian

Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23)


Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)


Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265)


Mola hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat proliferasi tropoblast dan edema stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk, 1991 : 514)


Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh, 1973 : 325).


Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104)


Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah

1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan.

2. Imunoselektif dari tropoblast

3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah

4. Paritas tinggie.Kekurangan proteinf.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

(Mochtar, Rustam ,1998 : 23)


Patofisiologi

Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :

1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin

2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.


Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :

Teori missed abortion.

Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.


Teori neoplasma dari Park.

Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.


Studi dari Hertig

Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.

(Silvia, Wilson, 2000 : 467)

Manifestasi Klinik

Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa” adalah :

1) Amenore dan tanda-tanda kehamilan

2) Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.

3) Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

4) Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.

(Mansjoer, Arif, dkk , 2001 : 266)


Anatomi Fisiologi

Anatomi Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pear, terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan anus, ototnya desebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi bagian dalamnya disebut endometrium. Peritonium menutupi sebagian besar permukaan luar uterus, letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Bagian bawah bersambung dengan vagina dan bagian atasnya tuba uterin masuk ke dalamnya. Ligamentum latum uteri dibentuk oleh dua lapisan peritoneum, di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterina. Panjang uterus 5 – 8 cm dengan berat 30 – 60 gram. (Verrals, Silvia, 2003 : 164).


Uterus terbagi atas 3 bagian yaitu :

a). Fundus : bagian lambung di atas muara tuba uterine

b). Badan uterus : melebar dari fundus ke serviks

c). Isthmus : terletak antara badan dan serviks

Bagian bawah serviks yang sempit pada uterus disebut serviks. Rongga serviks bersambung dengan rongga badan uterus melalui os interna (mulut interna) dan bersambung dengan rongga vagina melalui os eksterna.


Ligamentum pada uterus : ada dua buah kiri dan kanan. Berjalan melalui annulus inguinalis, profundus ke kanalis iguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 – 12,5 cm, terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh darah dan ditutupi peritoneum.Peritoneum di antara kedua uterus dan kandung kencing di depannya, membentuk kantong utero-vesikuler. Di bagian belakang, peritoneum membungkus badan dan serviks uteri dan melebar ke bawah sampai fornix posterior vagina, selanjutnya melipat ke depan rectum dan membentuk ruang retri-vaginal.


Ligamentum latum uteri : Peritoneum yang menutupi uterus, di garis tengh badan uterus melebar ke lateral membentuk ligamentum lebar, di dalamnya terdapat tuba uterin, ovarium diikat pada bagian posterior ligamentum latum yang berisi darah dan saluran limfe untuk uterus maupun ovarium.


Fisiologi

Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum, sesudah keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus.Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalm kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan. Demikian pula dengan penyakit trofoblast, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidrifik dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut ”mola hidatidosa”. Pada ummnya penderita ”mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang berupa karsinoma.(Wiknjosastro, Hanifa, 2002 : 339)


Tes Diagnostika.

1) Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urin

2) Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)

3) Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 – 4 buland.Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat janine.Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udaraf.Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis

(Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)


Penatalaksanaan Medik

Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :

1. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis

2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson

3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera

4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)

5. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.


Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

 Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat


 Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang


 Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :

1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu


 Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.


 Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.


 Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.


 Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya


 Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.


 Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.


 Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.


 Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.


Pemeriksaan fisik, meliputi :

Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.

Hal yang diinspeksi antara lain :

mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya


Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.

 Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

 Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

 Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal


Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.

 Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

 Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak


Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

(Johnson & Taylor, 2005 : 39)


Pemeriksaan laboratorium :

 Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.

 Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.


Data lain-lain :

 Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.Data psikososial.

 Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.

 Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien

 Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.


Diagnosa Keperawatan yang Lazim Muncul

Secara singkat diagnosa keperawatan dapat diartikan : Sebagai rumusan atau keputusan atau keputusan yang diambil sebagai hasil dari pengkajian keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang digambarkan sebagai respon seseorang atau kelompok (keadan kesehatan yang merupakan keadaan aktual maupun potensial) dimana perawat secara legal mengidentifikasi, menetapkan intervensi untuk mempertahankan keadaan kesehatan atau menurunkan. (Carpenito, Lynda, 2001: 45)


Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada kasus ”mola hidatidosa” adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri

4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

6. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah

7. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase

8. Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan


Intervensi

Merupakan tahapan perencanaan dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang akan dilakukan untuk membantu klien, memulihkan, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.


Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan Tujuan :

1. Sebagai alat komunikasi antar teman sejawat dan tenaga kesehatan lain

2. Meningkatkan keseimbangan asuhan keperawatan


Langkah-langkah penyusunan :

1. Menetapkan prioritas masalah

2. Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai

3. Menentukan rencana tindakan keperawatan


DIAGNOSA I

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang

Kriteria Hasil :

 Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang

 Ekspresi wajah tenang

 TTV dalam batas normal


Intervensi :

1) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien

Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat

2) Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam

Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien

3) Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi

Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan


4) Beri posisi yang nyaman

Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri

5) Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan


DIAGNOSA II

Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri

Kriteria Hasil :

 Kebutuhan personal hygiene terpenuhi

 Klien nampak rapi dan bersih


Intervensi :

1) Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya

2) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat

3) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya

Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya

4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien

Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri


DIAGNOSA III

Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri

Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu

Kriteria Hasil :

 Klien dapat tidur 7-8 jam per hari

 Konjungtiva tidak anemis


Intervensi :

1) Kaji pola tidur

Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya

2) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat

3) Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur

Rasional :Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur

4) Batasi jumlah penjaga klien

Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat

5) Memberlakukan jam besuk

Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat

6) Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam

Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur


DIAGNOSA IV

Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas

Kriteria Hasil :

 Tanda-tanda vital dalam batas normal

 Klien tidak mengalami komplikasi


Intervensi :

1) Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaforesis

Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa


2) Pantau suhu lingkungan

Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal

3) Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak

Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam

4) Berikan kompres hangat

Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh

5) Kolaborasi pemberian obat antipiretik

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus


DIAGNOSA V

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang

Kriteria Hasil :

 Ekspresi wajah tenang

 Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya


Intervensi :

1) Kaji tingkat kecemasan klien

Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien

2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan

3) Mendengarkan keluhan klien dengan empati

Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan

4) Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan

Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya

5) Beri dorongan spiritual/support

Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang

DIAGNOSA VI

Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah

Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil :

 Nafsu makan meningkat

 Porsi makan dihabiskan


Intervensi :

1) Kaji status nutrisi klien

Rasional : Sebagai awal untuk menetapkan rencana selanjutnya

2) Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering

Rasional : Makan sedikit demi sedikit tapi sering mampu membantu untuk meminimalkan anoreksia

3) Anjurkan untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi

Rasional : Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menbangkitkan nafsu makan klien

4) Timbang berat badan sesuai indikasi

Rasional : Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi

5) Tingkatkan kenyamanan lingkungan termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien

Rasional : Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makanan


DIAGNOSA VII

Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase

Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi

Kriteria Hasil :

 Tidak tampak tanda-tanda infeksi

 Vital sign dalam batas normal


Intervensi :

1) Kaji adanya tanda-tanda infeksi

Rasional : Mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi

2) Observasi vital sign

Rasional : Perubahan vital sign merupakan salah satu indikator dari terjadinya proses infeksi dalam tubuh

3) Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (luka, garis jahitan), daerah yang terpasang alat invasif (infus, kateter)

Rasional : Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya

4) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antibiotik

Rasional : Anti biotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri, sehingga proses infeksi tidak terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat langsung membunuh sel bakteri penyebab infeksi


DIAGNOSA VIII

Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan

Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan perifer tidak terjadi

Kriteria Hasil :

 Hb dalam batas normal (12-14 g%)

 Turgor kulit baik

 Vital sign dalam batas normal

 Tidak ada mual muntah


Intervensi :

1) Awasi tanda-tanda vital, kaji warna kulit/membran mukosa, dasar kuku

Rasional :Memberika informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi selanjutnya

2) Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepala

Rasional : Perubahan dapat menunjukkan ketidak adekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial

3) Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pegisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah

Rasional :Vasokonstriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan dapat terjadi sebagai efek samping vasopressin

4) Berikan cairan intravena, produk darah

Rasional : Menggantikan kehilangan daran, mempertahankan volume sirkulasi

5) Penatalaksanaan pemberian obat antikoagulan tranexid 500 mg 3×1 tablet

Rasional : Obat anti kagulan berfungsi mempercepat terjadinya pembekuan darah / mengurangi perarahan


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta

Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta

Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta

Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta

Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.

Jakarta


http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
BACA SELENGKAPNYA - Askep Mola Hidatidosa (hamil anggur)
INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS, KETIK EMAIL ANDA DISINI:
setelah mendaftar segera buka emailnya untuk verifikasi pendaftaran. Petunjuknya DILIHAT DISINI