kolom pencarian

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan | Testimoni | Perkakas
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

17 November 2010

Tanda Bahaya Trimester I

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya.( Uswhaya,2009:3)

Menurut Kusmiyati dkk, 2008, kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda.


Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I meliputi:


  1. Perdarahan pervaginam

  2. Mual muntah berlebihan

  3. Sakit kepala yang hebat

  4. Penglihatan kabur

  5. Nyeri perut yang hebat

  6. Gerakan janin berkurang

  7. Bengkak pada wajah, kaki dan tangan

  8. Nyeri perut yang hebat

  9. Selaput kelopak mata pucat

  10. Demam tinggi

  11. Kejang

  12. Keluar air ketuban sebelum waktunya

http://askep-askeb.cz.cc/

Perdarahan pervaginam

Pengertian

Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada masa kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan dapat berupa: abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik.


Penanganan Umum

Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat, lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu, termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur). Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan meskipun tanda–tanda syok belum terlihat. Ingat bahwa saat melakukan evaluasi lebih lanjut kondisi ibu dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk segera memulai penanganan syok, yaitu pasang infus dan berikan cairan intravena. Lakukan restorasi cairan darah sesuai dengan keperluan.(Saifuddin,2002 : 18-19)


Macam–macam perdarahan pervaginam



  1. Abortus

  2. Kehamilan Mola


Abortus

Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau sebelum plasenta selesai.


Macam–macam abortus



  • Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Penanganannya: lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat, atau masih cukup stabil), segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk), temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan, lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjutan. (Sarwono, 2001: 145)

  • Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat–obatan mau pun alat–alat.

  • Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis) biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

  • Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan–tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

  • Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.

  • Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) adalah: abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.

  • Abortus imminens (keguguran membakat) adalah keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat–obat hormonal dan anti spasmodika serta istirahat. Penanganan: tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total, jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual, jika: perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi.Perdarahan terus berlangsung nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG) lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.

  • Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Penanganan: berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Hendaknya juga diberikan uterotonika dan antibiotika.(Mohctar, 1998 : 211–212)


Mola Hidatidosa

Pada trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga sering kali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus, atau mioma uteri.(Sarwono, 2007 : 142)

Penanganan umum: jika diagnosis kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus, segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat).(Saifudin,2002:17)


Mual Muntah Berlebihan

Pengertian

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala–gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.

Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala–gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah disebut hiperemisis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringanya penyakit.(Sarwono, 2005: 275)


Penanganan Umum

Mual muntah dapat diatasi dengan:



  1. Makan sedikit tapi sering

  2. Hindari makanan yang sulit dicerna dan berlemak

  3. Jaga masukan cairan, karena cairan lebih mudah ditolelir daripada makanan padat.

  4. Selingi makanan berkuah dengan makanan kering. Makan hanya makanan kering pada satu waktu makan, kemudian makanan berkuah pada waktu berikutnya.

  5. Jahe merupakan obat alami untuk mual. Cincang dan makan bersama sayuran serta makanan lain.

  6. Isap sepotong jeruk yang segar ketika merasa mual

  7. Hindari hal–hal yang memicu mual, seperti bau, gerakan atau bunyi

  8. Istirahat cukup

  9. Hindari hal–hal yang membuat Anda berkeringat atau kepanasan, yang dapat memicu rasa mual (Curtis, 2000:28)


Komplikasi

Jika muntah terus menerus bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah. (Rochjati, 2003:2)


Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius dalam kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatanya menjadi kabur atau terbayang. Hal ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian. (Uswhaaya, 2009: 4-5)


Penanganan Umum



  1. Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat daruratan.

  2. Segera lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien dan keluarganya. (Saifuddin, 2002 : 33)


Komplikasi

Nyeri kepala pada masa hamil dapat merupakan gejala pre-eklampsia, suatu penyakit yang terjadi hanya pada wanita hamil, dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.(Irma, 2002:4)


Penglihatan Kabur

Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan penglihatan.

Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.

Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah). (Uswhaaja, 2009: 5)


Penanganan Umum



  1. Jika tidak sadar atau kejang. Segera dilakukan mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.

  2. Segera dilakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda–tanda vital sambil menanyakan riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.(Saifuddin, 2002: 33)


Komplikasi

Komplikasi yang ditimbulkan antala lain kejang dan eklamsia


Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan

Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas. Oedema biasa menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda antara lain: jika muncul pada muka dan tangan, bengkak tidak hilang setelah beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia.

(Uswhaaja, 2009: 5-6)


Penanganan Umum



  1. Istirahat cukup

  2. Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat serta lemak.

  3. Kalau keadaan memburuk namun memungkinkan dokter akan mempertimbangkan untuk segera melahirkan bayi demi keselamatan ibu dan bayi.(Hendrayani, 2009:3)


Komplikasi

Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan dengan tanda–tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium. (Rochjati, 2003:2)


Gerakan Janin Berkurang

Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan.


Penanganan Umum



  1. Memberikan dukungan emosional pada ibu

  2. Menilai denyut jantung janin (DJJ): a) Bila ibu mendapat sedative, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang; b) Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan stetoskop Doppler. (Saifuddin, 2002 : 109)


Komplikasi

Komplikasi yang timbul adalah IUFD dan featal distress


Nyeri Perut Yang Hebat

Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus. (Saifuddin, 2002: 98)


Penanganan Umum



  1. Lakukan segera pemeriksaan umum meliputi tanda vital (nadi, tensi, respirasi, suhu)

  2. Jika dicurigai syok, mulai pengobatan sekalipun gejala syok tidak jelas, waspada dan evaluasi ketat karena keadaan dapat memburuk dengan cepat.

  3. Jika ada syok segera terapi dengan baik (Saifuddin, 2002: 98)


Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul pada nyeri perut yang hebat antara lain: kehamilan ektopik; pre-eklampsia; persalinan prematur; solusio plasenta; abortus; ruptur uteri imminens (Irma,2008:7)


Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya

Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.


Penanganan Umum



  1. Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG

  2. Dilakukan pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT) untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna,bau) dan membedakan dengan urin.

  3. Jika ibu mengeluh perdarahan akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan lakukan pemeriksaan dalam secara digital.

  4. Mengobservasi tidak ada infeksi

  5. Mengobservasi tanda–tanda inpartu (Saifuddin, 2002: 112)


Komplikasi



  1. Perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta

  2. Tanda–tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)

  3. Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm (Saifuddin, 2002: 114)


Kejang

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya gejala–gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklamsia


Penanganan



  1. Baringkan pada sisi kiri tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntahan, atau darah

  2. Bebaskan jalan nafas

  3. Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur

  4. Lakukan pengawasan ketat (Saifuddin, 2002:34)


Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul antara lain: syok, eklamsia, hipertensi, proteinuria (Saifuddin, 2002:34)


Demam Tinggi

Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38° C dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan.


Penanganan Umum

Demam tinggi dapat ditangani dengan: istirahat baring, minum banyak, kompres untuk menurunkan suhu. (Saiffudin, 2002: 84)


Komplikasi

Komplikasi yang ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi antara lain: sistitis (infeksi kandung kencing), pielonefritis Akut (infeksi saluran kemih atas). (Saifuddin, 2002:86)


Selaput Kelopak Mata Pucat

Anemia adalah masalah medis yang umum terjadi pada banyak wanita hamil. Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel–sel ini tidak memadai untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi.

Anemia sering terjadi pada kehamilan karena volume darah meningkat kira–kira 50% selama kehamilan. Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih cepat daripada sel- selnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hematokrit (volume, jumlah atau persen sel darah merah dalam darah). Penurunan ini dapat mengakibatkan anemia.


Penanganan

Anemia dapat ditangani dengan minum tablet zat besi dan istirahat cukup. (Curtis, 2000: 47)


Komplikasi

Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin sedangkan komplikasi pada kehamilan trimester I yaitu anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital, abortus/ keguguran. (Ayurai, 2009: 4).


Referensi

Curtis,G.B.2002. Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Jakarta.

Hanifa, W. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Irma. 2008. Tanda Bahaya Kehamilan. http:// www.masdanang.co.cc Juni 20, 3:50 am

Kusmiyati, Y. DKK. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Jakarta

Masdanang.2008. Tanda Bahaya Kehamilan. http:// www.masdanang.co.cc June 20, 2008 – 3:41 am

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC

Nurweni, 2009. Gambaran Tingkat pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Trimester I Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di RB Citra Prasasti I Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Karya Tulis Ilmiah.

Prawirohardjo, 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka




Tulisan Sejenis :

Tidak terdapat tulisan sejenis.


"
BACA SELENGKAPNYA - Tanda Bahaya Trimester I

Penatalaksanaan Kelainan Sistem Reproduksi

Seorang wanita yang mengalami keluhan sehubungan dengan alat reproduksinya akan merasa cemas, gelisah dan malu untuk mengungkapkan kepada tenaga medis. Dalam menghadapi pasien yang demikian, sikap seorang tenaga medis sebaiknya sabar, pengertian dan menimbulkan kepercayaan. Simptomatologi penyakit ginekologik sebagian besar berkisar pada gejala 1) perdarahan ; 2) rasa nyeri ; dan 3) pembengkakan.

Anamnesa dan Pemeriksaan Umum/ Khusus


Anamnesa


Anamnesa meliputi :



  1. Riwayat penyakit umum; apakah penderita pernah menderita penyakit berat, TBC, jantung, ginjal, kelainan darah, diabetus melitus dan kelainan jiwa. Riwayat operasi non ginekologik seperti strumektomi, mammektomi, appendektomi, dan lain-lain.

  2. Riwayat obstetrik; perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya, apakah pernah mengalami keguguran, partus secara spontan normal atau partus dengan tindakan, dan bagaimana keadaan anaknya. Adakah infeksi nifas dan riwayat kuretase yang dapat menjadi sumber infeksi panggul dan kemandulan.

  3. Riwayat ginekologik; riwayat penyakit/ kelainan ginekologik dan pengobatannya, khususnya operasi yang pernah dialami.

  4. Riwayat haid; perlu diketahui riwayat menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyaknya darah yang keluar, lamanya haid, disertai rasa nyeri atau tidak, dan menopause. Perlu ditanyakan haid terakhir yang masih normal.

  5. Keluhan utama; keluhan yang dialami pasien sekarang.

  6. Riwayat keluarga berencana; riwayat pemakaian alat kontrasepsi apakah pasien menggunakan kontrasepsi alami dengan atau tanpa alat, hormonal, non hormonal maupun kontrasepsi mantap.

  7. Riwayat penyakit keluarga; perlu ditanyakan apakah keluarga pasien ada yang memiliki penyakit berat atau kronis.


Pemeriksaan Umum


Pemeriksaan umum meliputi :



  1. Kesan umum; apakah tampak sakit, bagaimanakah kesadarannya, apakah tampak pucat, mengeluh kesakitan di daerah abdomen.

  2. Pemeriksaan tanda vital; periksa tekanan darah, nadi, dan suhu.

  3. Pemeriksaan penunjang; pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.


Pemeriksaan Khusus


Merupakan pemeriksaan ginekologik. Agar diperoleh hasil yang baik maka posisi pasien dan alat-alat yang digunakan juga menentukan.Adapun posisi yang digunakan adalah posisi litotomi, miring dan sims.


Pemeriksaan khusus meliputi :



  1. Pemeriksaan Abdomen, terdiri dari : a) Inspeksi yaitu memperhatikan bentuk, pembesaran (mengarah pada kehamilan, tumor maupun asites), pergerakan pernafasan, kondisi kulit (tebal, mengkilat, keriput, striae, pigmentasi). b) Palpasi – Sebelum pemeriksaan, kandung kencing dan rektum sebaiknya dalam keadaan kosong.Untuk mengetahui besar tumor, tinggi fundus uteri, permukaan tumor, adanya gerakan janin, tanda cairan bebas, apakah pada perabaan terasa sakit. c) Perkusi – Untuk mendengar gas dalam usus, menentukan pembesaran tumor, terdapat cairan bebas dalam kavum abdomen dan perasaan sakit saat diketok. d) Auskultasi – Pemeriksaan bising usus, gerakan janin maupun denyut jantung janin.

  2. Payudara – mempunyai arti penting sehubungan dengan diagnostik kelainan endokrin, kehamilan dan karsinoma mammae.

  3. Alat Genetalia Luar, terdiri dari : a) Inspeksi vulva – Pengeluaran cairan atau darah dari liang senggama, ada perlukaan pada vulva, adakah pertumbuhan kondiloma akuminata, kista bartholini, abses bartholini maupun fibroma pada labia, perhatikan bentuk dan warna, adakah kelainan pada rerineum dan anus. b) Palpasi vulva – Teraba tumor, benjolan maupun pembengkakan pada kelenjar bartholini.

  4. Pemeriksaan Inspekulo, terdiri dari : a) Pemeriksaan vagina – Adakah ulkus, pembengkakan atau cairan dalam vagina; adakah benjolan pada vagina. b) Pemeriksaan porsio uteri – Adakah perlukaan, apakah tertutup oleh cairan/ lendir, apakah mudah berdarah dan terdapat kelainan. c) Pengambilan cairan berasal dari ulkus vagina dan porsio uteri – Pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan jamur dan pemeriksaan sitologi.

  5. Pemeriksaan Dalam – Pemeriksaan dalam untuk menentukan : a) Rahim – Bagaimana posisi rahim, besar, pergerakan, dan konsistensi rahim, apakah ada nyeri saat pemeriksaan. b) Adneksa (daerah kanan kiri rahim) – Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggerakkan jari yang berada didalam fornix lateral dan tangan yang ada diluar bergerak ke samping uterus. c) Forniks posterior (kavum douglas) – Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah terdapat nanah (infeksi) dan apakah forniks menonjol akibat perdarahan kavum abdominalis.

  6. Pemeriksaan Rectal – Pemeriksaan rectal dilakukan pada wanita yang belum coitus, pada kelainan bawaan seperti atresia himenalis atau vaginalis, hymen rigidus dan vaginismus. Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam rectal, tangan luar diletakkan di atas sympisis.

  7. Pemeriksaan Rectovaginal – Pemeriksaan rectovaginal digunakan pada proses-proses dibelakang dan kiri kanan dari uterus (parametrium) seperti infiltrat dan tumor. Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam vagina sedangkan jari tengah ke dalam rectum.

  8. Pemeriksaan Penunjang – Seperti sonografi transveginal, histeroskopi maupun tindakan operatif lain.


Kesimpulan



    Setelah dilakukan anamnesa sampai pemeriksaan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan atau diagnosis : kehamilan, penyakit kandungan, infeksi dan perdarahan tanpa sebab.


    Terapi


    Terapi diberikan sesuai dengan diagnosis atau kesimpulan yang didapatkan. Sebagai Bidan memberikan KIE – motivasi untuk pemeriksaan, melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (puskesmas, dokter spesialis, rumah sakit) dan menerima pengawasan lebih lanjut.


    Konseling


    Konseling merupakan proses pemberian informasi yang objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan membantu klien mengenali kondisi dan masalahnya serta memberikan jalan keluar dalam mengatasi permsalahannya.


    Tahapan pemberian konseling terbagi dalam konseling awal, konseling khusus atau pemantapan dan konseling kunjungan ulang. Konseling dalam pemeriksaan ginekologik, klien berhak memilih dan membuat keputusan tentang penatalaksanaan klinik yang diyakininya kemudian disepakati dalam persetujuan tertulis/ informed consent oleh kedua belah pihak (tenaga kesehatan dengan klien).


    Persiapan Pre Operatif


    Pada pembedahan elektif dilakukan pemeriksaan seteliti mungkin untuk membuat diagnosis penyakit yang tepat dan untuk menilai kondisi pasien. Persiapan operasi pada keadaan darurat tentunya tidak selengkap dengan operasi yang terjadwal, namun demikian hal-hal yang esensial tetap dilakukan.


    Pada malam sebelum operasi, pasien dipuasakan sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi dilakukan. Pemberian pramedikasi diberikan dan diatur oleh ahli anestesi.


    Perawatan Post Operatif


    Sesudah operasi, timbul beberapa perubahan pada badan. Perubahan-perubahan itu adalah :



    1. Kehilangan darah dan air yang menyebabkan berkurangnya volume cairan dalam sirkulasi.

    2. Diuresis pasca operasi berkurang, beberapa hari kemudian akan normal kembali.

    3. Terjadi penghancuran protein jaringan, ekskresi kalsium meningkat, sedang pengeluaran natrium dan klorida berkurang.


    Setelah operasi selesai, pasien tida boleh ditinggalkan sampai ia sadar. Harus dijaga jalan pernafasannya tetap terjaga.


    Komplikasi-Komplikasi Pasca Operasi :



    1. Syok – Terjadi karena insufisiensi akut dari system sirkulasi dengan sel-sel jaringan tidak mendapat makanan dan O2 dengan akibat terjadi kematian. Penyebab syok dari hemoragi, sepsis, neurogenik dan kardiogenik dll.

    2. Hemoragi – Timbul bisa karena ikatan terlepas atau karena usaha penghentian darah kurang sempurna.

    3. Gangguan jalan kencing – Retensio urin, infeksi jalan kencing sering terjadi pada pasien pasca operasi.

    4. Infeksi

    5. Distensi perut – Perut terasa kembung, tetapi setelah flaktus keadaan perut menjadi normal.

    6. Terbukanya luka operasi dan eviserasi – Sebab terbukanya jahitan luka operasi karena luka tidak dijahit dengan sempurna.

    7. Tromboflebitis – Jarang terjadi, hal ini bersangkutan dengan radang dan sebagai tombosis tanpa tanpa tanda radang.


    Referensi

    Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1981. Ginekologi. Elstar Offset, Bandung.

    Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta.

    Manuaba, IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana Untuk Bidan. EGC. Jakarta.

    Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

    Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

    Rabe, Thomas, 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan, Hipokrates, Jakarta.

    http://askep-askeb.cz.cc/
    BACA SELENGKAPNYA - Penatalaksanaan Kelainan Sistem Reproduksi

    Pap Smear

    Pap Smear: "

    Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang dikembangkan oleh Dr. George N. Papanicalaou untuk penapisan awal dari gejala kanker leher rahim. Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi eksfoliative dengan memeriksa sel-sel epitel cervix yang lepas. Pemeriksaan ini lebih mudah, murah, sederhana, aman dan akurat. Di negara maju, skrinning Pap Smear terbukti dapat menemukan lesi prakanker, menurunkan insiden dan menurunkan angka kematian akibat kanker serviks sampai 70-80%. Tujuan tes Pap adalah menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi HPV. Kanker serviks merupakan penyakit menular seksual, bila penyakit prakanker/ displasia ditemukan lebih dini kemungkinan angka penyembuhan mencapai 80-90 % tergantung beratnya lesi dan cara pengobatannya.



    Kapan Melakukan Pap Smear?


    Pemeriksaan Pap Smear dilakukan paling tidak setahun sekali bagi wanita yang sudah menikah atau yang telah melakukan hubungan seksual. Para wanita sebaiknya memeriksakan diri sampai usia 70 tahun.


    Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Persiapan pasien untuk melakukan Pap Smear adalah tidak sedang haid, tidak coitus 1 – 3 hari sebelum pemeriksaan dilakukan dan tidak sedang menggunakan obat – obatan vaginal.


    Alur Pemeriksaan Pap Smear


    Pengambilan sampel dapat dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis maupun bidan/ para medis. Sedangkan yang memproses sampel adalah analis/ teknisi laboratoriun dan yang mendiagnosa hasil adalah ahli patologi anatomi (dokter spesialis PA).


    Sampel / Bahan yang Diperiksa


    Bahan yang dapat dijadikan sampel adalah dari cervical/ vaginal smear, sputum, bronchial washing/ brushing, nasopharyngeal smear/ washing/ brushing, urin, cairan lambung/ pleura/ ascites/ sendi, liquor cerebrospinal, aspirat AJH, inprint neoplasma.

    Sampel yang biasa digunakan adalah dari cervical/ vaginal smear.


    Sarana Prasarana yang Diperlukan dalam Pap Smear


    Sarana prasarana yang diperlukan dalam pemeriksaan pap smear antara lain : ruangan khusus, meja ginekologi, tenaga ahli dan terampil, spekulum steril, peralatan yang menunjang untuk pemeriksaan Pap Smear (spatula, obyek glass, cairan untuk fiksasi, tabung fiksasi, mikroskop), alat tulis (misal spidol marker, label, pensil), formulir Pap Smear, medical records, laboratorium sitologi dengan petugas terampil/ ahli dalam menginterpretasikan hasil, transportasi pengiriman hasil Pap Smear, sistem informasi untuk meyakinkan klien dalam melakukan kunjungan ulang, kualitas sistem asuransi untuk memaksimalkan keakuratan.


    Fiksasi Sampel


    Fiksasi sampel adalah cara mengawetkan sampel dengan bahna kimia tertentu agar sel yang terkandung dalam sampel tidak rusak/ lisis. Bahan kimia untuk fiksasi antara lain : alkohol 96 %, alkohol 70 %, methanol, alkohol 50 %, either – alkohol 95 %.

    Bahan kimia yang biasa digunakan untuk fiksasi sampel adalah alkohol 96%.


    Alat Pengambilan Sampel


    Alat pengambilan sampel untuk pap smear dengan menggunakan spatula yang dapat terbuat dari kayu maupun plastik. Jenis spatula antara lain : cervix brush, cytobrush, plastic spatula, maupun wooden spatula.


    Teknik pemeriksaan Pap smear


    Dua hari menjelang pemeriksaan, ibu dilarang melakukan senggama maupun memakai obat-obatan yang dimasukkan ke dalam liang senggama. Waktu yang baik untuk pemeriksaan adalah beberapa hari setelah selesai menstruasi. Terlebih dahulu mengisi informed consent dan formulir Pap Smear secara lengkap dan sesuaikan dengan nomor urut pengambilan. Ibu dalam posisi litotomi, pasang spekulum vagina tanpa menggunakan pelicin, dan tanpa melakukan periksa dalam sebelumnya. Setelah portio tampak, maka spatula dimasukkan ke dalam kanalis servikalis, lalu spatula diputar 180° searah jarum jam. Spatula dengan ujung pendek diusap 360° pada permukaan serviks. Lendir yang didapat dioleskan pada objek glass berlawanan arah jarum jam. Apusan hendaknya dilakukan sekali saja, lalu difiksasi atau direndam dalam larutan alkohol 96% selama 30 menit. Sediaan dapat dikirim secara basah (tetap direndam dalam alkohol) atau dikirim secara kering dengan mengeringkan sediaan setelah direndam dalam alkohol. Selanjutnya sediaan tadi dikirim ke Ahli Patologi Anatomi untuk diperiksa.


    Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pembuatan Sediaan Apus


    Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan apus adalah membuat sediaan apusan tipis merata; segera fiksasi sesuai metode pewarnaan PAP; membuat sediaan sedikit mungkin mengandung darah; menjaga kebersihan obyek glass yang digunakan; menghindari bahan kimia yang merusak sel; menyiimpan ditempat yang bersih, kering dan aman; memberi label pada obyek glas yang digunakan.


    Ketepatan Diagnostik Sitologi


    Kualitas suatu tes penapisan dapat diukur dengan :



    • Sensitivitas : Kelompok wanita dengan tes positif diantara yang sakit.

    • Spesifisitas : Kelompok wanita dengan tes negatif diantara yang tidak sakit.


    Angka negatif palsu diperkirakan berkisar 5-50%, kesalahan terbanyak disebabkan oleh pengambilan sediaan yang tidak adekuat (62%), kegagalan skrining (15 %) dan kesalahan interpretasi (23%). Sedangkan angka positif palsu berkisar 3-15 %. Ketepatan diagnostic perlu memperhatikan komponen endoserviks dan ektoserviks yang dapat menggabungkan cytobrush dan spatula.


    Kesalahan yang sering terjadi :

    1. Sediaan apus terlalu tipis, hanya mengandung sedikit sel.

    2. Sediaan apus terlalu tebal dan tidak merata, sel bertumpuk-tumpuk sehingga menyulitkan pemeriksaan.

    3. Sediaan apus telah kering sebelum difiksasi (terlalu lama diluar, tidak segera direndam di dalam cairan fiksatif).

    4. Cairan fiksatif tidak memakai alkohol 96 %.


    Petunjuk untuk penapisan :



    • Pemeriksaan tes Pap dilakukan setelah 2 tahun aktif dalam aktifitas seksual.

    • Interval penapisan. Wanita dengan tes Pap negatif berulang kali diambil setiap 2 tahun, sedang wanita dengan kelainan atau hasil abnormal perlu evaluasi lebih sering.

    • Pada usia 70 tahun atau lebih tidak diambil lagi dengan syarat hasil 2 kali negatif dalam 5 tahun terakhir.


    Referensi


    Brosur Deteksi Dini Kanker Leher Rahim – Pap Smear. Yayasan Kanker Indonesia.

    Pap_Indonesian. Pdf. Kapankah Anda Terakhir Memeriksakan Diri Untuk Pap Smear? A joint Australian Government & State/Territory Health Initiative.

    Pap Smear Patient Information Brosure.Pdf. Cervical Cancer.

    Pap %20 Smear%20 BM. Pdf. Pengesanan Awal Kanker Serviks Menyelamatkan Nyawa.Persatuan Kebangsaan Kanser Malaisya.

    RH_pap test_pdf. Original source: Alliance for Cervical Cancer Prevention (ACCP).

    Soebroto, JB (2007), Interpretasi Pap Smear, Refresing Pap Smear Bagi Bidan, Yayasan Kanker Indonesia Cabang D.I. Yogyakarta.

    Suwiyoga, Ketut, Tes HPV sbg Skrinning Alternative Kanker Serviks. Sub Divisi Gineko-Onkologi Bag. Obsgin , FkU Udayana, Denpasar, Bali.

    Tirtoprodjo, Prijono (2007), Makalah Pap Smear, Refresing Pap Smear Bagi Bidan, Yayasan Kanker Indonesia Cabang D.I. Yogyakarta.

    www.alliance-cxca.org , The Pap Test :Evidence To Date.

    http://askep-askeb.cz.cc/
    BACA SELENGKAPNYA - Pap Smear

    Kanker Payudara (Ca Mammae)

    Kanker payudara adalah jenis kanker yang berasal dari kelenjar saluran dan jaringan penunjang payudara. Tingkat insidensi kanker payudara di kalangan wanita adalah 1 berbanding 8. Di Indonesia, kanker payudara menduduki peringkat kedua dari semua jenis kanker. Sedangkan sekitar 60-80 % ditemukan pada stadium lanjut dan berakibat fatal.

    Golongan Resiko

    Kelompok wanita yang kemungkinan terkena kanker payudara adalah :



    • Wanita dengan kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, asupan lemak berlebihan dan kurang olahraga.

    • Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara – Insidensi kanker payudara oleh karena genetik menunjukkan 5-10 %.

    • Pernah menderita kanker pada salah satu payudara

    • Menderita tumor jinak payudara

    • Infertil dan kehamilan pertama pada usia 35 tahun

    • Tidak memiliki anak

    • Faktor hormonal

    • Awal menstruasi (menarche) sebelum usia 12 tahun dan berhenti menstruasi (menopause) setelah usia 50 tahun.

    • Periode menstruasi lebih lama

    • Tidak pernah menyusui anaknya

    • Usia yang makin bertambah – Kanker payudara 78 % menunjukkan terjadi pada usia lebih 50 tahun dan 6 % terjadi pada usia kurang dari 40 tahun. Sedangkan rata-rata kanker payudara ditemukan pada usia 64 tahun.


    Gejala Klinik

    Gejala klinik dari kanker payudara adalah :



    1. Benjolan di payudara atau ketiak.

    2. Perubahan bentuk dan ukuran payudara yang luar biasa.

    3. Kerutan atau lekuk yang luar biasa pada payudara.

    4. Puting payudara tertarik ke dalam.

    5. Perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting payudara.


    Metode Deteksi Dini

    Pendektesian kanker payudara sedini mungkin merupakan faktor penting dalam menanggulangi kanker payudara. Oleh karena kanker payudara merupakan jenis kanker yang mudah dideteksi.

    Untuk menemukan kanker pada stadium awal dilakukan dengan pemeriksaan medis antara lain :



    1. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

    2. Pemeriksaan payudara secara klinis (SARARI).

    3. Pemeriksaan mammografi – adalah foto payudara dengan alat khusus.

    4. Biopsi aspirasi.

    5. True-cut (pengambilan jaringan dengan jarum ukuran besar).

    6. Biopsi terbuka – adalah prosedur pengambilan jaringan dengan operasi kecil, eksisi maupun insisi yang dilakukan sebagai diagnosis pre operatif ataupun durante operationam.

    7. Terapi – Untuk meningkatkan angka harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi. Misalnya terapi radiasi, terapi hormon, kemoterapi, dan terapi imunologik.


    Apakah Semua Benjolan Dalam Payudara Adalah Kanker ?

    Sembilan dari sepuluh benjolan yang terdapat didalam payudara bukanlah kanker. Walau bagaimanapun, Anda perlu waspada terhadap semua benjolan dalam payudara, dan perlu konsultasi dengan dokter atau bidan Anda dengan segera jika Anda merasakan benjolan yang tidak normal, perubahan pada benjolan yang timbul, perubahan tekstur kulit dan bengkak pada kulit, puting susu yang tenggelam dan payudara terasa nyeri.


    Hidup Sehat Mengatasi Kanker Payudara



    1. Melakukan pemeriksaan payudara sendiri.

    2. Konsumsi makanan yang rendah lemak.

    3. Senam atau olahraga secara teratur.

    4. Kurangi makanan tinggi garam.

    5. Bila usia Anda lebih dari 50 tahun, lakukan uji mammogram setiap tahun atau dua tahun sekali.

    6. Menyusui bayi Anda merupakan cara untuk mengurangi resiko kanker payudara.

    7. Konsultasi ke bidan atau dokter, bila Anda menjumpai kelainan pada payudara Anda.


    Referensi

    Brosur Yayasan Kanker Indonesia. Deteksi Dini Kanker Payudara.

    Kanker Payudara.pdf. Kanker Payudara.

    Rabe, Thomas. Buku Saku Ilmu Kandungan. Hipokrates, Jakarta,2002.

    www./portalkalbe/files.cdk/06. Tambunan, Gani. Strategi Deteksi Kanker Payudara Stadium Awal. Pdf. Laboratorium Patologi Anatomi, Fk USU, 1992.

    http://askep-askeb.cz.cc/

    BACA SELENGKAPNYA - Kanker Payudara (Ca Mammae)

    15 November 2010

    Pengetahuan remaja putri tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis di Madrasah ALiyah Negeri

    BAB I
    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang
    Wanita rentan dengan gangguan alat reproduksinya karena alat kelamin wanita berhubungan langsung dengan dunia luar melalui liang senggama, saluran mulut rahim, rongga/ ruang rahim, saluran telur atau tuba fallopi yang bermuara di dalam ruang perut. Hubungan langsung ini sehingga infeksi pada bagian luarnya secara berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut. Dalam bentuk infeksi selaput dinding perut atau peritonitis (Manuaba, 1999)
    Diketahui bahwa sistem pertahanan dari alat kelamin wanita antara lain sistem asam-basanya, pertahanan lainnya yaitu dengan pengeluaran lendir yang selalu mengalir ke arah luar menyebabkan bakteri dibuang dan dalam bentuk menstruasi. Sekali pun demikian sistem pertahanan ini cukup lemah, sehingga infeksi sering tidak dapat dibendung dan menjalar ke segala arah, menimbulkan infeksi mendadak dan menahun dengan berbagai keluhan. Salah satu keluhan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal alat kelamin adalah leukorea atau keputihan (Manuaba, 1999)
    Menurut data family carp international (1995) Amerika Serikat bahwa satu dari 20 remaja tertular Penyakit infeksi menular seksual dengan jumlah penderita ims tertinggi pada usia 15-20 tahun, di Indonesia penderita ims terdapat sebanyak 45.830 orang dengan jumlah penderita di Lampung sebanyak 499 (Profil Kesehatan Indonesia 2005), sedangkan jumlah penderita ims di kota metro pada tahun 2003 tidak ada (Profil Kesehatan Kota Metro, 2003), pada tahun 2004 sebanyak 17 orang (Profil Kesehatan Kota Metro, 2004), pada tahun 2005 sebanyak 14 orang (Profil Kesehatan Kota Metro, 2005).
    Keputihan dapat dibedakan menjadi keputihan normal dan keputihan abnormal.Keputihan bukan penyakit tetapi gejala penyakit, sehingga sebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk menentukan penyakit dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar tersebut. Dan untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan yang mencakup pemeriksaan fisik umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium rutin, dan pemeriksaan terhadap keputihan. Pemeriksaan terhadap keputihan mencakup pewarnaan Gram untuk infeksi bakteri, preparat basah untuk infeksi jamur, kultur/pembiakan untuk menentukan jenis bakteri penyebab, dan Pap smear untuk menentukan adanya sel ganas pada serviks (Manuaba, 1999)
    Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 400.000 kasus baru kanker leher rahim, sebanyak 80% terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Penderita terbanyak kanker leher rahim ada di indonesia (www.health-irc.or.id/profil 2004/bab2.htlm). Kasus penderita kanker di Indonesia yang ditemukan sebanyak 8.182 kasus, dengan kasus kanker servik 2.780 kasus (www.pd. persi.co.id/?show = detail news & kode).
    Wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya pengeluaran cairan keputihan sehingga di anjurkan untuk pemeriksaan khusus atau rutin sehingga dapat menetapkan secara dini penyebab keputihan (Manuaba, 1999)
    Wanita yang tidak bisa membedakan keputihan fisiologis dan keputihan patologis tidak akan tahu dirinya mengidap penyakit atau tidak, wanita yang beranggapan keputihan fisiologis adalah keputihan patologis akan membuat wanita tersebut merasa tidak nyaman dan merasa cemas dirinya menderita suatu penyakit kelamin dan jika wanita yang beranggapan keputihan patologis adalah keputihan fisiologis akan membuat wanita tersebut mengabaikan keputihan yang dideritanya sehingga penyakit yang diderita bisa semakin parah.
    Hasil pra survey yang telah penulis lakukan di MAN 1 Metro tentang keputihan fisiologis dan patologis dengan cara menyebarkan kuesioner pada semua remaja putri kelas II di MAN 1 Metro sebanyak 115 orang ditemukan 104 orang (90,5%) yang tidak mengetahui tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis, sedangkan sebanyak 11 orang (9,5%) mengetahui perbedaan keputihan fisiologis, selain itu belum adanya penyuluhan kesehatan reproduksi dan penelitian mengenai keputihan di MAN 1 Metro. Hal inilah yang mendorong penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.

    B. Rumusan Masalah
    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengetahuan Remaja Putri di MAN 1 Metro tentang keputihan fisiologis dan Keputihan Patologis.”

    C. Ruang Lingkup
    Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
    1. Jenis penelitian : Deskriptif
    2. Subyek penelitian : Remaja Putri Kelas II di MAN 1 Metro
    3. Obyek Penelitian : Pengetahuan tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis
    4. Tempat penelitian : MAN 1 Metro
    5. Waktu penelitian : 8 Mei 2006

    D. Tujuan Penelitian
    1. Tujuan umum
    Memperoleh gambaran pengetahuan remaja putri tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis di MAN 1 Metro.
    2. Tujuan khusus
    a. Diketahui pengetahuan remaja putri tentang keputihan fisiologis
    b. Diketahui pengetahuan remaja putri tentang keputihan patologis

    E. Manfaat Penelitian
    1. Bagi remaja
    Bagi remaja putri khususnya remaja putri di MAN 1 Metro diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang keputihan, sehingga dapat diketahui secara cepat bila terjadi abnormalitas keputihan.
    2. Bagi Tenaga Kesehatan
    Sebagai bahan masukan dalam pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan pada remaja.
    3. Bagi Institusi pendidikan
    a. Prodi kebidanan Metro
    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan perpustakaan dan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa prodi kebidanan Metro.
    b. Staf pengajar MAN 1 Metro
    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola pendidikan dan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di MAN 1 Metro, dan dapat juga sebagai bahan masukan dalam memberikan bimbingan konseling pada remaja putri.

    BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan remaja putri tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis di Madrasah ALiyah Negeri

    Pengetahuan primigravida tentang tanda-tanda persalinan semu di klinik

    Rata PenuhBAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang
    Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Resiko persalinan sangat berkaitan dengan resiko yang ada pada masa kehamilan kadang-kadang resiko tersebut baru terjadi pada saat persalinan, misalnya ketuban pecah dini (KPD) atau penyakit darah tinggi (Pre-eklampsia) yang timbul pada saat persalinan. Resiko persalinan ini dapat menyebabkan kematian.
    Jumlah kematian ibu hamil di Lampung Timur pada tahun 2006 sebanyak 16 kasus (1,98%). Penyebab dari kematian tersebut dapat dibedakan menjadi perdarahan yaitu sebanyak 10 kasus (0,96%), lain-lain sebanyak 3 kasus (0,87%), eklampsia, infeksi, partus lama masing-masing sebanyak 1 kasus (0,31%). Angka ini bervariasi bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2005 sebanyak 18 kasus (2%) 2004 sebanyak 19 kasus (2,3%) tahun 2003 sebanyak 20 kasus (2,7%) tahun 2002 sebanyak 9 kasus (0,8%) (Dinkes RI Lampung Timur, 2006).
    Selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor dominan yang mempengaruhi adalah kurang terdeteksinya faktor komplikasi secara dini misalnya abortus, infeksi, eklampsia, dan perdarahan. Untuk itu sangat diharapkan bidan, sebagai tenaga kesehatan harus ikut mendukung upaya dalam penurunan AKI (Angka Kematian Ibu), peranan bidan dalam masyarakat sebagai tenaga terlatih pada sistem kesehatan nasional salah satunya adalah meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat.
    Mengetahui tanda-tanda persalinan merupakan hal yang penting yang perlu dimiliki oleh setiap ibu hamil. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya komplikasi yang akan terjadi pada saat persalinan nantinya, misalnya KPD, pre eklampsi, persalinan macet dan lain-lain, sehingga akan tercipta persalinan yang normal, aman bagi ibu dan bayinya.
    Berdasarkan hasil pra survey dan wawancara pada bulan April 2007 kepada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di kelinik Tridatu Lampung Timur, didapatkan ibu primgravida yang usia kehamilannya diatas 28 minggu sebanyak 34 orang (2,7%) belum mengerti tentang tanda-tanda persalinan semu. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengetahuan primigravida tentang tanda-tanda persalinan semu di klinik Tridatu Lampung Timur.

    B. Rumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang masalah penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimanakah pengetahuan ibu primigravida tentang tanda-tanda persalinan semu“ di Klinik Tridatu Lampung Timur Tahun 2007”.

    C. Ruang lingkup
    Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
    Sifat penelitian : Studi Deskriptif
    Objek penelitian : Ibu-ibu primigravida yang memeriksakan diri di klinik Tridatu
    Subjek penelitian : Pengetahuan ibu-ibu primigravida tentang tanda- tanda persalinan semu
    Lokasi penelitian : Klinik Tridatu Lampung Timur
    Waktu penelitian : 29 Mei sampai 22 Juni 2007

    D. Tujuan Penelitian
    Tujuan dari diadakan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pengetahuan ibu primigravida tentang tanda-tanda persalinan semu di Klinik Tridatu Lampung Timur.

    E. Manfaat Penelitian
    1. Bagi peneliti
    Merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat dan mendapatkan pengalaman nyata dalam bidang penelitian.
    2. Bagi Institusi Pendidikan Prodi Kebidanan Metro
    Bagi Institusi Pendidikan Politekes Tanjung Karang Prodi Kebidana Metro sebagai bahan bacaan tentang pengetahuan ibu hamil primigravida tentang tanda-tanda persalinan semu dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
    3. Bagi Bidan
    Sebagai salah satu bahan masukan bagi bidan sebagai tenaga kesehatan yang berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE (Komunikasi Infomasi Edukasi).
    4. Bagi Peneliti Lain
    Diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dan perbandingan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

    BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan primigravida tentang tanda-tanda persalinan semu di klinik

    Pengetahuan primigravida tentang anemia pada kehamilan di puskesmas

    BAB I
    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang
    Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup (Manuaba, 1998). Penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Adapun salah satu upaya tersebut terwujud dalam bentuk Safe Motherhood atau disebut juga upaya penyelamatan ibu dan bayi (Sarwono, 2000).
    Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan, banyak hal yang perlu diperhatikan, salah satu diantaranya yang di pandang mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Secara umum pelayanan kesehatan masyarakat (Public Health Services) adalah merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, yang utamanya adalah pelayanan pencegahan (Preventif), peningkatan kesehatan (Promotif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) dengan sasaran masyarakat.
    Upaya kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan mutu dan kemudahan pelayanan kesehatan yang makin terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat khususnya pada kelompok rentan yaitu calon pengantin, bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu menyusui.
    Anemia di Indonesia terutama pada ibu hamil relatif masih tinggi, terbukti dengan di dapatkannya 63,5% ibu hamil menderita kekurangan zat besi. Upaya penanggulangannyapun sudah cukup gencar dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan yang berarti, kejadian anemia tersebut masih cukup tinggi, dimungkinkan karena sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya pencegahan anemia serta bahaya yang akan ditimbulkan. Salah satu penangannya adalah perlu melakukan analisis cermat perubahan perilaku melakukan analisis cermat yaitu penilaian bentuk berupa pengetahuan di masyarakat terutama calon pengantin atau calon ibu (Nugraheni, Aruben, Purnami, 1999).
    Seorang wanita dinyatakan anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 11 g/100 ml. Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pada perubahan-perubahan dalma darah dan sum-sum tulang. Darah bertambah banyak dalam kehamilan, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibanding dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita (Prawiroharjo, 1992).
    Dengan adanya masalah kesehatan, seorang ibu yang akan menjalani proses kehamilan besar kemungkinan akan mengalami anemia tanpa di sadarinya, bidan sebagai pendamping sepanjang siklus kehidupan wanita sejak periode prenatal, bayi, balita, remaja, dewasa dini, kehamilan, persalinanan, nifas dan menopause haruslah tanggap dalam setiap perubahan yang dihadapi untuk dapat mengantar wanita menuju dalam proses kehamilan yang sehat.
    Pada studi pendahuluan di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur penulis mendapatkan data ibu hamil yang beresiko ada 150 orang, yaitu umur ibu lebih dari 35 tahun ada 60 orang (40%), dengan multiparitas 40 orang (26,6%), abortus habitualis 4 orang (2,6%), anemia ada 25 orang (16,6%), hipertensi ada 6 orang (4%), primitua 4 orang (2,6%), lingkar lengan atas kurang dari 23,5 ada 11 orang (7,3%). Ibu hamil di wilayah Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur belum pernah ada yang mengikuti penyuluhan tentang kesehatan khususnya tentang anemia.
    Dari uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan primi gravida tentang anemia di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

    B. Rumusan Masalah
    Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis membuat rumusan masalah penelitian : “Bagaimanakah pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur?”

    C. Tujuan Penelitian
    1. Tujuan Penelitian
    Adapun tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

    D. Manfaat Penelitian
    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
    1. Bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur sebagai sumbangan penelitian dan masukan serta sebagai bantuan dalam memberikan materi penyuluhan pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan.
    2. Bagi penulis
    Untuk mengetahui dengan jelas mengenai pengetahuan primi gravida tentang anemia pada masa kehamilan, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penelitian serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah didapat, khususnya pada mata kuliah kebidanan dan metode penelitian.
    3. Bagi primi gravida
    Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang anemia di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
    4. Bagi pengembang ilmu
    Sebagia sumber referensi, sumber bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan.

    E. Ruang Lingkup
    Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
    1. Sifat penelitian : Deskriptif
    2. Subjek penelitian : Seluruh primi gravida yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
    3. Objek penelitian : Pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan di Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
    4. Lokasi Penelitian : Di wilayah kerja Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
    5. Waktu Penelitian : Setelah proposal disetujui.

    BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan primigravida tentang anemia pada kehamilan di puskesmas

    Pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada balita demam di puskesmas

    BAB IRata PenuhPENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG
    Demam merupakan salah satu masalah yang kerap dijumpai dalam mengasuh dan membesarkan anak. Ibu berperan penting dalam merawat anak demam, pengetahuan ibu diperlukan agar tindakan yang diberikan benar yaitu bagaimana ibu menentukan anak demam dan menurunkan suhu tubuh anak, serta kapan ibu mambawa ke petugas kesehatan. Kurangnya informasi dan pengetahuan dapat membuat tindakan ibu menjadi keliru. Kesalahan yang sering terjadi di lingkungan kita seperti anak demam justru diselimuti dengan selimut tebal. Ibu perlu tahu bahwa pada usia dibawah lima tahun daya tahan tubuh anak memang merendah sehingga rentan sekali terkena infeksi penyebab demam. Tingginya suhu tubuh juga tidak dapat dijadikan indikasi bahwa penyakit yang diderita anak semua parah. Sebab pada saat itu tubuh sedang berusaha melakukan perlawanan terhadap penyakit akibat infeksi, dengan demikian demam dapat reda dengan sendirinya dalam 1–2 hari dan tidak selalu butuh pengobatan. Segeralah melakukan pengukuran dengan termometer setiap kali anak demam. Sekitar 30% - 50% demam disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), demam berdarah dengue, dan demam tifoid. (Waldan, tabloidnova.com, 2007, Conecticque, conectique.com, 2008 ).
    Data terakhir yang diperoleh dari Survei Kesehatan Nasional (Susenas) 2001 tentang angka kesakitan bayi dan balita menunjukkan bahwa 49,1 % bayi umur kurang dari 1 tahun (49,0 % bayi laki-laki, 49,2 % bayi perempuan), dan 54,8 % balita umur 1-4 tahun (55,7 % balita laki-laki, 54,0 % balita perempuan). Di antara anak umur 0-4 tahun tersebut ditemukan prevalensi panas sebesar 33,4 %, batuk 28,7 %, batuk dan nafas cepat 17,0 % dan diare 11,4 %.
    Hasil pendataan Surveilans Epidemiologi Kota Metro tahun 2004 menunjukkan bahwa penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) mencapai 28.160 kasus selama tahun 2004, hal ini terjadi peningkatan yang sangat tajam pada tahun 2005 yaitu 32.790 kasus dan paling banyak pada usia 1-4 tahun yaitu sebanyak 10.219 kasus (26.07%). Penyakit berikutnya terbanyak adalah diare yaitu 3.614 kasus (9,22%) (Buletin, 2006).
    Hasil prasurvei yang penulis lakukan di Puskesmas Mulyojati Metro Barat tanggal 20 Maret sampai dengan 25 April 2008 penulis meneliti dari 24 ibu yang mempunyai balita demam terdapat 17 ibu yang pengetahuannya kurang dan, 4 ibu yang pengetahuannya cukup, dan hanya 3 orang yang pengetahuannya baik. Tingkat pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada balita demam masih banyak yang kurang baik sehingga membuat penulis terpicu untuk menelitinya.

    B. RUMUSAN MASALAH
    Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dari karya tulis ilmiah ini adalah ”Bagaimana pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada balita demam di Puskesmas Mulyojati Metro Barat?”

    C. RUANG LINGKUP PENELITIAN
    Peneliti membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
    1. Sifat penelitian : Deskriptif
    2. Subjek Penelitian : Ibu yang mampunyai balita demam
    3. Objek Penelitian : Pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama.
    4. Lokasi Penelitian : Puskesmas Mulyojati
    5. Waktu Penelitian : 17 - 21 Juni 2008

    D. TUJUAN PENELITIAN
    Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada balita demam.

    E. MANFAAT PENELITIAN
    Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
    1. Institusi Puskesmas Mulyojati Metro Barat
    Menambah informasi dan masukkan tentang pertolongan pertama pada balita demam.
    2. Para ibu yang memiliki balita
    Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan para ibu tentang pertolongan pertama pada balita demam.
    3. Institusi pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
    Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan memberikan pertolongan pertama pada balita deman.

    BACA SELENGKAPNYA - Pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada balita demam di puskesmas

    Endometriosis

    Pengertian Endometriosis

    Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan yang mirip endometrium, di luar kavum uteri (Manuaba, 2001: 526).

    Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stroma). (Mansjoer, 2001: 381).

    Endometriosis adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di miometrium ataupun di luar uterus. (Wiknjosastro, 1999: 314).

    Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang hanya ada di dalam rahim, dapat ditemukan dibagian lain dalam tubuh. (Irwan, 2008: 02).

    Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim. Padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. (Henri, 2009: 1)


    Klasifikasi Endometriosis

    Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut:



    1. Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim disebut Adenomiosis.

    2. Endometriosis Eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus, lazim disebut ”true endometriosis


    Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :



    1. Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di dalam uterus.

    2. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding belakang uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium.

    3. Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio peritonium dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing.


    lokasi pertumbuhan endometriosis


    Etiologi

    Sampai saat ini belum ada penyebab pasti dari endometriosis. Ada beberapa teori yang menerangkan terjadinya endometriosis, seperti :



    1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitasi transtuba pada saat menstruasi.

    2. Teori metaplasia, yaitu metaplasia sela multipotensial menjadi endometrium, namun teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen.

    3. Teori induksi, yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia indogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak diperesiansi menjadi jaringan endometrium (Mansjoer, 2001: 381).

    4. Teori sistem kekebalan, kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.

    5. Teori genetik, keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis. Bahwa anak ataupun Anda penderita endometriosis beresiko besar mengalami endometriosis sendiri.

    6. Teori Retrograde menstruation (menstruasi yang bergerak mundur) menurut teori ini, endometriosis terjadi karena sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi mengalir kembali melalui tuba ke dalam rongga pelvis.


    Tanda-Tanda dan Gejala



    1. Nyeri perut bagian bawah dan di daerah panggul progresif.

    2. Disminorea (nyeri hebat di perut bagian bawah saat haid yang menganggu aktifitas).

    3. Dispareunea (nyeri ketika melakukan hubungan seksual), disebabkan karena adanya endometriosis di kavum douglas.

    4. Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat menstruasi. Disebabkan karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.

    5. Poli dan hipermenorea (siklus lebih pendek dari normal < 21 hari, darah lebih banyak atau lama dari normal lebih dari 7 hari).

    6. Infertilitas (kemandulan), apabila mobilitas tuba terganggu karena fibriosis dan karena perlekatan jaringan disekitarnya.

    7. Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spoting sebelum menstruasi).

    8. Haid yang banyak (menorragia)


    Sumber: Irwan, 2008: 03


    Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan laparoskopi (pemeriksaan yang sangat berguna untuk membedakan endometriosis dari kelainan-kelainan di pelvis). Laparoskopi turut membenarkan rawatan pembedahan bagi endometriosis. Kuldoskopi kurang bermanfaat terutama jika kavum douglas ikut serta dalam endometriosis. Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi seperti: forniks vaginae posterior, perineum, perlu laparotomi. Biopsi endometrium dapat memberi kepastian mengenai diagnosis. Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis tidak memberi tanda yang khas, hanya apabila ada darah dalam tinja atau air kencing pada waktu haid dapat menjadi petunjuk tentang adanya endometriosis pada rektosigmoid atau kandung kencing. Sigmoidoskopi dan sistokospi dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu haid. Pembuatan foto rontgen dengan memasukkan barium dalam kolom dapat memberi gambaran dengan filling defect pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan lunak yang seringkali ditemukan di dinding belakang vagina atau di daerah ovarium.

    Pemeriksaan penunjang yang lain adalah: USG rahim, barium enema, CT scan atau MRI perut. Untuk menentukan berat ringan endometriosis digunakan klasifikasi dari American Fertility Society. (Irwan, 2008: 04).


    Diagnosa Banding

    Tumor ovarium,metastasis di kavum Douglas, mioma multipel, karsinoma rektum, dan radang pelvis.


    Komplikasi



    1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolom atau ureter.

    2. Torsi ovarim atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma.

    3. Catamenial seizure atau pneumotoraks karena eksisi endometriosis.
    http://askep-askeb.cz.cc/

    Sumber: Mansjoer, 2001: 382


    Penanganan

    Penanganan endometriosis terdiri atas:



    1. Pencegahan

    2. Pengawasan

    3. Terapi hormonal

    4. Pembedahan

    5. Radiasi


    Referensi

    Badziad, M. 2003. Indokrinologi Ginekologi. Edisi 10. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI

    Diyoyen.2009. Endometriosis dan Adenomiosis. http://www.majalahfarmacia.com. 10 April 2009. Jam 08.00 WIB.

    Hacker. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Hipokratus

    Jayanti, Y. 2009. Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. T dengan Endometriosis di RSUD Dr Moewardi Surakarta.

    Llewellyn, J.D. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Gikenologi. Jakarta: Hipokratus

    Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

    ______. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Genikologi dan KB. Jakarta: EGC

    Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

    Mohamad, K. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC

    Rayburn, W. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika

    Saifuddin, A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo

    Sofyan. 2009. 50 Tahun IBI. Jakarta: PP–IBI

    ______. 2009. Ilmu Kebidanan. Bandung: Sekeloa Publiser

    Wikjosastro. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    http://askep-askeb.cz.cc/

    "
    BACA SELENGKAPNYA - Endometriosis

    Bagaimana Penanganan Endometriosis?

    Insidensi endometriosis tidak diketahui. Endometriosis tercatat sekitar 20% dari laparatomi ginekologik, dan dari kasus ini, separuhya merupakan penemuan yang tak diduga–duga. Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukan angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan diantara semua operasi pelvik. Endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda dan yang tidak mempunyai banyak anak. (Hacker, 200:401-402 ).

    Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi. Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%.


    Peran serta tenaga kesehatan termasuk bidan sangat besar dalam membantu wanita mendeteksi adanya gangguan pada sistem reproduksi. Pendeteksian secara dini akan dapat memperkecil jumlah komplikasi yang mungkin timbul, selain itu penanganan gangguan reproduksi harus dilakukan secara komprehensif guna pencegahan terhadap keganasan. (Depkes RI, 2002: 22-23).


    Penanganan endometriosis terdiri atas: pencegahan, pengawasan, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi.


    Pencegahan

    Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan supaya mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari terjaidnya infertilitas sesudah endometriosis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, karena dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.


    Pengawasan

    Pengawasan dapat dilakukan dengan observasi dan pemberian analgetika. Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah berumur, pengawasan itu bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti diterangkan di atas, harus dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatif. Dalam masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk mengurangi rasa nyeri.


    Terapi Hormonal



    1. Dasar terapi hormonal endometriosis adalah pertumbuhan dan fungsi jaringan endometriosis, seperti jaringan endometriosis yang normal, dikontrol oleh hormon-hormon steroid. Dengan data klinik sebagai berikut: endometriosis sangat jaring timbul sebelum menarche, menopause, baik alami maupun karena pembedahan, biasanya menyebabkan kesembuhan, sangat jarang terjadi kasus endometriosis baru setelah menopause, kecuali jika ada pemberian estrogen eksogen.

    2. Prinsip terapi pertama pengobatan hormonal endometriosis adalah menciptakan lingkungan hormon rendah estrogen (menyebabkan atrofi jaringan endometriosis) dan lingkungan asiklik (mencegah terjadinya haid), yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal maupun jaringan endometriosis. Prinsip kedua adalah menciptakan lingkungan hormon tinggi androgen atau tinggi progesteron (progesteron sintetik) yang secara langsung menyebabkan atrofi jaringan endometriosis.


    Tabel. Pengobatan hormonal pada endometriosis







































    NoCara terapiEfekEfek samping
    1Gn RH agonis ooforektomiAsiklik estrogen rendahKeluhan vasomotor atrofi ciri seks sekunder asteoporosis
    2Danazol metiltestosteronAsiklik estrogen rendahPeningkatan berat badan, break though bleeding, akne, kulit berminyak, perubahan suara hirsutisme,
    3Medroksipogesteron asetat gastrinon noretisteron Asiklik estrogen rendah bleedingPeningkatan berat badan, break, throuh bleeding, depresi, kloating
    4Kontrasepsi oral nonsiklikAsiklik estrogen mual, progestogen tinggi, progestogen tinggiMual, breakhrough bleeding

    Sumber : Winkjosastro,1999: 321


    Macam pengobatan hormonal untuk terapi endometriosis



    1. Androgen, yaitu preparat yang dipakai adalah metiltestoteran sublingual dengan dosis 5-10 mg perhari. Biasanya diberikan 10 mg per hari pada bulan pertama dilanjutkan dengan 5 mg perhari selama 2-3 bulan berikutnya. Kekurangan adalah: a) Timbulnya efek samping maskulinisasi terutama pada dosis melebihi 300 mg perbulan/ pada terapi jangka panjang. b) Masih mungkin terjadi ovulasi, terutama pada dosis 5 mg per hari. c) Bila terjadi kehamilan akan menimbulkan cacat bawaan pada janin. Keuntungan adalah: a) Digunakan untuk mengurangi nyeri/ dispaneuri. b) Meningkatkan libido.

    2. Estrogen-progesteron, terapi standar yang dianjurkan adalah 0,03 mg etinil estradiol, kekurangan adalah terjadi mual, muntah dan perdarahan. Keuntungan adalah dilaporkan bahwa dengan terapi ini 30 %, penderita menyatakan keluhannya bekurang dan 18 % secara obyektif mengalami kesembuhan.

    3. Progestogen, dosis yang dipakai adalah medroksiprogesteron asetat 30-50 per hari atau noretiston asetat 30 mg per hari kekurangan adalah menghambatan ovulasi, sedangkan keuntungannya adalah terjadinya kehamilan lagi setelah terapi yaitu rata-rata sebesar 26 %.

    4. Danazol, dosis yang dianjurkan untuk endometriosis ringan atau sedang adalah 400 mg/ hari. Sedangkan untuk yang berat diberikan sampai dengan 800 mg perhari. Kekurangan adalah terjadi acne, kulit berminyak, perubahan suara, pertambahan berat badan dan edema. Sedangkan keuntungannya dapat mengurangi ukuran endometrioma dan menghilangkan rasa nyeri
    http://askep-askeb.cz.cc/


    Pembedahan



    1. Pembedahan konservatif dilakukan pada pasien dengan intentilitas dan sudah tua, yaitu dengan merusak seluruh endometriosis dan memperbaiki keadaan pelvis dengan cara neuroktomi presakral.

    2. Pembedahan definitif dilakukan pada pasien yang tidak ingin hamil atau beberapa gejala. Jenis pemebdahannya yaitu histerektomi total, salpingi, ooforektomi bilateral, dan eksisi tempat endometriosis.


    Perlu diingat terlebih dulu harus ditentukan apakah fungsi ovarium dipertahankan atau tidak. Fungsi ovarium dipertahankan pada endometriosis dini, tidak adanya gejala dan pasien usia muda yang masih punya anak. Fungsi ovarium dihentikan bila endometriosis sudah menyerang pelvis secara luas khususnya pada wanita usia lanjut.


    Radiasi

    Pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan (Wiknjosastro, 2001 : 319-326).


    Referensi

    Badziad, M. 2003. Indokrinologi Ginekologi. Edisi 10. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI

    Diyoyen.2009. Endometriosis dan Adenomiosis. http://www.majalahfarmacia.com. 10 April 2009. Jam 08.00 WIB.

    Hacker. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Hipokratus

    Jayanti, Y. 2009. Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. T dengan Endometriosis di RSUD Dr Moewardi Surakarta.

    Llewellyn, J.D. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Gikenologi. Jakarta: Hipokratus

    Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

    ______. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Genikologi dan KB. Jakarta: EGC

    Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

    Mohamad, K. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC

    Rayburn, W. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika

    Saifuddin, A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo

    Sofyan. 2009. 50 Tahun IBI. Jakarta: PP–IBI

    ______. 2009. Ilmu Kebidanan. Bandung: Sekeloa Publiser

    Wikjosastro. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    http://askep-askeb.cz.cc/
    BACA SELENGKAPNYA - Bagaimana Penanganan Endometriosis?

    Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan

    Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan.


    Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :



    1. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran.

    2. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran.

    3. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi.

    4. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.

    5. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.

    6. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit.

    7. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.

    8. Pemberian ASI sedini mungkin.


    Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran.


    Konsep Asuhan Sayang Ibu

    Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:



    1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.

    2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.

    3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.

    4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.

    5. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.


    Badan Coalition Of Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe Motherhood Intiative pada tahun 1987. CIMS merumuskan sepuluh langkah asuhan sayang ibu sebagai berikut: (1) Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan. (2) Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan. (3) Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat. (4) Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu. (5) Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan. (6) Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara elektronik. (7) Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/ tanpa obat-obatan. (8) Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri. (9) Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama. (10) Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.


    Prinsip Umum Sayang Ibu
    http://askep-askeb.cz.cc/
    Prinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut: (1) Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis. (2) Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi. (3) Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu. (4) Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu. (5) Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu. (6) Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional. (7) Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup. (8) Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan. (9) Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama. (10) Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas. (11) Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.


    Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan

    Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan meliputi kegiatan: (1) Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan. (2) Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan. (3) Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga. (4) Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan. (5) Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan. (6) Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan. (7) Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman. (8) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan. (9) Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan. (10) Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa. (11) Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi. (12) Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan. (13) Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan aman. (14) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi. (15) Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan. (16) Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan. (17) Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1 jam setelah persalinan. (18) Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran bayi dengan membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusui yang benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI.


    Referensi

    Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.

    Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, Jakarta.

    Draft, 2001, Pelatihan Pelayanan Kebidanan, Jakarta.

    Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

    http://askep-askeb.cz.cc/
    BACA SELENGKAPNYA - Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan

    Kanker Leher Rahim (Ca Cerviks)

    Kanker Leher Rahim merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemukan pada wanita di Indonesia (diantara jenis kanker lainnya) dan banyak menyebabkan kematian karena terlambat dideteksi dan diobati. Frekuensi relatif di Indonesia adalah 27 % berdasarkan data patologik atau 16 % berdasarkan data rumah sakit. Insiden puncak pada usia 40–50 tahun.

    Dalam serviks terdapat 2 jenis sel yaitu sel skuamos dan glandular atau sel endoserviks. Pada kanker serviks, sel-sel bertindak secara tidak normal terus membesar dan membentuk benjolan atau tumor. Biasanya sel-sel ganas tersebut berasal dari squamo columnar juntion. Penyebab terbanyak dari kanker leher rahim adalah 99 % dari HPV (human papilloma virus) yang disebarkan lewat perilaku seks yang tidak sehat.

    http://askep-askeb.cz.cc/

    Gejala Kanker Leher Rahim


    Kanker leher rahim pada stadium awal tidak menunjukkan gejala yang khas, bahkan bisa tanpa gejala.


    Pada stadium lanjut sering memberikan gejala : perdarahan post coitus, keputihan abnormal, perdarahan sesudah mati haid (menopause) serta keluar cairan abnormal (kekuning-kuningan, berbau dan bercampur darah).


    Faktor Resiko


    Sampai saat ini penyebab pasti kanker leher rahim belum diketahui secara pasti. Namun, faktor resiko bagi yang terkena kanker leher rahim yaitu : hubungan seksual pada usia muda dan sering berganti-ganti pasangan; sering menderita infeksi kelamin; melahirkan banyak anak; kebiasaan merokok.


    Pencegahan kanker serviks


    Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas kanker serviks diperlukan upaya pencegahan-pencegahan sebagai berikut :



    • Pencegahan primer, yaitu usaha untuk mengurangi atau menghilangkan kontak dengan karsinogen untuk mencegah inisiasi dan promosi pada proses karsinogen.

    • Pencegahan sekunder, termasuk skrining dan deteksi dini untuk menemukan kasus-kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan.

    • Pencegahan tertier, merupakan pengobatan untuk mencegah komplikasi klinik dan kematian awal.


    Salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim adalah dengan pemeriksaan Pap Smear.


    Referensi

    Ramli, Mukhlis, dkk (2005), Deteksi Dini Kanker, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

    Sahli, Fauzie, Karsinoma Serviks Uteri Deteksi Dini dan Penanggulangannya, Sub Bagian Onkologi Ginekologi Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Dr Pirngadi, Medan.

    Triningsih, Ediati (2007), Makalah Cervik Uteri, Refresing Pap Smear Bagi Bidan, Yayasan Kanker Indonesia Cabang D.I. Yogyakarta.

    Yatim, Faisal (2005). Penyakit Kandungan. Myoma, Kanker Rahim/ Leher Rahim Dan Indung Telur, Kista, Serta Gangguan Lainnya. Jakarta.

    http://askep-askeb.cz.cc/

    BACA SELENGKAPNYA - Kanker Leher Rahim (Ca Cerviks)

    14 November 2010

    Kista Vagina

    Duktus gaster atau duktus uller. Letaknya lateral dalam vagina bagian proksimal, ditengah atau distal dibawah arifisium uretraeeksternum. Cairan jernih dan indingnya ada yang tipis, ada pula yang agak tebal. Tidak mengalami kesulitan waktu persetubuhan dan persalinan. Ada kalanya pada kista terjadi peradangan, abses pecah spontan jika sudah besar. Perlu dilakukan insisi pada absesnya, tempatnya dan saat ditemukannya. Sebaiknya diangkat di luar kehamilan. Marsupialisasi dilakukan kira-kira 3 bulan setelah bayi lahir. Kedua saluran Muller berkembang sendiri-sendiri tanpa penyatuan sedikitpun, sehingga terdapat 2 korpus, 2 serviks, 2 vagina.

    Korpus uteri dengan septum tidak lengkap. Korpus uteri sebelah kanan dan kiri terpisah secara tidak lengkap. Korpus uteri teta menjadi satu. Uterus arkuaus hanya mempunyai cekungan di fundus uteri, kelainan ini paling ringan sifatnya dan paling sering dijumpai.

    Uterus bikornis unilateral rudimentarius terdiri atas 1 uterus dan disampingnya terdapat taduk lain yang sangat terbelakang perkemangannya (tanduk rudimenter). Satu uterus dan satu serviks yang berkembang dari satusaluran Muller, kanan atau kiri. Saluran yang lain tidak berkembang sama sekali. Disertai pula dengan tidak berkembangnya saluran kencing secara unilateral, abortus habitualis dan partus prematurus.

    Kehamilan ektopik dapat terjadi dalam tanduk rudimeter. Jalannya partus umumnya kurang lancar karena his yang kurang baik, mungkin fungsi uterus kurang baik karena miometrium tida normal akibat perkembangan uterus yang tidak wajar. Kala pembukaan berlangsung lama dengan segala akibat yang kurang baik bagi ibu dan anak. Janin mungkin mati karena tonus otot sering tinggi, dan sering pula terjadi ketuban pecah dini, kelainan letak, terutama letak lintang pada uterus askuatus dan varises subseptus, menyebabkan resiko bagi ibu dan anak lebih tinggi.
    Partus sering macet seksio secarea yang lebih tinggi. Partus sudah berlangsung. Rupture uteri dan plasenta akreta pernah pula dilaporkan, pemeriksaan bimanual, anamnesis abortus habitualis dan partus prematurus dengan hidterogram, his tergrafi
    BACA SELENGKAPNYA - Kista Vagina
    INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS, KETIK EMAIL ANDA DISINI:
    setelah mendaftar segera buka emailnya untuk verifikasi pendaftaran. Petunjuknya DILIHAT DISINI